Senin, 22 Juni 2015

SOLUSI MENGHADAPI PROBLEM RUMAH TANGGA SESUAI AJARAN ISLAM[1]
Dalam kehidupan rumah tangga tentunya tak luput dari masalah, Keretakan rumah tangga seringkali dialami oleh pasangan suami istri yang mulai tidak bisa saling mengerti satu sama lain. Banyak faktor yang memicu berbagai masalah dalam rumah tangga, mulai dari faktor ekonomi, faktor ketidak cocokan prinsip, hingga faktor orang ketiga. Ketika kedua belah pihak tidak bisa mengendalikan emosi masing-masing dalam mengahadapi segala permasalah yang ada, tidak jarang hubungan rumah tangga berakhir dengan perceraian. Di bawah ini ada 8 sumber konflik yang perlu diketahui pasangan dan bagaimana menyelesaikannya:
1. PENGHASILAN
Penghasilan suami lebih besar dari penghasilan istri adalah hal yang biasa. Namun, bila yang terjadi kebalikannya, sang istri yang lebih besar, bisa-bisa timbul masalah. Suami merasa minder karena tidak dihargai penghasilannya, sementara istri pun merasa dirinya berada di atas, sehingga jadi sombong dan tidak hormat lagi pada pasangannya. 
Ø Solusi
Walaupun penghasilan Anda lebih besar dari suami, cobalah untuk bersikap bijaksana dan tetap menghormatinya. Hargai berapa pun penghasilannya, sekalipun secara nominal memang sedikit. Pasalnya, jika Anda terus menerus mempersoalkan penghasilan suami, persoalan bisa malah semakin besar.
2. ANAK
Ketidakhadiran anak di tengah-tengah keluarga juga sering menimbulkan konflik berkepanjangan antara suami-istri. Apalagi jika suami selalu menyalahkan isri sebagai pihak yang mandul. Padahal, butuh pembuktian medis untuk menentukan apakah seseorang memang mandul atau tidak.
Ø Solusi
Daripada membiarkan masalah tersebut berlarut terus-menerus, lebih baik bicarakan dengan suami. Ajaklah suami untuk bersama memeriksakan ke dokter. Jika dokter mengatakan bahwa Anda dan suami sehat, berarti kesabaran Anda dan pasangan tengah diuji oleh yang Maha Kuasa. Namun, bila memang sudah bertahun-tahun kehadiran si
kecil belum datang juga, Anda dan suami bisa menempuh cara lain, misalnya dengan adopsi anak.
3. KEHADIRAN PIHAK LAIN
Kehadiran orang ketiga, misalnya adik ipar ataupun famili yang lain, keluarga kadangkala juga bisa menjadi sumber konflik dalam rumahtangga. Hal sepele yang seharusnya tidak diributkan bisa berubah menjadi masalah besar. Misalnya soal pemberian uang saku kepada adik ipar oleh suami yang tidak transparan.
Ø Solusi
Keterbukaan adalah soal yang utama. Sebelum Anda dan suami memberikan bantuan, baik ke pihak Anda ataupun suami, sebaiknya terlebih dulu dibicarakan, berapa dana yang akan dikeluarkan, dan siapa saja yang bisa dibantu. Dan ini harus atas dasar kesepakatan bersama. Agar jangan saling curiga, adakan sistem silang.
Artinya, untuk bantuan kepada keluarga Anda, suami-lah yang memberikan, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian, semuanya akan transparan dan tidak ada lagi jalan belakang.
4. SEKS
Masalah yang satu ini seringkali menjadi sumber keributan suami-istri. Biasanya yang sering komplain adalah pihak suami yang tak puas dengan layanan istri. Suami seperti ini umumnya memang egois dan tidak mau tahu. Padahal, banyak hal yang menyebabkan istri bersikap seperti itu. Bisa karena letih, stres ataupun hamil.
Ø Solusi
Istri atau suami yang punya masalah dengan hubungan seks dengan pasangan, sebaiknya berterus-terang. Ini dimaksudkan agar pasangan tidak curiga dan menuduh yang macam-macam. Ungkapkan saja keadaan Anda, dan mengapa gairah seks Anda menurun. Suami atau istri yang baik pasti memahami kondisi tersebut dan tidak akan banyak menuntut, dan mencari jalan keluar yang menguntungkan ke dua belah pihak.
5. KEYAKINAN
Biasanya, pasangan yang sudah berikrar untuk bersatu sehidup-semati tidak mempersoalkan masalah keyakinan yang berbeda antar mereka. Namun, persoalan biasanya akan timbul manakala mereka mulai menjalani kehidupan berumahtangga. Mereka baru sadar bahwa perbedaan tersebut sulit disatukan. Masing-masing
membenarkan keyakinannya dan berusaha untuk menarik pasangannya agar mengikutinya. Meski tak selalu, hal ini seringkali terjadi pada pasangan suami-istri yang berbeda keyakinan, sehingga keributan pun tak dapat terhindarkan.
Ø Solusi
Kondisi di atas akan menjadi konflik yang berkepanjangan bila masing-masing pihak tidak memiliki toleransi. Biasanya, pasangan yang berbeda keyakinan, sebelum menikah, sepakat untuk saling menghargai keyakinan pasangannya dan membuat kesepakatan tentang anak-anak harus mengikuti keyakinan siapa. Nah, tetaplah pegang janji itu, dan cobalah untuk saling menghargai. Kalaupun di tengah jalan Anda atau pasangan sepakat untuk memilih satu keyakinan saja, sebaiknya ini bukan karena unsur paksaan.
6. MERTUA
Kehadiran mertua yang terlalu ikut campur dalam urusan rumahtangga anak dan menantunya seringkali menjadi sumber konflik. 
Ø Solusi
Timbul rasa kesal boleh-boleh saja, namun tetap harus terkendali. Bila Anda tidak berkenan dengan komentar ataupun teguran dari mertua, jangan langsung mengekspresikannya di depan mertua. Cobalah berpikir tenang, ajaklah suami bertukar pikiran untuk mengatasi konflik Anda dengan orangtua. Ingat, segala sesuatu, jika diselesaikan dengan pikiran tenang, hasilnya akan baik.
7. RAGAM PERBEDAAN
Menyatukan dua hati, berarti menyatukan dua kepribadian dan selera yang juga berbeda. Misalnya suami seorang yang pendiam, sementara istri cerewet dan meledak-ledak emosinya. Suami senang makanan manis, istri senang makanan yang serba pedas. Nah, kedua pribadi ini bila disatukan biasanya tidak nyambung, belum lagi soal hobi atau kesenangan. Suami hobi berlibur ke pantai, sementara istri lebih suka berlibur di tempat yang ramai. Masing-masing tidak ada yang mau ngalah, akhirnya ribut juga.
Ø Solusi
Perbedaan-perbedaan ini akan terus ada, meski umur pernikahan sudah puluhan tahun. Namanya saja menyatukan dua kepribadian. Jadi, kunci untuk mengatasi perbedaan ini adalah saling menerima dan mengisi.

