Jumat, 28 Agustus 2015

Apa itu Ta'aruf ?



TAK KENAL JODOH ? MAKA TA’ARUFLAH !
1.      Hey, km siap menikah? Udah yakin dgn calonmu? Ingat! Nikah tdk hny bulan madu. Ada bulan racunnya jg. Mdh2an ia adlh penawarnya #ta‘aruf.
2.    Biar gak salah pilih, maka pilih calon pasangan gak bs sembarangan. Batin tersiksa menghabiskan waktu berhari2 dgn orng yg salah #ta‘aruf.
3.      Mngenal calon hrslah tepat. Tak mungkin didapat mll pacaran. Sbb perilaku saat pacaran dibuat2. Akhirnya bnyk yg kena muslihat #ta‘aruf.
4.      #Ta‘aruf bs jadi wasilah. Asal caranya tdk salah. Dapat pasangan yg sah menuju keluarga sakinah. Rumah tangga berkah. Hidup bergairah.
5.      #Ta‘ruf bukan pacaran. Syariat tetap diutamakan. Tak ada pegangan tangan. Apalagi umbar rayuan dan nonton berduaan. Itu perangkap setan
6.      #Ta‘aruf jg tak perlu dipaksakan. Jika merasa mantap dan kenal sejak lama nian. Silahkan langsung lamar dan bawa ke pelaminan.
7.      Lebih nyamanMemaksa #ta‘aruf pdhl cinta sudah berkobar, bahkan setiap ketemu hati berdebar, bikin gejolak syahwat makin liar. Udah, buruan dilamar.
8.      #Ta‘aruf tak perlu terburu2. Agar dpt calon bermutu. Saat menikah tak ada ragu. Agar ucap ijab lancar di depan penghulu.
9.      #Ta‘aruf berpedoman pada syariat. Bukan melihat perilaku ustad. Kalau ustad #ta‘aruf sambil berkhalwat, jgn didengar apagi ditaat.
10.  #Ta‘aruf jgn banyak tanya visi & misi. Setiap visi pastilah membuai hati. Kita butuh pasangan yg siap beraksi bukan sekedar janji.
11.  Tanyakan padanya apa yg telah dialami. Agar mengenal karakter lebih teliti. Jika ia trbiasa mengaji, itulah karakternya yg asli #ta‘aruf.
12.  Tanyakan kebiasaannya dahulu kala. Sbb setiap karakter punya pola. Jk ia dulu terbiasa bekerja, begitu pula saat berumah tangga #ta‘aruf.
13.  Tanyakan pula hubungannya dgn keluarga. Jika ia berasal dr keluarga harmonis, maka akhlaknya pun manis. #ta‘aruf.
14.  Apakah ayahnya terlibat mengasuh saat kecil? Ini menentukan karakter calon yg siap tampil. Masalah dihadapi dgn terampil. #ta‘aruf.
15.  Apakah ia dkt dgn ibunya? Ini mmbentuk karakternya yg peka rasa. Tau apa yg dimau wanita. Snantiasa menjaga kata2 kpd istrinya. #ta‘aruf.
16.  Hindari banyak tanya kpd calon kita. Pastilah ia akan meninggikan dirinya. Kenalilah ia dr kawan karibnya atau kerabat utama #ta‘aruf.
17.  Bertanyalah kpd kawan yg prnh jln jauh brsm, menginap&bermua’amalah dgnnya. Kawan yg prnh m’alaminya tau betul karakter aslinya #ta‘aruf.
18.  Kenal calon lht dr kawannya. Sbb kawan mnentukan selera jiwa. Jk ia brkawan dgn pnghafal quran, itu tanda hatinya cnta kebaikan #ta‘aruf.
19.  Ta‘aruf bkn cari calon yg sempurna. Namun yg kekurangannya bs kita terima. Jika ingin calon sempurna, bersiap jomblo slamanya.
20.  Catatlah kejadian #ta‘aruf dan timbang. Agar menikah tdk sembarang. Rumah tangga tak goyah saat badai menerjang. Siap jd pemenang.
21.  #Ta‘aruf itu sejarah. Catat dan rekam baik2. Agar jadi teladan penuh hikmah bagi anak cucu di akhir masa.Bawa catatan pas #ta‘aruf saat konsultasi kpd Allah. Siapkan diri terima kekurangannya. Latihlah diri jika keburukannya kumat tiba2.
22.  Jika selesai #ta‘aruf kamu akhirnya mencintainya karena “ada apanya”, maka saat menikah belajarlah utk mencintainya “apa adanya”.
23.  #Ta‘aruf yg berkah berujung pada keluarga yg sakinah. Jangan rusak ta’aruf dgn perbuatan yg Allah murka. Makanya jgn disengaja lama.
24.  Jika tak ada alasan utk menolaknya & semua kluarga pun terima, tunggu apalagi. Khitbah ia dgn segera. Agar cnta berujung ridhoNya #ta‘aruf.
25.  Selamat ber#ta‘aruf bagi yg menjalaninya. Semoga pernikahan yg dijalani adalah gladi resiknya kita di surga. Indah hingga akhir masa.

Ø   Sumber  : Twitter @ajobendri / Ustadz Bendri Jaisyurrahman - 02/06/2012

5 PRINSIP TA’ARUF PRANIKAH ISLAMI

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ta’aruf masa begitu? Kurang lebih seperti itu ungkapan sebagian rekan yang menyayangkan proses ta’aruf rekannya yang dinilai kurang islami. Bisa jadi karena rekan tersebut belum tahu ta’aruf yang islami itu bagaimana, atau mungkin saja sudah tahu tetapi belum bisa menjalaninya dengan baik dan benar sehingga terpeleset ke aktivitas ta’aruf yang tak islami.
Seiring digemakannya metode perkenalan islami dalam pencarian jodoh, istilah ta’aruf semakin dikenal, meskipun lebih tepat bila dipakai istilah ta’aruf pranikah. Penggunaan istilah “ta’aruf” dikesankan pada aktivitas perkenalan yang islami sebagai oposisi dari istilah “pacaran” yang dikesankan pada aktivitas perkenalan yang tidak islami.
