Minggu, 06 Maret 2016

Sejarah kerajaan-kerajaan Islam Di Indonesia


   Pembahasan
   KERAJAAN-KERAJAAAN ISLAM DI INDONESIA

A.  JALUR PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA
            Agama islam masuk dan berkembangan di indonesia melalui jalur darat dan jalur laut. Kedatangan para pedagang dari Arab. Persia dan gujarat pertama kali di nusantara yaitu ke pesisir pantai sumtera. Setelah munculnya kesultanan samudera pasai, islam tersebar ke pedalaman sumatera hingga wilayah selatan.
            Agama islam dari sumatera kemudian tersebar ke jawa, yaitu di kesultanan Demak yang berperan dalam menyebarkan islam ke Banten, Cirebun, Gresik, dan daerah  pesisir utara pulau jawa. Agama islam akhirnya menyebar ke kalimantan, Sulawesi, sebagian Maluku, dan daerah timur lainnya. [1]
B.  KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM PERTAMA DI SUMATERA
1. kerajaan Samudera pasai
Kerajaaan  pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudera pasai yang merupakan kerajan kembar. Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut aceh di Kabupaten Lhokseumawe . Kemunculannya sebagai kerajaan Islam di perkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M, sebagai hasil proses islami daerah-daerah pantai yang pernah di singahi pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7, ke-8 M, seterusnya. Bukti berdirinya kerajaan samudera Pasai abad ke-13 M itu di dukung oleh adanya nisan kubur terbuat dari granit asal Samudera Pasai. Dari nisan itu dapat di ketahui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggala bulan Ramadhan tahun 696 H, yang di perkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M.
Malik al-Saleh, raja pertama itu, merupakan pendiri kerajaan tersebut. Hal itu di ketahui melalui tradisi Hikayat raja-raja  Pasai, Hikayat Melayu, dan juga hasil penelitian atas beberapa sumber yang di lakukan sarjana-sarjana Barat, khususnya para sarjana Belanda, seperti Snouck Hurgronye, J.P. Molquette, J.L.Moens, J.Hushoff Poll,G.P.Rrouffer, H.K.J Cowan, dan lain-lain.[2]
Dari segi peta politik, munculnya kerajaan Samudera Pasai abad ke-13 M itu sejalan dengan suramnya peranan maritim kerajaan Sriwijaya, yang sebelumnya memegang peranan penting di kawasan Sumatera dan sekelilingnya.
Dalam Hikayat raja-raja Pasai di sebutkan gelar Malik al-Saleh sebelumnya adalah Merah Sile atau Merah Selu. Ia masuk Islam berkat peertemuannya dengan syekh Ismail, seorang utusan Syarif Mekah, yang kemudian memberinya gelar Sultan Malik al-Saleh. Nisan kubur itu di dapatkan di Gampong Samudera bekas kerajaan Samudera Pasai tersebut.
Merah Selu adalah putera Merah Gajah. Nama Merah merupakan gelar bangsawan yang lazim di Sumatera Utara Selu kemungkinan berasal dari kata Sungsala yang aslinya berasal dari Chula. Kepemimpinannya yang menonjol menempatkan dirinya menjadi raja.
Dari hikayat itu terdapat petunjuk bahwa tempat pertama sebagai pusat kerajaan Samudera Pasai adalah Muara Sungai Peungsangan, sebuah sungai yang cukup  panjang  dan lebar di sepanjang jalur pantai yang memudahkan perahu-perahu dan kapal-kapal mengayuhkan dayungnya ke pedalaman dan sebaliknya. Ada dua kota yang terletak berseberangan di muara sungai Peusangan itu, Pasai dan Samudera. Kota Samudera terletak lebih kemuara. Di tempat yang terakhir inilah terletak beberapa makam raja-raja.
Pendapat bahwa Islam sudah berkembang di sana sejak awal abad ke-13 M, di dukung oleh berita Cina dan pendapat  Ibnu Batutah, seorang pengembara terkenal asal Maroko, yang pada pertengahan abad ke-14 M (tahun 746 H/1345 M) mengunjungi Samudera Pasai dalam perjalanannya dari  Delhi ke Cina. Ketika itu Samudera Pasai di perintah oleh Sultan Malik al-Zahir, putera Sultan Malik al-Saleh. Menurut sumber-sumber Cina, pada awal tahun 1282 M kerajaan kecil Sa-mu-ta-la (Samudera) mengirim kepada raja Cina duta-duta yang di sebut dengan nama-nama muslim yakni Husein dan Sulaiman. Ibnu Batutah menyatakan Islam sudah hampir seabad lamanya di siarkan di sana.  Ia meriwayatkan kesalehan, kerendahan hati, dan semangat keagamaan rajanya yang seperti rakyatnya, mengikuti madzhab Syafi’i. Berdasarkan beritanya pula, kerajaan Samudera Pasai ketika itu merupakan pusat studi Islam agama Islam  dan tempat berkumpul ulama-ulama dari berbagai negeri Islam untuk berdiskusi berbagai masalah keagamaan dan keduniaan.[3]