Jumat, 12 Juni 2015

PENGEMBANGAN DAN INOVASI PENDIDIKAN


      TUGAS FINAL                                              DOSEN PENGASUH
Dasar-dasar administrasi dan                                       Isny lellya, S.a.g, M.A.g
   Manajemen pendidikan                         

PENGEMBANGAN DAN INOVASI PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH
Muhammad Yusuf Habibi             :       1301230728

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
BANJARMASIN
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karuniaNya saya dapat menyelesaikan Makalah tentang “pengembangan dan inovasi pendidikan”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kepada pembaca.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan ini. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharap kritik dan saran.
Tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Semoga makalah ini menjadi pelita bagi individu yang ingin menambah wawasannya. Amin.

Banjarmasin,  28  Juli 2014

Pemakalah





                                                                BAB 1
PENDAHULUAN
Kurikulum adalah  alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian kurikulum merupakan alat penting dalam proses pendidikan. Sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka ini berati  bahwa sebagai alat pendidikan kurikulum memiliki bagian-bagian penting dan penunjang yang dapat mendukung operasinya secara baik. Bagian-bagian ini disebut komponen.
Oleh karena itu adalah hal yang wajar bila kurikuum selalu berubah dan berkembang sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang terjadi itu. Namun bagian kurikulum yang berubah dan dikembangkan itu agar dapat sesuai dengan apa yang diharapkan maka perlu adanya orang-orang yang memiliki kemampuan teoritis tentang pengembangan kurikulum yang memadai, khususnya dari kalangan para ilmuan yag berkecimpung dalam proses pendidikan. Pihak yang terlibat langsung dalam proses pengembangan kurikulum  juga harus menguasai secara mendalam teori pengembangan kurikulum tersebut, sehingga pada saatnya diharapkan dapat menerapkannya dalam praktek secara baik.










DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………………………………………………….i
Pendahuluan…………………………………………………………………….…ii
·         PENGEMBANGAN DAN INOVASI KURIKULUM
A.    Definisi kurikulum……………………………………………………………..1
B.     Komponen kurikulum………………………………………………………….1
C.     Teori kurikulum………………………………………………………………..2
·         Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
A.    Hakikat pengembangan kurikulum……………………………………………3
B.     Isi dalam pengembangan kurikulum…………………………………………..3
C.     Prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum……………………………..3
1.      Prinsip relavasi…………………………………………………………....4
2.      Prinsip efektifitas dan efesiensi…………………………………………...4
3.      Prinsip kesinambungan……………………………………………………5
4.      Prinsip fleksibitas…………………………………………………………5
5.      Prinsip berorientasi pada tujuan…………………………………………..5
6.      Prinsip pendidikan seumur hidup…………………………………………5
7.      Prinsip dan model pengembangan kurikulum…………………………….5
·         PENDEKATAN DAN MODEL KURIKULUM
1.      Pendekatan pengembangan kurikulum……………………………………….5
2.      Model pengembangan kurikulum…………………………………………….6
·         PERUBAHAN DAN INOVASI KURIKULUM
A.    Konsep perubahan dalam inovasi kurikulum…………………………………7
B.     Teknik dan konteks yang menguntungkan inovasi kurikulum……………….8
C.     Tahap-tahap dalam mengadopsi inovasi kurikulum………………………….8
D.    Pengambilan keputusan dalam inovasi kurikulum…………………………...9
·         Daftar putaka……………………………………………………………….10