Berikut ini saya rangkumkan beberapa prinsip ta’aruf yang bisa dijadikan pedoman dalam pelaksanaan ta’aruf, yang erat kaitannya dengan tema khitbah/lamaran dan tema pernikahan yang merupakan fase lanjutan setelah ta’aruf, serta interaksi antara laki-laki dan perempuan dalam keseharian.
1.              Ta’aruf bagi yang mampu menikah
“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian mampu menikah maka menikahlah! Karena, menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih dapat memelihara kemaluan. Dan barangsiapa tidak mampu, hendaklah ia berpuasa, karena puasa dapat menjadi perisai bagi syahwatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits di atas berisi anjuran untuk menyegerakan menikah bila memang sudah mampu menikah, sehingga tidak ada proses ta’aruf yang perlu dijalani bagi yang belum mampu menikah. Bagi yang belum mampu menikah maka dianjurkan untuk banyak berpuasa, belum saatnya berta’aruf.
MAMPU menikah di sini sama artinya dengan BISA menikah. BISA menikah bukan sekedar sudah SIAP menikah, tapi juga sudah BOLEH menikah. Sudah siap menikah, tapi belum boleh menikah tentunya proses ta’aruf belum perlu dijalani. Ada wali bagi seorang perempuan yang perlu dimintakan izinnya untuk menikahkan si anak perempuan, demikian juga restu dari orang tua bagi seorang laki-laki yang perlu diikhtiarkan meskipun tidak ada wali bagi seorang laki-laki.
Pastikan izin dan restu menikah sudah didapat dari wali/orang tua sebelum berikhtiar ta’aruf, selain kesiapan menikah yang sudah anda yakini. Pastikan juga bahwa izin menikah ini adalah ‘izin menikah segera’ setelah bertemu calon pasangan yang cocok, bukan izin menikah setelah nanti lulus kuliah atau izin menikah setelah nanti pekerjaannya mapan yang jangka waktunya sekian tahun ke depan.
Dari pengalaman mendampingi beberapa proses ta’aruf, prosesnya cukup dijalani selama 2-3 bulan saja, itupun hampir semuanya belum pernah saling kenal sama sekali. Kalau si 'target ta'aruf' itu tetangga sendiri, rekan kerja, atau sahabat satu komunitas yang sudah lama dikenal tentunya perlu waktu ta'aruf yang lebih singkat lagi.
Dari perkiraan masa ta’aruf ditambah masa persiapan pernikahan, bisa ditarik mundur kapan sekiranya waktu yang anda pilih untuk mulai berikhtiar ta’aruf. Mungkin cukup di kisaran 6 bulanan saja, tidak lebih dari satu tahun. Kalau lebih dari satu tahun ke depan sebaiknya nanti-nanti saja anda mulai berikhtiar ta’aruf, isi hari-hari anda dengan memperbanyak ibadah khususnya berpuasa untuk lebih membentengi diri dari angan-angan yang belum saatnya.
Bila anda belum siap ta’aruf namun ingin ‘belajar ta’aruf’ agar bila tiba saatnya nanti sudah siap, anda bisa 'berguru' pada saudara atau rekan terdekat yang pernah menjalani proses ta’aruf sebelumnya. Bisa juga dengan mengambil referensi artikel-artikel seputar ta’aruf yang cukup banyak beredar dari beberapa pakar dan spesialis ta’aruf. Anda juga bisa ikut seminar pranikah dan kuliah pranikah yang diadakan lembaga islam yang tepercaya untuk persiapan ta’aruf. Insya Allah hal-hal tersebut bisa menjadi pembelajaran anda seputar perta’arufan, tanpa harus menjadi pelaku ta’aruf terlebih dulu.
2.             Kriteria agama dan akhlak dalam pertimbangan ta’aruf
“... Wanita yang baik untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula ... (QS. An Nur : 26)
“Wanita itu dinikahi karena empat hal, yaitu karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, atau agamanya. Pilihlah berdasarkan agamanya agar selamat dirimu.” (HR. Bukhari – Muslim).
“Bila seorang laki-laki yang kau ridhai agama dan akhlaknya meminang anak perempuanmu, nikahkanlah dia. … (HR. Tirmidzi)
Dalam pencarian sosok yang dijadikan target ta’aruf, kriteria agama menjadi syarat utama yang tidak bisa diganggu gugat. Kriteria lain boleh macam-macam sesuai selera, namun terkait kriteria agama haruslah yang baik agamanya. Baik agamanya bisa dilihat dari dia yang seorang Muslim/Muslimah, tidak meninggalkan ibadah wajibnya, memiliki akhlak yang baik, serta memiliki semangat untuk terus berubah menjadi baik.
Dengan kriteria agama yang baik, pastinya ikhtiar ta’aruf akan menjadi pilihan sosok tersebut dibanding aktivitas pacaran. Lalu, bagaimana kalau sudah 'terlanjur' pacaran? Lakukan hal ini : segera putuskan hubungan, sama-sama beristighfar, memohon ampun dan menyesali aktivitas pacaran yang telah dijalani, kemudian beralihlah ke proses ta'aruf yang islami.
3.              Proses ta’aruf bersifat rahasia
“Rahasiakan pinangan, umumkanlah pernikahan (HR. Ath Thabrani)
Berbeda dengan pernikahan yang dianjurkan untuk disebarluaskan, pinangan atau lamaran pernikahan justru dianjurkan untuk dirahasiakan. Bila pinangan perlu dirahasiakan, tentu proses ta’aruf yang mendahului pinangan tersebut juga perlu dirahasiakan.
Jadi tidak perlu update status di Facebook bahwa anda sedang menjalani proses ta’aruf dengan seseorang yang anda tag namanya, atau pasang status engaged pasca lamaran, juga tidak perlu saling mention di Twitter untuk menunjukkan bahwa anda sedang ta’arufan dengan nama yang di-mention. Publikasikanlah nanti bila hari H pernikahan anda sudah dekat dalam bentuk undangan pernikahan.