Dalam kehidupan perekonomiannya, kerajaan Maritim ini, tidak mempunyai basis agraris. Basis perekonomiannya adalah perdagangan dan pelayaran. Pengawasan terhadap perdagangan dan pelayaran itu merupakan sendi-sendi kekuasaan yang memungkinkan kerajaan memperoleh penghasilan  dan pajak yang besar. Tome Piresss menceritakan, di pasai ada mata uang dirham. Di katakannya : setiap kapal yang membawa barang-barang dari barat dikenakan pajak 6%. Samudera Pasai pada waktu itu di tinjau dari segi geografis dan
sosial ekonomi, memang merupakan suatu daerah yang penting sebagai penghubung antara pusat-pusat  perdangangan yang terdapat di kepulauan Indonesia, India, Cina, dan Arab. Ia merupakan pusat perdagangan yang sangat penting. Adanya mata uang itu membuktikan bahwa kerajaan ini pada saat itu merupakan kerajaan yang makmur.
Mata uang dirham dari Samudera Pasai tersebut pernah diteliti oleh H.K.J. Cowan untuk menunjukan bukti-bukti sejarah rajanya Pasai. Mata uang tersebut menggunakan nama-nama Sultan Alauddin, Sultan Manshur Malik al-Zahir, Sultan Abu Zaid dan  Abdullah. Pada tahun 1973 M, di temukan lagi 11 mata uang dirham di antaranya bertuliskan nama Sultan Muhammad Malik al-Zahir, Sultan Ahmad, Sultan abdullah, semuanya adalah rajanya Samudera Pasai pada abad ke-14 M dan 15 M.
Atas dasar mata uang emas yang di temukan itu dapat diketahui nama-nama raja dan urutann-urutannya, sebagai berikut:
1.    Sultan Malik al-Saleh yang memerintah  sampai tahun 12007 M
2.    Muhammad Malik al-Zahir (1297-1326 M)
3.    Mahmud Malik al-Zahir (1326-1345 M)
4.    Manshur Malik al-Zahir (1345-1346 M)
5.    Ahmad Malik al-Zahir (1346-1383 M)
6.    Zain al-Abidin Malik al-Zahir (1383-1405 M)
7.    Nahrasiyah (1402-?)
8.    Abu Zaid Malik al-Zahir (?-1455 M)
9.    Mahmud Malik al-Zahir (1455-1477 M)
10.  Abdullah Malik al-Zahir (1501-1513 M)
11.  Zain al-Abidin (1513-1524)
Kerajaan Samudera Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M. Pada tahun 1521 M  kerajaan yang ditaklukan oleh Portugis yang mendudukinya selama tiga tahun, kemudian tahun 1524 M dianeksasi oleh raja Aceh, Ali  Mughayatsyah. Selanjutnya, kerajaan Samudera Pasai berada dibawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam. [4] 
2. kerajaan Aceh
          Kerajaan aceh terletak di daerah yang sekarang di kenal dengan nama kabupaten Aceh Besar. Di sini pula terrletak ibu kotanya. Kurang begitu di ketahui  kapan kerajaan ini sebenarnya  berdiri. Anas Macmud berpendapat, kerajaan Aceh berdiri pada abad ke-15 M, di atas puing-puing kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah (1465-1497). Dialah yang membangun kota aceh Darussalam. Menurutnya, pada masa pemerintahannya Aceh Darussalam memulai mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan, karena saudagar-saudagar muslim yang sebelumnya berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatan mereka ke Aceh, setelah Malaka dikuasai Portugis (1511 M). Sebagai akibat  penaklukan Malaka oleh Portugis itu, jalan dagang yang sebelumnya dari laut Jawa ke utara melalui Selat Karimata terus ke Malaka, pindah melalui Selat Sunda dan menyusur pantai Barat Sumatera, terus  ke Aceh. Dengan demikian , Aceh menjadi ramai dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri.
          Menurut H.J.de. Graaf, Aceh menerima Islam dari pasai yang kini menjadi bagian wilayah Aceh, dan pergantian agama diperkirakan terjadi mendekati pertengahan abad ke-14. Menurutnya, kerajaan Aceh merupakan penyatuan dari  dua kerajaan kecil, yaitu Lamori dan Aceh Dar al-Kamal. Ia juga berpendapat bahwa rajanya yang pertama adalah Ali Mughayat Syah.
          Ali Mughayat Syah meluaskan wilayah kekuasaannya ke daerah Pidie yang bekerjasama dengan Portugis, kemudian ke Pasai pada tahun 1524 M. Dengan kemenanganya terhadap dua kerajaaan tersebut. Aceh dengan mudah melebarkan sayap kekuasaannya ke Sumatera Timur. Untuk mengatur daerah Sumatera Timur, raja Aceh mengirim panglima-panglimanya, salah seorang di antaranya adalah Gocah pahlawan  yang menurunkan sultan-sultan Deli dan Serdang.