BAB II
PENGEMBANGAN DAN INOVASI KURIKULUM
A.    Defenisi kurikulum
Kurikulum  berasal dari bahasa yunani yang mula-mula digunakan dalam bidang olah raga, yaitu curve. Yang berati jarak yang ditempuh.
Sedangkan menurut istilah ialah aktivitas dan kegiatan belajar yang dirancankan, diprogram bagi peserta didik dibawah bimbingan sekolah, baik di dalam  maupun di luar.[1]
B.     Komponen kurikulum
Sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka ini berati  bahwa sebagai alat pendidikan kurikulum memiliki bagian-bagian penting dan penunjang yang dapat mendukung operasinya secara baik. Bagian-bagian ini disebut komponen. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan, berinteraksi dalam rangka dukungannya untuk mencapai tujuan itu. Komponen pokok kurikulum meliputi :
1.      Komponen tujuan
2.      Komponen isi / materi
3.      Komponen organisasi / strategi
4.      Komponen media, dan
5.      Komponen proses belajar-mengajar.
Sedangkan yang termasuk dalam komponen penunjang kurikulum :
1.      Sistem administrasi dan supervise.
2.      Pelajaran bimbingan dan penyuluhan.
3.      System evaluasi.
C.    Teori kurikulum
Teori kurikulum merupakan rujukan dalam penyusunan, pengembangan, pembinaan, pelaksaan dan evaluasi kurikulum. Disamping itu, terori kurikulum juga memuat pertimbangan –pertimbangan multidimensional yang merupakan  sekelompok keputusan tentang tujuan, struktur, pelaksanaan dan evaluasi kurikulm maupun system persekolahan. dalam pebicaraan akan membahas empat bagian pokok, meliputi : 1. Konsep, 2. fungsi, 3. Klasifasi 4. Kurikulum.
1.      Konsep
Dalam mengembangan teori kurikulum diperlukan jawaban terhadap beberapa pertanyaan :
1)      Apa yang harus diperlukan oleh peserta didik ?
2)      Bagaimana seharusnya bahan yag telah tersusun itu dipelajari?
3)      Ukuran apa yang seharusnya diterapkan untuk mengevaluasi hasil belajar dari kurikulum yang telah disajikan ?
4)      Prinsip apa yang sehausnya ditetapkan untuk mengarahkan keputusan pada butir-butir a, b, c di atas ?
2.      Fungsi teori kurikulum
Dalam kaitan ini, fungsi teori kurikulum meliputi:
a.       Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan memberikan alternative secara rinci dalam perencanaan kurikulum.
b.      Sebagai landasan sistematis dalam pengambilan keputusan, memilik, menyusun, dan membuat urutan isi kurikulum.
c.       Sebagai pedoman atau dasar bagi evaluasi formatif bagi kurikulum yang sedang berjalan.
d.      Membantu orang ( yang berkepentingan dengan kurikulum ) untuk mengindefikasi kesengajaan pengetahuannya sehingga meangsang untuk di adakan penelitian lebih lanjut.
3.      Klasifikasi teori kurikulum
Glatthorn mengklasifikasikan teori kurikulum berasarkan pada ranah penyelidikan kurikulum dapat dikelompokkna menjadi :
a)      Teori yang  beroreintasi pada struktur.
b)      Teori yang berorientasi pada nilai.
c)      Teori yang berorientasi pada bahan.
d)     Teori yang berorientasi pada proses.[2]
4.      Kurikulum dan pengajaran
Pada dasarnya system pengajaran terdiri atas komponen atau bagian, yaitu : perencan pengajaran, pelaksanaan pengajaran dan evaluasi. Perencanaan pengejaran dilakukan untuk berbagai tingkat satuan waktu, yaitu : satuan waktu harian, catur wulan atau semerter, bahkan tahunan. Perencanaan pengajaran dapat berubah-ubah sesuai dengan waktu pengajran secara nyata. Aspek evaluasi pengajaran secara singkat mencakup suatu perbandingan dari hasil belajar secara nyata dengan hasil belajar yang berdasarkan.
PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
A.    Hakikat pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah proses yang mengaitkan satu komponen kurikulum lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik, untuk mengehasilkan kurikulum yang baik dari kegiatan pengembangan kurikulum tersebut Ralph Tyler dikatakan ada empat kelompok penentu dalam kegiatan pengembangan kurikulum :
1.      Falsafah hidup bangsa, sekolah, dan guru itu sendiri.
2.      Pertimbangan harapan, kebutuhan dan atau permintaan masyarakat akan produk pendidikan.
3.      Kesesuaian kurikulum dengan kondisi peserta didik.
4.      Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri lagi untuk dipertimbangkan dalam proses pengembangan kurikulum.
B.     Isi dalam pengembangan kurikulum
John D. Mcneil (1990) mengatakan, bahwa isi dalam pengembangan kurikulum mencakup :
1.      Range of activity ( rentangan kegiatan).
2.      Institional purpose ( tujuan institusional).
3.      Fungsiction of curriculum ( fungsi kurikulum).
C.     Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum harus didasarkan pada prinsip-prinsip pengembangan yang berlaku. Sebagai contoh prinsip pengembangan kurikulum yang pernah diterapkan adalah : kurikulum 1975, mengacu pada prinsip  pengembangan : fleksibitas program, efensi dan efektifitas. Apa yang dimaksud prinsip atas pengembangan tersebut :
1.      Prinsip  relevasi
Relevansi adalah kesesuaian, keserasian, pendidikan dengan tuntunan masyarakat. masalah relevansi pendidikan dengan masyrakat dalam pembicaraan ini adalah berkenaan dengan :
a)      Relevensi pendidikan dengan lingkungan lingkungan kehidupan peserta didik.
b)      Relevensi pendidikan dengan lingkungan kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang.
c)      Relevensi pendidikan dengan lingkungan tuntunan dunia kerja.
d)     Relevensi pendidikan dengan lingkungan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.      Prinsip efektivitas dan efisiensi
a.      Prinsip efektivitas
Efektivitas dalam kegiatan berkenaan dengan sejauh mana apa yang direncanakan atau di inginkan dapat dilaksanakan atau dapat dicapai. Masaah efektivfitas / mengajar guru dan efektifitas belajar peserta didik. Efektifitas mengajar berkenaan sejauh mana kegiatan mengajar-mengajar yang direncanakan dilakukan dengan baik. Cara untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan guru tersebut  harus didukung dengan kegiatan pembinaan dari pihak yang lain, misalnya dengan mengadakan penataran-penataran, dan lain-lain.
Efektifitas belajar peserta didik diperlukan kemampuan guu dalam menyesuaikan bahan pengajaran dengan minat, kemampuan dan kebutuhan perserta didik serta lingkungan.
b.      Prinsip efensiensi
Efesiensi merupakan pebandingan antar hasil yang  dicapai dan pengeluaran (berupa waktu, tenaga, dan biaya ) yang diharapkan paling tidak menunjukan hasil yang seimbang dalam kaitannya pelaksanaan kurikulum atau proses belajar-mengajar, maka proses mengajar-mengejar dikatan efeensikan program pengajaran tersebut dapat merealisasikan hasil optimal.[3]