4.              Adanya orang ketiga dalam ta’aruf
 “Janganlah salah seorang dari kalian berdua-duaan dengan wanita, karena setan akan menjadi ketiganya” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Tidak ada proses ta’aruf yang dijalani berduaan saja antara pihak yang berta’aruf, perlu pelibatan pihak ketiga untuk mendampingi proses sehingga menutup celah setan menjadi yang ketiganya. Pihak ketiga ini bukan berarti seorang saja, tapi bisa juga saudara atau beberapa orang terdekat yang anda percayai untuk mendampingi selama proses ta’aruf anda jalani. Dengan demikian tidak ada jalan berduaan, makan berduaan, boncengan motor berduaan, naik mobil berduaan, dan kegiatan berduaan lainnya dalam aktivitas ta’aruf. Harus ada orang ketiga untuk mencegah ‘khilaf’ yang bisa saja terjadi karena aktivitas berduaan tersebut.
Demikian juga dalam komunikasi jarak jauh lewat telepon, SMS, atau fasilitas chat menggunakan Facebook, Whatsapp, atau BBM. Meskipun tidak berdekatan secara fisik namun perlu diingat bahwa aktivitas zina ada macam-macam, tidak hanya zina fisik tetapi ada juga zina hati dalam bentuk angan-angan, khayalan, dan ungkapan mesra yang belum saatnya diberikan. Bila hati susah dijaga, libatkan juga orang ketiga dalam komunikasi jarak jauh ini untuk menghindari zina hati.
Salah satu cara yang bisa dicoba dan pernah juga saya lakukan adalah dengan membuat group Whatsapp untuk memfasilitasi komunikasi pihak yang berta’aruf, dan meminta kedua pihak yang berta’aruf memblok nomer masing-masing sehingga tidak ada peluang komunikasi secara langsung. Tema obrolan juga perlu diarahkan seputar hal-hal yang memang perlu dikomunikasikan dalam proses ta'aruf. Bila yang ingin disampaikan cukup panjang, bisa memanfaatkan fasilitas email mediator tepercaya untuk menyampaikan. Apa saja yang ingin diketahui atau disampaikan selama proses ta’aruf tinggal diemail ke mediator, dan mediator akan meneruskannya ke email pihak yang lain.
Dengan adanya orang ketiga yang memerantarai komunikasi, maka kalimat dan ungkapan ‘romantisme pranikah’ yang belum saatnya diberikan bisa dihindari karena ada pihak yang mengawasi dan menyaring hal-hal yang dikomunikasikan selama berta’aruf.
5.             Aktivitas nazhar/melihat pihak yang berta’aruf
Dari Al-Mughiroh bin Syu’bah radhiyallahu’anhu bahwasannya beliau akan melamar seorang wanita maka Nabi Muhammad pun berkata kepadanya “Lihatlah ia (wanita yang kau lamar tersebut) karena hal itu akan lebih menimbulkan kasih sayang dan kedekatan diantara kalian berdua.” (HR. Bukhari Muslim).
Kemajuan teknologi informasi berdampak pada semakin maraknya media sosial di dunia maya. Tidak sedikit orang iseng yang menggunakan profil palsu yang tidak menggambarkan profil diri sebenarnya. Ajakan ta’aruf pun bisa saja disampaikan sosok palsu tersebut dengan tujuan penipuan, atau sekedar iseng. Dengan adanya aktivitas nazhar ini, kondisi fisik masing-masing pihak yang berta’aruf dapat diketahui dengan jelas.
Sosok yang dikenal di dunia maya bisa dibuktikan keberadaannya dengan aktivitas nazhar ini, bukan sekedar sosok yang punya nama namun tanpa rupa. Berkaitan juga dengan landasan di nomer empat, libatkanlah orang ketiga dalam aktivitas nazhar ini untuk menghindari modus penipuan dan keisengan dari orang asing yang dikenal di dunia maya.Demikianlah lima prinsip ta’aruf yang bisa dijadikan pedoman dalam aktivitas ta’aruf, semoga bermanfaat dan memberikan pencerahan. Semoga keberkahan menyertai proses ta’aruf hingga pernikahan yang telah anda ikhtiarkan berjalan syar’i sesuai dengan landasan Al Quran dan Hadits tersebut
Wallahua’lam bis shawab
salam 
Ø   SUMBER:
Maswahyu ST (Spesialis Ta'aruf)
@MaswahyuST

KHITBAH-TA’ARUF- BAGI YANG SIAP MENIKAH

1.      wahai pemuda, siapa di antara kalian yang telah mampu untuk menikah maka hendaknya ia menikah (HR Bukhari) | begitu pesan Nabi saw
2.      siapakah yg dianggap siap menikah? | adl yg telah baligh, pahami Islam, dan dewasa, dia mampu selesaikan masalah, tanggung jawab
3.      nikah adalah ikatan agung nan suci | dari sanalah terbangun bahtera dakwah berpsangan, dan madrasah balatentara Allah selanjutnya.
4.      karenanya, hal baik seperti nikah haruslah dimulai dengan yg baik | buruk awalnya biasanya buruk tengah dan akhirnya
5.      Islam menolak maksiat dalam interaksi lelaki-wanita semacam tunangan dan pacaran | Nbai tak mengenalnya samasekali, bahkan melarangnya
6.      namun Islam tukarkan metode maksiat dengan metode taat sebelum menikah | khitbah lalu #ta‘aruf yg halal agar nikah menjadi baik
7.      pada asasnya, khitbah-#ta‘aruf adl proses yg dijalani oleh org yg telah mantap hati dan siap nikah | utk pastikan diri dan calonnya
8.      jadi khitbah-#ta‘aruf bukanlah produk substitusi pacaran, bukanlah pembungkus maksiat pacaran atas nama yg lebih Islami
9.      jadi sebelum melakukan proses khitbah-ta’aruf, pastikan semua urusan telah diselesaikan, orangtua pahami niat dan restui niat itu
10.  sebelum melakukan proses khitbah-ta’aruf, rencana jg sudah dibuat, kapan ajuan waktu nikah, prosesi nikah, dan segala kaitannya
11.  nah, bila semua sudah usai dipastikan, maka saatnya memilih pasangan, memilahnya dari ribuan untuk satu kebahagiaan | ridha Allah
12.  “wanita dinikahi karena 4, harta, keturunan, kecantikan, dan agama, pilihlah yg beragama maka engkau bahagia” (HR Bukhari-Muslim)
13.  jelaslah usul Nabi, bagi yg tujuan pernikahannya adl ridha Allah dan membangun keluarga sakinah | pilihan utama pada agamanya
14.  tak habis pikir, Muslim yg ada niatan menyunting istri dari non-Muslim, apa tujuannya? dakwah blm tentu sampai, kerusakan sudah jelas.