Peletak dasar kebesaran kerajaan Aceh adalah Sultan Alaudiddin Rwayat Syah yang bergelar al-Qahar. Dalam menghadapi bala tentara Portugis, ia menjain hubungan persahabatan dengan  kerajaan Usmani di Turki dan negara-negara Islam  yang lain di Indonesia. Dengan bantuan Turki Usmani tersebut, Aceh ketika itu  nampaknya mengakui  kerajaan Turki Usmani sebagai pemegang kedaulatan tertinggi dan kekhalifahan dalam Islam.[5]
          Puncak kekuasaan kerajaan Aceh terletak  pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1608-1637). Pada masanya Aceh menguasai seluruh pelabuhan di pesisir timur dan barat Sumatera. Dari Aceh, Tanah Gayo yang berbatasan diislamkan, juga Minangkabau. Hanya orang-orang kafir Batak yang berusaha menagkis  kekuatan-kekuatan Islam yang datang, bahkan mereka melangkah begitu jauh sampai minta bantuan Portugis. bergantung kepada bantuan Turki Usmani yang jaraknya jauh. Untuk mengalahkan Portugis, Sultan kemudian bekerjasama  dengan musuh Portugis, yaitu Belanda dan Inggris.[6]
          Tidak seperti Iskandar Muda yang memerintah dengan tangan besi, penggantinya, Iskandar, Iskandar tsani, bersikap liberal, lembut dan adil. Pada masanya Aceh terus berkembangan untuk masa beberapa tahun. Pengetahuan agama maju dengan pesat. Akan tetapi, kematiannya diikuti oleh masa-masa bencana . tatkala beberapa sultan perempuan menduduki Singgasana pada tahun  1641-1699 beberapa wilayah taklukannya lepas, dan kesultanan tidak banyak bermanfaat, sehingga menjelang abad ke-18 M kesultanan Aceh merupakan bayangan belaka dari masa silam dirinya, tanpa kepemimpinan dan kacau balau.
C.      TUMBUH DAN BERKEMBANGNYA KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI   JAWA
1. kerajaan Demak
          Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam yang pertama di pulau Jawa. Kerajaan Demak didirikan oleh raja Raden Patah pada akhir abad ke-15, setelah berhasil melepaskan diri dari raja Majapahit, Demak mengalami perkembangan pesat. Faktor-fakrtor pendorong kemajuan  kerajaan Demak adalah:
a.    Runtuhnya kerajaan Majapahit.
b.    Letak Demak strategis di daerah pantai sehingga hubungan dunia luar menjadi terbuka.
c.    Pelabuhan Bergota di semarang merupakan pelabuhan ekspor impor yang penting bagi Demak.
d.   Demak memilki sungai sebagai penghubung daerah pedalaman.
Kerajaan Demak dengan bantuan Walisongo berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam di Jawa. Pada masa inilah masjid Agung Demak di bangun. Ketika Malaka di kuasai Portugis, Demak merasa di rugikan sehingga pasukan Demak yang dipimpin  Pati Unus di kirim menyerang  Portugis di Malaka tahun 1513, tetapi  mengalami kegagalan . Pati Unus kemudian terkenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor.[7]
Pengganti Raden Patah adalah  Pati Unus. Selanjutnya pati Unus di gantikan pangeran Trenggono setelah terjadinya perebutan kekuasaan dengan pangeran Sekar yang berhasil di bunuh Pangeran Prawoto putra Pangeran Trenggono. Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono (1521-1546) Demak mengalami kejayaan dan berhasil meluaskan wilayah sambil menyebarkan Islam. Pada  tanggal 22 Juni 1527 Sultan Trenggono mengutus Fatahillah memimpin pasukkan Demak untuk merebut Sunda Kelapa. Sunda Kelapa berhasil di kuasai dan di ubah namanya menjadi Jayakarta. Dalam usaha perluasan wilayah, Sultan Trenggonno akhirnya wafat dalam pertempuran merebut Pasuruan tahun 1546. Selanjutnya pusat pemerintahan kerajaan Demak di pindahkan ke Pajang oleh Jaka Tingkir.
2.  Kerajaan Pajang
            Kerajaan Pajang adalah pelanjut dan dipandang sebagai Pewaris kerajaan Islam Demak. kerajaan yang terletak di daerah Kartasura sekarang merupakan kerajaan Islam pertama yang terletak di daerah pedalaman pulau Jawa. Usia kerajaan ini tidak panjang. Kekuasaan dan kesebarannya kemudiaan di ambil alih pleh kerajaan Mataram.