3.      Prinsip kesinambungan ( continuitas)
Kesinambungan antara berbagai tingkat sekolah dan bidang studi ini harus dengan mempertimbangkan :
a.       Bahan pelajar yang diperlukan untuk sekolah yang lebih tinggi harus sudah diajarkan disekolah sebelumnya.
b.      Bahan yang sudah diajarkan disekolah yang lebih rendah tidak perlu diajarkan lagi disekolah yang lebig tinggi.
4.      Prinisip fleksibilitas
Dalam bertindak penyelengaraan fleksibilitas memilih program pendidikan dibukannya program-program pendidikan pilihan. Pada guru untuk mengembangkan sendiri program-program pegajaran dengan berpegang pada tujuan dan bahan pengajaran dalam kurikulum yang masih brsifat agak umum.
5.      Prinsip berorientasi pada tujuan
Tujuan pada prinsip berorientasi sebelum bahan ditentukan langkah pertama yang dilakukan oleh seseorang guru menetukan tujuan lebih dahulu agar segala jam dan kegiatan pengajaran dilakukan oleh peserta didik maupun guru dapat benar-benar terarah kepada tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditentukan tersebut.
6.      Prinsip pendidikan seumur hidup
Prinsip pendidikan seumur hidup mengandung implikasi lain, yaitu agar sekolah tidak saja memberi pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan pada saat peserta didik tamat diri sekolah namun juga memberikan bakal kemampua untuk dapat menumbuh kembangkan dirinya sendiri.
7.      Prinsip dan model pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum dilakukan secara bertahap dapat dilakukan terus menerus, yaitu dengan jalan mengadakannya terhadap pelaksana dan hasil-hasil yang telah dicapai untuk melakukan perbaikan, pemantapan, dan pengembangan lebih lanjut.
D.    Pendekatan dan model pengembangan kurikulum
1.      Pendekatan pengembangan kurikulum
Pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja dengan menerapkan stategi dan metode yang tepat dengan mengikuti  langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk mengahsilkan kurikulum yang lebih baik. Ada berbagai macam pendekatan yang dapat digunakan  dalam mengembangkan kurikulum, diantaranya:
a.       Pendekatan berorientasi pada bahan pembelajaran.
b.      Pendekatan berorientasi pada bahan tujuan.
c.       Pendekatan berorientasi pada dengan pola organisasi bahan.
2.      Model pengembangan kurikulum.
Banyak model dalam pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan dalam pelaksanaannya, namun ada hal yang dapat diterapkan. Diantara model=model pengembangan kurikulum ini adalah :
a.       Model pengembangan kurikulum yang diajukan oleh Rogert :
1.      Asumsi bahwa kemampuan untuk lulus ujianadalah kriteria terbaik untuk pemilihan mahasiswa, dan untuk menetapkan profesi.
2.      Evaluasi adalah pendidikan, dan pendidikan adalah evaluasi.
3.      Pengetahan merupakan akumulasi bagian-bagian dari materi informasi.
b.      Model pengembangan kurikulum menurut Raiph Tyler
Raiph Tyler menciptakan suatu mata pelajaran baru dengan judul “prinsip-prinsip kurikulum pengajaran” dalam pemikirannya telah banyak mendasari alam pengembangan kurikulum masa sekarang. Dalam kaitannya degan pelaksanaan kurikulum ia mengembangkan pertanyaan-pertanyaan diantaranya :
1.      Apakah perjalanan itu penting (dipelukan) ?
2.      Kemana kita akan pergi ( tujuan dan sasaran) ?
3.      Jalan apakah yang kita ambil ( model subjek) ?
4.      Kendaraan apakah yang kita naiki ( isi / materi) ?
5.      Bagaimana cara mengendarai kendaraan tersebut ( pendekatan terhadap proses belajar) ?, dan lain-lain.[4]
c.       Model pengembangan kurikulum menurut Robert zaitls :
Dalam bukunya “ curriculum principles and foundations “ ia mengemukakan ada beberapa model pengembangan kurikulum :
1.      Model administratif
2.      Model dari-bawah ( grass-roots).
3.      Model demonstrasi.
4.      Model / system Beauchamp ( nama pencipta system tersebut).
5.      Model terbalik Hilda Taba.
6.      Model ubungan interpersonal.
7.      Model action Research yang bersistematis.
8.      Model teknologis. [5]