15.  lebih tak habis pikir, wanita Muslim yg kagum atau melihat lelaki non-Muslim menarik? jelas yg jadi standarnya bukan ridha Allah
16.  maka saat persiapan pribadi jelas | pilahlah calon yg memenuhi standar agama kita, bila cantik, kaya dan bangsawan, itu bonus.
17.  paling mudah jadi aktivis dakwah :D, akhlak-pikir calon terikat syariat, “sudah dibina tinggal dibini”, tak perlu “dibini lalu dibina”
18.  bagi yg blm jadi aktivis dakwah, carilah pasangan yg “mau dibina”, yg mau tunduk pada ayat Allah dan lisan Nabi, itu baik sekali
19.  perlu pula saya sampaikan, bila karena fisik wanita dipilih bersiaplah menyesal setelah menikah | sekali lagi, pilih agamanya
20.  saat pilihan sudah tetap, maka khitbah dilaksanakan | ia adl pinta persetujuan kpd calon yg diinginkan, utk menjadi pasangan hidupnya
21.  bila izin sang wanita telah terucap, khitbah blm selesai | ada ridha walinya yg tetap menjadi syarat bagi yang melamar wanita
22.  disini perlu interaksi pria utk datangi wali perempuan, sampaikan maksud dan niatan | sampaikan perencanaan yg telah disiapkan
23.  tentu, perlu pula bagi wanita utk yakinkan kedua orangtuanya sebelumnya, pastikan tidak ada masalah setelah ada pelamar bertamu
24.  bila niatan tak disambut walinya, berlega dirilah tak perlu datangi dukun atau melamun | naik pohon kelapa, liat, akhwat tak cuma satu
25.  segera tarik diri dan selesaikan urusan dengan akhwat yg tak disetujui walinya, bawa proposal pada akhwat yg siap, insyaAllah banyak
26.  maka perlu kiranya, sejak awal saat akhwat telah merasa siap nikah, orangtua dikondisikan, agar tak menyulitkan pelamar kelak
27.  bila niatan disambut baik wali akhwat, alhamdulillah, khitbah telah terlaksana, akad nikah terbuka depan mata, lanjutkan ke ta’aruf.
28.  beda ta’aruf dengan pacaran adl, bahwa ta’aruf memiliki batas waktu yg jelas dan tetap yaitu akad nikah, dan interaksi non-khalwat
29.  mengenai batas waktu ta’aruf, tidak ada ketentuan, bisa esok hari atau tahun depan | lebih cepat lebih baik, serius itu cepat
30.  perlu ditambahkan bagi ikhwan-akhwat | semakin panjang waktu ta’aruf, semakin besar potensi maksiat, selubungi pacaran atas nama ta’aruf
31.  interaksi saat ta’aruf jg harus ditemani mahram, lelaki boleh menanyakan perkara yg menguatkannya untuk menikah, apapun itu
32.  perkara yg sensitif bisa diketahui dari orangtua, shahabatnya, saudaranya, atau musyrifahnya (ustadzahnya).
33.  Rasul jg membolehkan melihat wanita hingga memiliki kecenderungan padanya, melihat disini terbatas memandang fisik dirinya, tidak lebih
34.  memandang akhwat yg akan dinikahi juga tak perlu buka jilbab dan kerudung, perkara semisal itu bisa ditanyakan pada mahramnya.
35.  bagaimana interaksi via phone dan sms? | boleh selama ada keperluan | “sudah makan belum”, “sudah tahajud belum” bukan masuk keperluan.
36.  hati-hati mengotori proses ta’aruf, karena khalwat bisa terjadi bahkan di telp atau di sms, interaksi yg membuai dan sebagainya.
37.  jadi interaksi via telp dan sms, dilakukan dalam rangka siapkan pernikahan, bukan mengumbar rasa yang seharusnya setelah nikah.
38.  ingat, ta’aruf itu tak hanya pada wanitanya, tapi juga keluarganya | boleh juga libatkan 2 keluarga silaukhuwah utk rencana nikah
39.  selama ta’aruf pikirkan selalu, “apakah dia cocok menjadi ibu dari anak-anak kelak?” | “apakah ia bisa mengimami dan melindungi?”
40.  bagaimana setelah ta’aruf lantas tidak merasa ada kecocokan? | sampaikan saja, dan segerakan untuk selesaikan urusan, itu lumrah
41.  lelaki berhak memilih wanita, dan wanita berhak untuk menolak | jangan rasa segan, karena tak ada korban dalam urusan ini.
42.  lalu bila telah pas di hati, lanjutkan ke jenjang pernikahan, setelah akad terucap | apapun halal bagimu dan baginya, segala urusan.
43.  perlu saya ingatkan sekali lagi, bagi lelaki | lakukan khitbah-nikah saat sudah siap, bukan menyiapkan diri setelah khitbah-ta’aruf.
44.  bagi wanita, silahkan pantau yg melamar anda | bila kesiapan belum ada, lebih baik diminta bersiap daripada masalah penuh dibelakang.
45.  apakah kesiapan berarti miliki kerja? | “nafkah bukan syarat nikah, tapi kewajiban setelah nikah” | namun, bagi calon mertua itu penting.