Raja pertama kerajaan ini adalah Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging, di lereng Gunung Merapi. Oleh raja Demak ketiga, Sultan Trenggono, Jaka Tingkir di angkat menjadi penguasa di Pajang setelah sebelumnya dikawinkan dengan anak perempuannya. Kediaman penguasa Pajang itu, menurut Babad, di bangun dengan mencontoh Kraton Demak.
Pada tahun 1546  Sultan Demak meninggal dunia. Setelah itu mucul kekacauan di ibu kota. Konon Jaka Tingkir yang telah menjadi penguasa Pajang dengan segera mengambil alih kekuasaan karena anak Sulung sultan trenggono yang menjadi pewaris tahta kesultanan, kesusuhunan prawoto, dibunuh oleh kemenakannya, Aria Pengsangan yang waktu itu menjadi penguasa di Jipang(Bojonegoro sekarang).
Setelah itu, ia memerintahkan agar semua benda pusaka Demak dipindahkan Kepajang. Setelah menjadi raja yang paling berpengaruh di pulau Jawa mulai dalam bentuk baru, titik   politik pindah dari  pesisir (Demak) ke pedalaman. Peralihan  pusat politik itu membawa akibat yang sangat besar dalam perkembangan peradaban Ialam di Jawa.[8]
Sultan Adiwijaya memperluas kekuasaannnya di tanah pedalaman ke arah timur sampai daerah Madium, di aliran sungai Bengawan Solo yang terbesar, setelah  itu berturut – turut  ia dapat menundukan Blora (1554)  dan Kediri (1577). Pada tahun 15981, ia berhasil mendapatkan pengakuan sebagai Sultan Islam dari raja-raja terpenting di Jawa Timur memanga bersahabat.
Selama pemerintahan Sultan Adiwijaya, kesusasteraaan  dan kesenian keraton yang sudah maju di Demak dan Jepara lambat laun di kenal di pedalaman Jawa. Pengaruh agama Islam yang kuat di pesisir menjalar  dan tersebar  ke daerah pedalaman.
Sultan Pajang meninggal dunia tahun 1587 dan di makamkan di Butuh, suatu daerah  di sebelah barat taman kerajaan Pajang. Dia digantikan  oleh menantunya, Aria Pangiri di kelilingi oleh pejabat-pejabat yang dibawanya dari Demak. Sementara itu, anak Sultan Adiwijaya, Pangeran Benawa, dijadikan penguasa di Jipang.
Pangeran muda ini, karena tidak puas dengan nasibnya di tengah-tengah lingkungan yang masih asing baginya, meminta bantuan kepada sinopati, penguasa Mataram, untuk mengusir raja Pajang yang baru itu. Pada tahun 1588, uasahanya berhasil . sebagai rasa teima kasih , Pangeran Benawa menyerahkan hak atas warisan anak ayahnya kepada Senopati. Akan tetapi Senopati menyatakan keinginannya untuk tetap tinggal di Mataram; ia hanya meminta “Pusaka kerajaan” Pajang. Mataram ketika itu memang  sedanga proses menjadi sebuah kerajaan yang besar. Pangeran Benawa kemudian dikukuhkan sebagai raja Pajang, akan tetapi berada di bawah perlindungan kerajaan Matarm. Sejak itu, Pajang berada dibawah kekuasaan Mataram.
Riwayat kerajaan Pajang berakhir tahun 1618. Kerajaan pajang waktu itu memberontak terhadap Mataram yang ketika itu di bawah Sultan Agung. Pajang di hancurkan, rajanya melarikan diri ke Giri dan Surabaya. 
3.  kerajaan Mataram Islam
            Awal dari kerajaaan Mataram adalah ketika Sultan Adiwijaya dari Pajang meminta bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk menghadapi dan menumpas pemberontakan Aria penangsang tersebut di atas. Sebagai  hadiah atasnya, Sultan kemudian menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki Pamanahan yang menurunkan raja-raja Mataram Islam kemudian.
            Pada tahun 1577 M, Ki Gede Pamanahan memepati istana barunya di Mataram. Dia di gantikan oleh puteranya, Senapati, tahun 1584 dan di kukuhkan oleh Sultan Pajang. Senapati-lah yang dipandang sebagai Sultan pertama, setelah Pangeran Benawa, anak Sultan Adiwijaya, menawarkan kekuasaan atas pajang kepada Senapati. Meskipun Senapati menolak dan hanya meminta pusaka kerajaan, diantaranya Gong Kiai Skar Dlima, Kendali Kiai macam Guguh, dan Pelana Kiai Jatayu, namun dalam tradisi Jawa, penyerahan benda-benda pusaka itu sama artinya dengan penyerahan kekuasaan.[9]
            Senapati kemudian berkeinginan menguasai juga semua raja bawahan Pajang, tetapi ia tidak mendapatkan pengakuan dari penguasa Jawa Timur sebagai pengganti Raja Demak dan kemudian Pajang. Melalui perjuangan berat, peperangan demi peperangan, barulah ia berhasil menguasai sebagian daripadanya.