PERUBAHAN DAN INOVASI KURIKULUM SEKOLAH
A.    Konsep perubahan dalam inovasi kurikulum
Husen dan Postlethwaite mengatakan bahwa untuk melakukan perubahan kurikulum perubahan kurilkulum dapat ditelusuri dari dua sisi, yaitu : 1. Hakikat perubahan, 2. Proses dan tahap perubahan. Hakikat perubahn kurikulum berkenaan dengan masalah perubahan berkenaan dengan masalah perubahan (reform), inovasi (innovation). Dan pengerakkan ( movement). Sedangkan proses dan tahap-tahap  perubahan berkenaan dengan masalah pengembangan, penyebaran, diseminasi, perencanaan, adopsi, penerapan, dan evaluasi.
Ciri dasar pada pendidikan dan kurikulum antara lain yang dikatakan oleh Depdikbud adalah 1. Sadar akan tujuan, 2. Orientasi ke hari depan, dan 3. Sadar akan penyesuaian.
Perubahan kurikulum terjadi karena di awali oleh adanya rasa ketidakpuasan masyarakat terhadap hasil kurikulum yang sedang atau telah berjalan. Oleh karena itu, di dalam mengubah kuruikulum perlu di pertimbangkan factor-faktor manusia, yaitu guru, peserta didik, orang tua peserta didik, staf administrasi sekolah, pemakai lulusan, serta pihak lain, yang mungkin terlibat dalam system pendidikan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Inovasi kurikulum adalah suatu gagasan atau praktek kurikuum baru dengan mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulu tersebut dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu. Banyak kendala yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi kurikulum pada khususnya, dan inovasi pendidikan pada umumnya. Diantara kendala utama dalam menghambat jalannya usaha inovasi :
1.      Estimasi yang tidak tepat terhadap inovasi.
2.       Konflik dan motivasi yang kurang sehat.
3.      Lemahnya berbagai penunjang inovasi.
4.      Masalah-masalah keuangan yang tidak memenuhi.
5.      Adanya penolakan dari kelompok tertentu atas hasil inovasi, dan
6.      Kurang adanya hubungan sosial dan publikasi.
Agar kegiatan perubahan dan pembaharuan kurikulum dapat berjalan dengan baik, maka guru disarankan untuk mengurangi kegelisahan dan ketidak amanan, ketidak mampuan , kekurangan dana, dan kekurangan waktu.
B.     Teknik dan konteks yang menguntungkan inovasi kurikulum
Unwind an Eleesi  mengemukakan teknik dan kontek agar menguntungkan inovasi diantaranya:
1.      Keterlibatan secara aktif dalam reformasi sekolah oleh para peserta didik dan guru dengan mempersiapkan waktu dan usaha yang kreatif untuk perubahan kurikuum.
2.      Pengalaman praktis dalam melaksanakan taskforce type projects dalam waktu tiga sampai enam tahun dan diarahkan kepada perolehan bahan pengajaran disekolah yang langsung dapat digunakan.
3.      Suatu rencana kerja yang mendasar untuk mercanakan kurikulum baru.
4.      Skematisasi tujuan pendidikan ( ingat taksonomi tujuan dari Bloom dan Krathwohl).
5.      Pendirian lembaga-lembaga local, regional, dan nasional untuk mengembangkan sumber dan bahan.
C.     Tahap-tahap dalam mengadopsi inovasi kurikulum
Salah satu acuan kita dalam mengadakan inovasi temuat dalam “the Austin projek” yang didalam berisi tahp-tahap dalam pelaksanaan usaha inovasi :
1.      Eksplorasi.
2.      Antisipasi.
3.      Penanganan.
4.      Adaptasi.
5.      Kerjasama.
6.      Perhitungan.
D.    Pengambilan keputusan dalam inovasi kurikulum
Menurut Ibrahim, pengambilan keputusan yang inovatif mulalui empat langkah yaitu:
1.      Tersedianya berbagai alternative tentang kegiatan yang harus dilakukan atau tindakan yang harus diambil.
2.      Tersedianya serangkaian konseuensi dari alternative kegiatan atau tindakan yang akan diambil atau dipilih.
3.      Menyusun suatu urutan atau rangking konsekuensi dari setiap alternatif berdasarkan kemanfaatannya bagi suatu pihak.
4.      Memilih salah satu alternative yang paling menguntungkan dan paling mudah dilaksanakan.[6]
 