46.  apakah wanita boleh inisiatif mulai proses khitbah-ta’aruf? | “boleh, laksana Khadijah binti Khuwailid kepada Muhammad bin Abdullah”.
47.  apakah khitbah perlu perantara ustadz/ustadzah? | “tak harus, boleh sendiri bila mampu dan mau”.
48.  apakah khitbah boleh lewat sms atau media lain? | “boleh, selama yg dikhitbah bisa pastikan bahwa itu real, merpati pos pun jadi”
49.  akhir kalam, khitbah-ta’aruf-nikah bukan coba-coba, bukan pula permainan, niatan hanya Allah yg tahu | semoga dimudahkan menikah.

Ø   SUMBER : Twitter @felixsiauw / Ustadz Felix Siauw - 14/05/2012

PANDUAN IKHTIAR TA’ARUF :”12 PEKAN MERAIH SAKINAH”
saat ada pertanyaan "Berapa sih idealnya jangka waktu ta'aruf (pranikah) hingga menikah?" Kebanyakan mungkin akan menjawab, "Kalau sudah cocok sebaiknya disegerakan" atau "Tidak perlu proses yang berlama-lama", tanpa menyebutkan jangka waktu yang pasti Kalau saya yang ditanya, bisa saya jawab "Insya Allah cukup 12 pekan saja" Bagaimana caranya? Berikut ini saya sampaikan beberapa tahapan yang bisa dipraktikkan.
    Tahap Persiapan Ta'aruf
Seperti kata-kata bijak yang cukup sering didengar "Gagal merencanakan berarti merencanakan untuk gagal"; begitu pula dalam ikhtiar ta'aruf ini. Sebelum melangkah jauh dalam ikhtiar ta'aruf tentunya ada beberapa aspek yang perlu dipersiapkan, antara lain:
1.              Persiapan Diri
Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu."(Muttafaq Alaihi).
Kesiapan ilmu, mental, psikologis, finansial, dll. wajib dipenuhi sebelum berikhtiar ta'aruf. Cukup banyak konselor pernikahan yang memberikan pencerahan seputar persiapan diri ini sehingga tidak perlu saya sampaikan panjang lebar, silakan mengambil referensi dari apa yang telah mereka sampaikan. Anda juga bisa mengikuti kajian dan seminar pranikah, ataupun kursus pranikah yang diadakan beberapa lembaga Islam untuk persiapan diri ini.
2.             Pengkondisian Orang Tua
Pengkondisian ke orang tua terkadang dilupakan sebagian rekan dalam ikhtiar ta'arufnya, padahal faktor orang tua bisa menjadi salah satu penyebab lamanya proses ta’aruf karena orang tua belum terkondisikan. Banyak yang berproses ta'aruf terlebih dulu, baru setelah bertemu dengan yang cocok mereka baru menyampaikan bahwa sudah punya calon ke orang tua mereka. Bisa jadi hal ini akan membuat 'kaget' orang tua, dan akhirnya proses ta'aruf pun tidak berlanjut. Idealnya pengkondisian orang tua harus dijalani dulu, baru setelah orang tua terkondisikan proses ta’aruf bisa dimulai. Tips-tips agar proses ta'aruf tak "mentok" di orang tua bisa dibaca di artikel yang pernah saya tulis di tautan ini.
Orang tua yang sudah terkondisikan bagi seorang wanita adalah wali yang siap menikahkan apabila sudah ada yang cocok, tidak perlu menunggu lama-lama, bagi seorang ikhwan dalam bentuk restu menikah dalam waktu dekat. Meskipun orang tua merestui untuk menikah tapi menikahnya baru boleh sekian tahun lagi berarti masih belum terkondisikan. Kondisikan dan mintalah restu ke orang tua sebelum berikhtiar ta'aruf, insya Allah akan dimudahkan proses ikhtiarnya.
3.             Membuat Biodata/CV Ta'aruf
Dengan alasan kemudahan proses, metode tukar menukar biodata biasa saya gunakan dalam mengawali mediasi proses ta'aruf. Biodata dalam bentuk softcopy akan lebih mudah diproses karena bisa saling ditukarkan lewat email, dan membutuhkan waktu yang lebih singkat bila dibandingkan dengan tukar menukar biodata dalam bentuk hardcopy. Contoh format biodata/CV ta'aruf yang biasa saya gunakan bisa diunduh di link ini : www.biodata.myQuran.net.
4.              Mencari Perantara/Pendamping
Dari Jabir Bin Samurah Radhyallahu'anhu, dari Rasulullah bersabda : "Janganlah salah seorang dari kalian berdua-duaan dengan wanita, karena syaitan akan menjadi ketiganya" (Hadits Riwayat Ahmad dan Tirmidzi).
Aktivitas berduaan/khalwat antara non mahram rawan sekali akan bisikan setan. Tidak hanya dalam bentuk "khalwat real/nyata", tetapi juga dalam bentuk "khalwat virtual/maya" lewat media sosial ataupun media komunikasi lainnya. Karena itu, proses ta'aruf perlu didampingi oleh pihak ketiga yang akan 'mengawal' selama berjalannya proses sekaligus menjembatani komunikasi pihak-pihak yang berta’aruf agar proses bisa lebih terjaga. Selain itu, perantara/pendamping ini dapat berfungsi juga sebagai 'informan' dalam tahap 'observasi pra-ta’aruf' di tahap persiapan selanjutnya.
5.             Observasi  Pra-ta'aruf
Observasi pra-ta'aruf berfungsi untuk menggali sebanyak-banyaknya informasi mengenai sosok yang sekiranya cocok dengan kriteria yang anda dan orang tua anda harapkan. Perhatikan lingkungan sekitar, baik itu lingkungan rumah, lingkungan kantor, lingkungan organisasi yang diikuti, atau bisa juga lewat media sosial yang anda gemari. Cari ‘target’ yang anda nilai masuk kriteria yang anda sepakati dengan orang tua, yang tentunya faktor agama jadi prioritas nomer satu.