            Senapati meninggal dunia tahun 1601 M, dan di gantikan oleh puteranya Seda Ing Krapyak yang memerintah sampai tahun1613 M. Seda Ing Krapayak di ganti oleh puteranya, Sultan Agung, yang melanjutkan usaha ayahnya. Pada tahun 1619, seluruh Jawa Timur praktis sudah berada dibawah kekuasaannya. Di masa pemerintahan Sultan Agung inilah kontak-kontak bersenjata antara kerajaan Agung Mataram dengan VOC mulai terjadi. Pada tahun 1630 M, Sultan Agung menetapkan Amangkurat I sebagai putera Mahkota, Sultan Agung wafat tahun 1646 M dan dimakamkan di Imogiri. Ia digantiakan hampir tidak pernah reda dari konflik. Dalam setiap konflik, yang tampil sebagai lawan adalah mereka yang di dukung oleh para ulama yang bertolak dari keperhatinan agama. Tindakan pertama pemerintahannya adalah menumpas  pendukung pangeran Alit deengan membunuh banyak ulama dan santri adalah bahaya bagi tahtanya. Sekitar 5000-6000 ulama beserta keluarganya dibunuh (1647 M). Amangkurat I bahkan merasa tidak mmerlukan titel “sultan ”. pada tahun 1677 M dan 1678 pemberontakan para ulama muncul kembali dengan tokoh spritual Raden kajoran. Pemberontakan-pemberontakan seperti itulah yang mengakibatkan runtuhnya  Kraton Mataram.
4. kerajaan Cirebon
          Kerajaan Cirebon adalah kerajaan pertama di Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati.
Di awal abad ke-16, Cirebon masih merupakan sebuah daerah kecil di bawah kekuasaan Pakuan Pajajaran. Rajanya hanya menepatkan seorang juru labuhan disana, bernama Walangsungsang, seorang tokoh yang mempunyai hubungan darah dengan raja Pajajaran. Ketika berhasil memajukan Cirebon, ia sudah menganut agama islam. Disebutkan oleh Tome Pires, Islam sudah ada di cirebon sekitar 1470-1475 M. Akan tetapi, orang yang berhasil meningkatkan status Cirebon menjadi sebuah kerajaan adalah Syarif Hidayat yang terkenal dengan gelar Sunan Gunung Jati, pengganti dan keponakan dari Pangeran Walangsungsang. Dialah pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan kemudian juga banten.
Sebagai keponakan dari pangeran Walangsungsang, Sunan  Gunung Jati juga mempuyai hubungan darah dengan raja Pajajaran. Raja dimaksud adalah Prabu siliwangi, raja Sunda yang berkedudukan di Pakuan Pajajaran, yang nikah dengan Nyai Subang Larang tahun 1422. Dari perkawinannya itulah lahir tiga putera, masing-masing Raden Walangsungsang, Nyai Lara santang, dan Raja Sengsara. Sunan Gungung Jati adalah putera Nyai Lara Santang dari perkawinannya dengan Maulana Sultan Mahmud alias Syarif Abdullah dari Bani Hasyim, ketika Nyai itu naik haji.
Disebutkan, Sunan Gunung Jati lahir tahun 1488 M, dan wafat pada tahun 1568 M dalam usia 120 tahun. Karena kedudukannya sebagai salah sorang Wali Songo, ia mendapat penghormatan dari raja-raja lain di jawa, seperti Demak dan Pajang. Setelah  Cirebon resmi berdiri sebagai sebuah kerajaan Islam yang bebas dari kekuasaan Pajajaran, Sunan Gunung Jati berusah meruntuhkan kerajaan Pajajaran yang masih belum menganut Islam itu.
Dari Cirebon, Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten. Dasar bagi pengembangan Islam dan perdagangan kaum Muslimin di Banten Di letakkan oleh Sunan Gunung Jati tahun 1524 atau 1525 M. Ketika kembali ia ke Ceribon, Banten diserahkan kepada anaknya, Sultan Hasanudin. Sultan inilah yang menurunkan raja-raja Banten. Di tangan raja-raja Banten tersebut, akhirnya, kerajaan Pajajaran dikalahkan. Atas prakarsa Sunan Gunung Jati juga penyerangan ke Sunda Kelapa dilakukan (1527 M). Penyerangan ini dipimpin oleh Falahetan dengan bantuan tentara Demak.
Setelah Sunan Gunung Jati wafat, ia diganti oleh cicitnya yang terkenal dengan gelar Pangeran Ratu  atau Panembahan Ratu. Panembahan Ratu wafat tahun 1650, dan digantikan oleh puteranya yang bergelar Panembahan Girilaya.
Keutuhan Cirebon sebagai satu kerajaan hanya sampai pangeran Giriliya itu. Sepeninggalnya, sesuai dengan kehendaknya sendiri, Cirebon diperintah oleh dua puteranya, Martawijaya atau Panembahan sepuh dan Kartawijaya  atau Panembahan anom. Panembahan Sepuh memimpin Kesultanan Kasepuhan sebagai rajanyayang pertama dengan gelar Samsudin, sementara Panembahan Anom memimpin kesultanan Kanoman dengan gelar Badruddin.[10]