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
            Kurikulum ialah aktivitas dan kegiatan belajar yang dirancankan, diprogram bagi peserta didik dibawah bimbingan sekolah, baik di dalam  maupun di luar.   
Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan, berinteraksi dalam rangka dukungannya untuk mencapai tujuan itu. Komponen pokok kurikulum meliputi :
1.      Komponen tujuan.
2.      Komponen isi / materi.
3.      Komponen organisasi / strategi.
4.      Komponen media, dan
5.      Komponen proses belajar-mengajar.
Sedangkan yang termasuk dalam komponen penunjang kurikulum :
1.      Sistem administrasi dan supervise
2.      Pelajaran bimbingan dan penyuluhan.
3.      System evaluasi.
Pengembangan kurikulum adalah proses yang mengaitkan satu komponen kurikulum lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik, untuk mengehasilkan kurikulum yang baik dari kegiatan pengembangan kurikulum tersebut. Ralph Tyler dikatakan ada empat kelompok penentu dalam kegiatan pengembangan kurikulum :
1.      Falsafah hidup bangsa, sekolah, dan guru itu sendiri.
2.      Pertimbangan harapan, kebutuhan dan atau permintaan masyarakat akan produk pendidikan.
3.      Kesesuaian kurikulum dengan kondisi peserta didik.
4.      Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri lagi untuk dipertimbangkan dalam proses pengembangan kurikulum.
 Pengembangan kurikulum harus didasarkan pada prinsip-prinsip pengembangan yang berlaku. Prinsip-prinsip itu adalah Prinsip  relevasi,  Prinsip efektivitas dan efisiensi, Prinsip kesinambungan ( continuitas), Prinisip fleksibilitas, Prinsip berorientasi pada tujuan, Prinsip pendidikan seumur hidup, Prinsip dan model pengembagan kurikulum.
Inovasi kurikulum adalah suatu gagasan atau praktek kurikuum baru dengan mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulum tersebut dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu. Ada empat langkah yaitu:
1.      Tersedianya berbagai alternative tentang kegiatan yang harus dilakukan atau tindakan yang harus diambil.
2.      Tersedianya serangkaian konseuensi dari alternative kegiatan atau tindakan yang akan diambil atau dipilih.
3.      Menyusun suatu urutan atau rangking konsekuensi dari setiap alternatif berdasarkan kemanfaatannya bagi suatu pihak.
4.      Memilih salah satu alternative yang paling menguntungkan dan paling mudah dilaksanakan.


















Daftar pustaka
Ø  Subandijah, pengembangan dan inovasi kurikulum, 1993, Jakarta : PT RajaGranfindo Persada.


[1]               Subandijah, pengembangan dan inovasi kurikulum (Jakarta : PT RajaGranfindo Persada, 1993 ) cet.3 hal. 1-6
[2] Ibid. hal.7-13
[3] Ibid. hal.48-52
[4] Ibid. hal. 55-69
[5] Ibid. hal.75-81
[6] Ibid.105-109