Lakukan observasi ini secara tertutup, tidak perlu si target tahu. Bisa anda sendiri yang melakukan, lewat pendamping anda, ataupun dari rekan terdekat si target. Apakah si target sudah siap menikah? Apakah si target sudah boleh menikah? Apakah si target tidak dalam proses lamaran? dan informasi lainnya. Kalau kondisinya 'available', tinggal pastikan lewat penelusuran informan bahwa kriteria yang si target harapkan juga ada di diri anda agar saat 'pengajuan ta'aruf' nanti berpeluang besar untuk diterima.
Sudah mantapkah persiapannya? Banyak-banyak berdoa ke Allah SWT agar dimudahkan ikhtiarnya, mantapkan hati, dan bismillaahirrahmaanirrahiim, saatnya eksekusi!
Tahap Pelaksanaan Ta'aruf
1.             Proses Tukar Menukar Biodata
Awali proses dengan mengajukan biodata anda ke pendamping/perantara ta'aruf agar yang bersangkutan menyampaikannya ke si target yang sudah anda tetapkan , dan mintakan juga biodatanya untuk sama-sama istikhoroh-kan. Teknis proses tukar menukar biodata secara lengkap bisa dilihat di tautan ini.
Agar diingat juga anjuran di hadits ini :
Rasulullah saw bersabda : "Rahasiakan pinangan, umumkanlah pernikahan (Hadits Riwayat Ath Thabrani) .
Pinangan/lamaran pernikahan diperintahkan untuk dirahasiakan, tentunya proses ta'aruf yang mendahului pinangan tersebut juga perlu dirahasiakan. Tetap jaga kerahasiaan proses ta’aruf yang anda jalani hingga pengumuman pernikahan anda nanti.
2.             Proses Mediasi Ta'aruf Online
Adanya kemajuan teknologi internet bisa dimanfaatkan dalam tahapan proses ta’aruf ini. Untuk lebih memantapkan hati, pendamping ta'aruf bisa memfasilitasi diskusi dan tanya jawab lewat perantaraan email pendamping di pekan kedua. Teknisnya bisa seperti ini : Akhwat menyampaikan pertanyaan yang ingin didiskusikan lewat email ke email si pendamping -> Pendamping meneruskan pertanyaannya ke email Ikhwan -> Ikhwan menjawab pertanyaan Akhwat sekaligus menyampaikan pertanyaan ke Akhwat lewat email pendamping -> Akhwat menjawab pertanyaan Ikhwan sekaligus menyampaikan pertanyaan tambahan ke Ikhwan -> dan seterusnya hingga kedua pihak merasa mantap hatinya untuk melanjutkan proses.
3.             Proses Ta'aruf Langsung/Mediasi Ta’aruf Offline
Dari Al-Mughiroh bin Syu'bah radhiyallahu'anhu bahwasannya beliau melamar seorang wanita maka Nabi Muhammad shallallahu'alaihiwasallam pun berkata kepadanya "Lihatlah ia (wanita yang kau lamar tersebut) karena hal itu akan lebih menimbulkan kasih sayang dan kedekatan diantara kalian berdua."
Pekan ketiga dapat dimanfaatkan untuk proses ta'aruf secara langsung/ta'aruf offline perdana, tentunya setelah kedua belah pihak merasa mantap untuk lanjut proses setelah proses tukar menukar biodata dan bertanya jawab lewat email. Sosok si target mungkin saja selama ini hanya dikenal lewat media sosial saja, sehingga perlu anda ketahui bahwa sosoknya memang nyata. Atau mungkin sudah kenal, tapi hanya kenal selintas saja dan belum terlalu jauh. Dengan adanya ta’aruf offline maka kondisi nyata pihak yang berta’aruf dapat diketahui lebih jauh dibandingkan dengan hanya melihat beberapa halaman biodata saja.
Teknis proses ta'aruf secara langsung dan panduan bagi mediator ta’aruf offline dapat dilihat di tautan ini.
4.             Proses Istikharah
Pekan keempat dapat anda gunakan untuk istikharah, menimbang-nimbang kembali proses yang telah anda jalani, apakah mantap untuk melanjutkan proses atau tidak. Pekan ini bisa anda manfaatkan juga untuk menggali informasi lebih jauh ke rekan terdekat si target, bisa dari saudaranya, tetangganya, ataupun rekan kerjanya. Apabila sama-sama menemukan kemantapan untuk melanjutkan proses, maka dapat dilanjutkan ke proses ta'aruf ke keluarga di pekan berikutnya.
5.             Proses Ta'aruf Ikhwan ke keluarga Akhwat
Pekan kelima bisa mulai dimanfaatkan untuk bersilaturahim ke keluarga masing-masing, karena sejatinya proses ta’aruf tidak hanya melibatkan si ikhwan dan si akhwat saja, tetapi juga keluarga kedua belah pihak. Untuk awalan proses ta'aruf keluarga, si ikhwan bisa bersilaturahim ke pihak akhwat terlebih dulu dengan didampingi rekan terdekat, belum perlu membawa serta pihak keluarga ikhwan agar keluarga akhwat tidak ‘kaget’ karena kedatangan keluarga besar ikhwan yang baru sekali itu bertemu. Kesempatan pertama diberikan ke si ikhwan dengan pertimbangan keluarga akhwat yang cenderung lebih banyak pertimbangan dibandingkan pihak keluarga ikhwan yang cenderung menyerahkan urusan jodoh ke si ikhwannya sendiri.
Di agenda silaturahim ini, pihak keluarga akhwat berkesempatan untuk lebih mengenal si ikhwan, gali sebanyak-banyaknya informasi mengenai si ikhwan sehingga pihak keluarga akhwat bisa mengetahui seperti apa profil si ikhwan ini. Bagi ikhwan yang ‘kreatif’ bisa saja dibuat semacam ‘video testimonial’ dari saudara, tetangga kanan kiri, pengurus masjid, ataupun rekan kerjanya, dan diputarkan saat silaturahim untuk menggambarkan sosok si ikhwan menurut pandangan keluarga, tetangga, pengurus masjid, dan lingkungan kerja. Bagaimana kebiasaannya di rumah, bagaimana interaksinya dengan tetangga, bagaimana aktifnya dia di masjid, dan bagaimana pula aktivitasnya dalam dunia kerja bisa diketahui dari beberapa orang tersebut.