  5.   kerajaan Banten
                        Sejak sebelum zaman islam, ketika masih berada dibawah kekuasaan raja-raja Sunda (Dari Pajajaran, atau mungkin sebelumnya), Banten sudah menjadi kota yang berati. Dalam tulisan Sunda Kuno, cerita Parahyangan, disebut-sebut nama Wahanten Girang. Nama ini di hubungkan dengan Banten, sebuah kota pelabuhan di ujung barat pantai utara Jawa. Pada tahun 1524 atau 1525, Sunan Gunung Jati dari Cirebon, meletakkan dasar bagi pengembangan agama dan kerajaan Islam serta bagi pedagangan orang-orang Islam disana.
                        Menurut sumber tradisional, penguasa Pajajran di Banten menerima Sunan Gunung Jati dengan ramah tamahmdan tertarik masuk islam. Ia meratakan jalan bagi kegiatan pengislaman disana. Dengan segera ia menjadi orang yang berkuasa atas kota itu dengan bantuan tentara Jawa yang memang dimintanya. Namun, menurut berita Barros, penyebaran Islam dijawa Barat tidak melalui jalan damai, sebagaimana disebut oleh tradisional. Beberapa tradisional. Beberapa pengislaman mungkin terjadi secara sukarela, tetapi kekuasaan tidak di peroleh kecuali dengan menggunakan kekerasan. Banten, dikatakan justru diserang dengan tiba-tiba.
            Untuk menyebarkan Islam di Jawa Barat, langkah Sunan Gunung Jati berikutnya adalah menduduki pelabuhan Sunda yang sudah tua, kira-kira tahun 1527. Ia memperluas kekuasaannya atas kota-kota pelabuhan Jawa Barat lain yang semula termasuk Pajajaran.
            Setelah ia kembali ke Cirebon, kekuasaannya atas Banten diserahkan kepada puteranya, Hasanudin. Hasanudin sendiri kawin dengan puterri Demak dan diresmikan menjadi Panembahan Banten tahun 1552. Ia menerskan  usaha-usaha ayahnya dalam meluaskan daerah Islam, yaitu ke lampung dan sekitarnya di Sumatrea  Selatan.
            Pada tahun 1568, di saat kekuasaan Demak beralih ke Pajang, hasanudin memerdekakan Banten. Itulah sebabnya oleh tradisi ia di anggap sebagai raja Isalam pertama di Banten. Banten sejak semula memang merupakan vassal dari Demak. Hasanudin mangkat kira-kira tahun 1570 dan digantikan anaknya, Yusuf. Setelah sembilan tahun  memegang  tampuk kekuasaan, tahun 1579, Yusuf menaklukan Pakuwan yang belum Islam yang waktu itu masih menguasai sebagian besar daerah pedalaman Jawa Barat.[11] Sesudah ibu kota kerajaan itu jatuh dan raja beserta keluarganya menghilang, golongan bangsawan Sunda masuk Islam. Mereka di perbolehkan tetap menyandang pangkat dan gelarnya.[12]
            Setelah Yusuf meninggal dunia tahun 1580 M ia di gantikan oleh puteranya Muhammad, yang masih muda belia. Selama Sultan Muhammad masih di bawah umur, kekuasaan pemerintahan dipegang oleh kali (arab: qadhi, jaksa agung) beersama empat orang pembesa lainnya. Raja Banten yang saleh ini, melanjutkan serangan terhadap raja Palembang dan gugur dalam usia 25 tahun pada tahun 1596. Ia meninggakan seorang anak yang berusia 5 bulan, Sultan Abdul Mafakkir Mahmud abdul Kadir.
                        Sebelum memeganga pemerintahan secara langsung, Sultan berturut-turut berada dibawah 4 orang wali laki-laki dan seorang wali anita. Ia baru aktif memegang kekuasaan tahun 1626, dan pada tahun 1638 mendapat gelar Sultan dari Mekah. Dialah raja Banten pertama dengan gelar Sultan yang sebenarnya. Ia meninggal tahun 1561 dan digantikan oleh cucunya Sultan Abufath Abdulfath.
                        Pada masa Sultan Abufath Abdulfath ini terjadi beberapa kali peperangan antara banten dan Voc yang berakhir dengan disetujuinya perjanjian perdamaian tahun 1659 M.

D. TUMBUH DAN BERKEMBANGNYA KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI  KALIMANTAN, MALUKU, DAN SULAWESI
1.        Kerajaan  Islam di Kalimantan
Penyebaran Islam di Kalimantan banyak dilakukan oleh para mubalig dari jawa. Hal itu terjadi karena hubungan masyarakat antara dua kepulaua itu sudah terjalin sejak masa pemerintahan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Kutai. Oleh karena itu, para mubalig pada masa berikutnya  hanya melanjutkan hubugan yang telah terjalin cukup terlalu lama itu. Di antara mubalig yang datang ke Kalimantan adalah khatib Dayyan serta mubalig dari Banjar, yaitu Muhammad Asyad al-Banjari yang menegakkan ajaran Islam di Kalimantan pada abad ke-18 M.
Ketika Demak berkuasa, terutama pada masa pemerintahan Sultan trenggono (1521-1546 M), terjadi konflik di kerajaan Daha, yaitu antara Pangeran samudera dan Pangeran  Mangkubumi. Pangeran Samudera meminta bantuan kepada Demak. Permohonan itu di terima dengan syarat, jika ia menangkan peperangan, ia harus masuk Islam. Ternyata, peperangan itu di menangkan oleh Pangeran Ssamudera. Ia pun masuk Islam.
     Di Kalimantan Barat, yaitu di daerah Sukadana, sejak tahun 1550 M telah berdiri kerajaan Islam. Sultan yang pertama adalah Panembahan Girikusuma (1591 M) dan yang kedua adalah Sultan Muhammad Safiuddin (1677 M).
2. kerajaan Islam di Sulawesi
          Di Sulawesi terdapat beberapa kerajaan, di antaranya adalah Gowa-Tallo , Bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Kerajaan Gowa-Tallo merupakan kerajaan kembar yang saling berbatasan. Kerajaan ini terletak di Semenanjung barat daya Pulau Sulawesi  yang merupakan daerah strtegis.
                      Sejak Gowa-Tallo tampil  sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan baik dengan ternate yang telah menerima Islam di Gresik. Di bawah pemerintahan Sultan Babullah, kerajaan Ternate mengadakan persahabatan dengan kerajaan Gowa-Tallo. Babullah mengajak raja kerajaan tersebut untuk menerima agama Islam, tetapi gagal. Baru pada waktu waktu Datu’ri Bandang datang ke kerajaaan Gowa-Tallo, agama Islam mulai masuk kerajaan ini. Sultan Alaudin adalah raja pertamayang pertama memeluk Islam pada tahun 1605 M. Setahun kemudian, hampir seluruh  rakyat Gowa-Tallo memeluk Islam. Mubalig yang berjasa dalam penyebaran  agama Islam di daerah itu adalah Abdul Qadir Khatib Tunggal yang berasal dari Minangkabau. Raja Gowa-Tallo sangat besar perannya dalam penyebaran Islam, bukan hanya rakyat yang menerima ajaran Islam, tetapi juga kerajaan-kerajaan di sekitarnya,  seperti Luwu, Wajo, Soppeng, dan Bejo. Wajo menerima Islam tahun 1610 M. Bone menerima Islam tahun 1611 M. Raja Bone pertama yang menerima Islam bergelar Sultan Adam.
                      Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masuknya Islam  ke wilayah Sulawesi menjadi sebab utama bersatunya kerajaan-kerajaan yang ada disana. Meskipun sudah masuk Islam, pertempuran antara satu kerajaan Islam dan kerajaan Islam yang lain masih terjadi. Meskipun demikian, Islam tetap memberi arti penting bagi kemajuan peradaban masyarakat Sulawesi.[13]          
3. kerajaan di Maluku  
1. kerajaan ternate
                      Kerajaan Ternate berdiri abad ke-13 yang beribukota di Sampalu , agama Islam mulai disebarkan di Ternate pada abad ke-14. Pada abad ke-15 kerajaan Ternatedapat berkembangkan pesat yang di sebabkan oleh kekayaan rempah-rempah terutama cengkih yang dimiliki Ternate, adanya kemajuan pelayaran serta perdagangan di Ternate. Ramainya perdagangan rempah-rempah di maluku mendorong terbentuknyapersekutuan dagang, yaitu :
-          Uli Lima (persekutuan Lima) yang di pimpin kerajaan Ternate.
-          Uli Syiwa (persekutuan Sembilan) yang di pimpin kerajaan Tidore.                             
2. kerajaan Tidore
                      Kerajaan Tidore berdiri pada abad ke-13 hampir bersamaan dengan kerajaan Ternate. Kerajaan Tidore juga kaya rempah-rempah sehingga dapat di kunjungi para pedagang. Pada awalnya Ternate dan Tidore bersaing merebutkan  kekuasaan perdagangan di Maluku, lebih-lebih dengan datangnya Portugis dan Spanyol di Maluku. Akan tetapi, kedua kerajaan tersebut akhirnya bersatu melawan kekuasaan Portugis dan bersatu melawan kekuasaan Portugis dan Spanyol di Maluku. Kerajaan Tidore mencapai puncak  kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku. Pada masa pemerintahannya berhasil memperluas daerah sampai ke Halmahera, Seram, dan kai sambil melakukan penyebaran agama islam.