Apabila dalam satu kali silaturahim belum bisa meyakinkan pihak keluarga akhwat, bisa diagendakan beberapa kali silaturahim di pekan ini, tentunya tetap dengan adanya pendamping. Bisa juga pihak keluarga akhwat dipersilakan untuk menelusuri secara langsung ke orang-orang tersebut, ataupun lewat ‘utusan’ keluarga yang tepercaya agar informasi yang didapat lebih valid.
6.             Proses Ta'aruf Akhwat ke Keluarga Ikhwan
Apabila tanggapan keluarga akhwat positif, maka gantian pihak akhwat yang didampingi untuk bersilaturahim ke keluarga si ikhwan di pekan keenam. Agendanya serupa, yaitu agar keluarga pihak ikhwan bisa mengetahui seperti apa profil si akhwat itu. Sama seperti proses silaturahim sebelumnya, beri kesempatan pihak keluarga ikhwan untuk lebih mengenal si akhwat, gali sebanyak-banyaknya informasi mengenai si akhwat sehingga pihak keluarga bisa mengetahui seperti apa profil si akhwat ini.
7.             Proses  Ta'aruf Antar Kedua Keluarga
Apabila tanggapan keluarga ikhwan juga positif ke si akhwat, maka di pekan keenam bisa diagendakan silaturahim antar kedua keluarga. Pihak ikhwan bersilaturahim ke keluarga pihak akhwat dengan didampingi keluarganya, untuk awalan tentunya belum perlu membahas masalah khitbah dan pernikahan agar keluarga pihak akhwat tidak 'kaget'. Manfaatkan agenda ini untuk ta'aruf antar kedua keluarga, berikan kesempatan kedua keluarga untuk mengenal lebih jauh kondisi keluarga yang lain.
8.             Proses Khitbah/Lamaran
Apabila tanggapan kedua keluarga positif, si ikhwan tidak perlu ragu lagi untuk menyatakan keseriusan dalam bentuk khitbah/lamaran di pekan kedelapan. Pihak keluarga besar ikhwan (dengan jumlah keluarga yang lebih banyak dari silaturahim sebelumnya) bersilaturahim ke pihak akhwat untuk mendampingi pihak ikhwan dalam menyatakan lamarannya. Karena sebelumnya sudah dikondisikan dan sama-sama positif tanggapannya, insya Allah proses lamaran akan berjalan lancar & lamaran akan diterima. Jangan lupa sepakati tanggal menikah juga di acara lamaran ini, tentunya diikhtiarkan sesuai target awal yaitu sebulan lagi. Kalaupun kedua keluarga menginginkan acara yang cukup besar yang membutuhkan banyak persiapan, bisa dikondisikan agar bulan depan setidaknya bisa diselenggarakan akad nikah dulu dan walimahnya bisa menyusul setelahnya.
9.             Proses Persiapan Pernikahan
Proses persiapan pernikahan cukup dalam rentang waktu ini. Insya Allah dengan koneksi anda yang luas akan ada banyak rekan yang siap membantu. Berkoordinasilah dengan calon pasangan dalam hal-hal yang diperlukan seperti halnya dalam menyiapkan undangan dan penyebarannya, berapa anak yatim dan dari panti asuhan mana yang akan diundang untuk diberi santunan, menyiapkan jamuan, dekorasi, dan hal-hal lain yang penting dikoordinasikan.
Tidak perlu menanyakan “Apakah akhi sudah shalat subuh di masjid?”  atau “Apakah ukhti sudah selesai tilawah 1 juz hari ini?” yang membuat desiran hati yang belum ‘halal’ selama masa penantian, karena insya Allah calon pasangan yang anda pilih karena agamanya tidak akan melupakan hal itu. Tetaplah jaga hati dan interaksi hingga hari pernikahan tiba, karena sebelum ijab kabul terucap syariat tetaplah membatasi. Bila khawatir tidak dapat menjaga hati, koordinasikanlah persiapan pernikahan dengan perwakilan pihak keluarga calon pasangan, tidak langsung dengan si calon pasangan.
10.         Pekan Hari Pernikahan      
Apabila semua tahapan proses berjalan lancar, insya Allah ijab kabul dapat terucap di pekan keduabelas. “Baarakallahu laka wa baaraka ‘alaika wa jama’a bainakuma fii khair (Semoga Allah memberi berkah padamu, dan semoga Allah memberi berkah atasmu, dan semoga Ia mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan)”
Apakah pemaparan di atas sekedar teori saja, praktiknya yang susah? Tidak juga. Berikut ini beberapa pengalaman kami (saya & istri) dalam mendampingi proses ta'aruf offline, setelah sebelumnya tukar menukar biodata dan mediasi online :
1.             Pasangan pertama : Kami dampingi pertemuan offline perdananya di salah satu gerai bakso daerah Cempaka Putih tanggal 28 Oktober 2010, alhamdulillah menikah tanggal 13 Februari 2011. (Proses lebih dari 12 pekan, salah satunya karena faktor jarak kedua belah pihak yang terpisah lumayan jauh, Jakarta - Jogja)
2.             Pasangan kedua : Kami dampingi pertemuan offline perdananya di salah satu masjid daerah Menteng tanggal 27 April 2011, alhamdulillah menikah tanggal 9 Juli 2011. (Proses kurang dari 12 pekan)
3.             Pasangan ketiga : Kami damping pertemuan offline perdananya di salah satu masjid daerah Bekasi tanggal 2 Februari 2013, Alhamdulillah menikah tanggal 12 Maret 2013.  (Proses kurang dari 12 pekan)
Insya Allah, ikhtiar 12 Pekan Meraih Sakinah bisa tercapai apabila dipersiapkan dengan mantap, diikhtiarkan dengan sigap, diiringi doa yang terus terucap,  dan jika Allah berkehendak bisa dijalani dalam sekejap.