Kesimpulan
Agama islam masuk dan berkembangan di indonesia melalui jalur darat dan jalur laut. Kedatangan para pedagang dari Arab. Persia dan gujarat pertama kali di nusantara yaitu ke pesisir pantai sumtera. Setelah munculnya kesultanan samudera pasai, islam tersebar ke pedalaman sumatera hingga wilayah selatan.
            Agama islam dari sumatera kemudian tersebar ke jawa, yaitu di kesultanan Demak yang berperan dalam menyebarkan islam ke Banten, Cirebun, Gresik, dan daerah  pesisir utara pulau jawa. Agama islam akhirnya menyebar ke kalimantan, Sulawesi, sebagian Maluku, dan daerah timur lainnya.

 
Daftar pustaka
Badri yatim. Sejarah peradaban islam. 1993. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syamsudin, Rusmini. Soedarman, PASTI (panduan siswa tepadu) IPS TERPADU. 2010. Putra angkasa.



[1] Syamsudin, Rusmini, Soedarman, PASTI (panduan siswa tepadu) IPS TERPADU,(Putra angkasa,2010)hal.47
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta: PT. RajaGranfindo Persada,1993)hal.205
[3] Badri Yatim, sejarah peradaban....hal.206-207
[4] .ibid. hal.208
[5] Ibid.hal.208-209
[6] Ibid.hal.210
[7] Syamsudin, Rusmini, Soedarman, PASTI...hal.48
[8] Badri Yatim,sejarah peradaban...hal.212-213
[9] Ibid.215
[10] Ibid.hal.216-217
[11] Ibid.hal.217
[12] N. Abbas Wahid, Suratno, Khazanah sejarah Kebudayaan Islam,(Solo: PT SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI), 2010, hal.107
[13] Ibid.hal.108

1 komentar:

  1. Do you understand there's a 12 word phrase you can communicate to your partner... that will induce intense emotions of love and impulsive attraction for you deep inside his heart?

    Because deep inside these 12 words is a "secret signal" that fuels a man's impulse to love, adore and care for you with all his heart...

    12 Words Who Trigger A Man's Desire Response

    This impulse is so built-in to a man's brain that it will drive him to work harder than ever before to make your relationship the best part of both of your lives.

    As a matter of fact, fueling this influential impulse is absolutely important to having the best ever relationship with your man that the second you send your man one of the "Secret Signals"...

    ...You'll soon notice him expose his mind and heart for you in a way he's never expressed before and he'll distinguish you as the only woman in the universe who has ever truly fascinated him.

    BalasHapus