Semoga bermanfaat, wallahua'lam bishawab.
Salam,
maswahyu, ST. (Spesialis Ta'aruf)
Ø   sumber : www.RumahTaaruf.com

LUPAKAN ?
Kalau cuma ngajak kenalan, pengin dekat buat penjajakan tapi nggak lamar-lamar buat apa? :p
1.             Kalau sering sms dan perhatian menanyakan kabar tapi ga berani menghadap orang tua, buat apa coba? Lupakan!
2.             Kalau sering bbm dan sms mengingatkan sudah makan atau belum tapi gak pernah bahas kapan nikah, buat apa? Lupakan!
3.             Si dia sering mengingatkan utk sholat malam, bertanya sdh baca Al Quran belum, shaum sunnah ga, tp ga maju ke ortu? Lupakan!
4.             Si dia terlihat sayang, ga pernah lupa hadiah pas kamu ultah tapi ga pernah membahas tanggal nikah? Lupakan!
5.             Si dia ga sayangan soal uang. Tapi ga terlintas cetak undangan dan membawamu ke pelaminan? Lupakan!
6.             Si dia suka dekat-dekat. Berani menyentuh tanpa lebih dulu terikat akad? Lupakan!
7.             Si dia hanya meminta didampingi jalan-jalan ke sana kemari tanpa pernah memintamu menjadi pendamping hidup? Lupakan!
8.             Si dia berani berbicara intim via bbm atau chat tapi ga berani memperistri? Lupakan!
9.             Si dia ngajak taaruf tapi sampai tahunan masih aja taaruf dan ga ada ajakan nikah? Lupakan!
10.         Jika si dia yang hanya memberi harapan tanpa pernah berpikir membawamu ke pelaminan, lupakan!
11.         Si dia berulang-ulang bilang cinta, tapi tak kunjung meminta resmi pada orang tua? Lupakan!
12.         Kalau kamu sudah mengajak nikah tapi si dia ragu dan terus menunda? Lupakan!
13.         Si dia selalu bilang belum punya biaya untuk menikah tapi selalu punya uang utk beli rokok? Lupakan!
14.         Beraninya ngajak backstreet, boro-boro nikah, datang ke rumah ngadep papa mama aja ga punya nyali--> Lupakan!
15.         Semangatnya cuma pacaran dan bukan pernikahan--> lupakan!
16.         Cinta bukan hanya kata-kata, buktikan dengan menghadap orang tua:) Jika tidak? Lupakan!
17.         Si dia cuma bisa mengajakmu menambah dosa tanpa pernah berpikir bersama hingga ke surga--> lupakan!
18.         Si dia hanya ngegantungin tanpa mengambil sikap yang jelas, bagusnya kita... ?
19.         Jangan menginvestasikan waktu untuk seseorang yang tidak menghargai diriimu, dan tak berpikir untuk segera sakinah bersamamu.
Ø   Sumber :Twitter @asmanadia / Asma Nadia - 06/02/2014
ssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Tiga Besar Alasan Ikhwan Menolak Akhwat

Ikhtiar pencarian jodoh melalui ta’aruf (pranikah) tak selalu berjalan mulus. Ada rekan yang lancar dengan cukup sekali proses ta’aruf, namun tak sedikit pula yang berjalan tersendat sehingga baru menemukan jodohnya setelah beberapa kali mengalami penolakan ta’aruf. Dalam menolak pengajuan ta’aruf, banyak rekan yang lebih nyaman menggunakan alasan umum semacam “belum menemukan kemantapan”, “belum cocok”, atau “kurang sreg”, namun ada juga sedikit dari mereka yang menyebutkan alasan spesifiknya.
Berikut ini tiga alasan spesifik yang paling sering disampaikan saat penolakan ta’aruf, berdasarkan pengalaman dan pengamatan kami (saya & istri) memoderatori 250an proses Ta’aruf Online dan 35 proses Ta’aruf Offline hingga bulan April 2014 lalu.
Ø  Tiga Besar Alasan Ikhwan Menolak Akhwat
1.             Agama/Akhlak
Anjuran Nabi Muhammad untuk menjadikan faktor agama sebagai dasar memilih calon pasangan memang menjadi pertimbangan utama pihak ikhwan dalam menetapkan kriteria calon pasangan mereka. Bagaimana ibadah wajibnya, ibadah sunahnya, dan juga akhlak yang tercermin dalam kebiasaan sehari-harinya. Yang sering disoroti dari kebiasaan sehari-hari seorang akhwat adalah dalam hal penggunaan jilbab. Memang benar akhwat yang berjilbab itu belum tentu shalihah, tetapi akhwat yang shalihah sudah pasti berjilbab. Sedikit sekali ikhwan yang bisa menerima kondisi akhwat yang belum berjilbab (dengan harapan kelak setelah menikah bisa membimbingnya untuk berjilbab), mayoritas memilih akhwat yang memang sudah berjilbab.
2.      Fisik
Penolakan karena faktor fisik memang terkesan alasan ‘duniawi’, namun tidak bisa kita salahkan karena Nabi Muhammad pun menganjurkan salah seorang sahabat yang ingin melamar seorang wanita untuk melihat si wanita terlebih dulu agar menemukan hal-hal yang membuatnya cenderung dan mantap untuk melamar wanita tersebut. Selain pertimbangan utama sisi agama si akhwat, kecenderungan dalam faktor fisik ternyata cukup besar pengaruhnya bagi seorang ikhwan dalam mempertimbangkan lanjut tidaknya proses ta’aruf.
3.             Usia
Nabi Muhammad dikisahkan menikah dengan Khadijah dalam perbedaan usia yang cukup jauh, usia Khadijah lebih tua sekitar 15 tahun. Meskipun demikian, hanya sedikit ikhwan yang terinspirasi kisah Nabi Muhammad tersebut. Banyak ikhwan yang keberatan bila pihak akhwat berusia lebih tua darinya meskipun dari faktor agama dan faktor fisik masuk, dan cenderung memilih akhwat yang seumuran ataupun lebih muda darinya.
Ø   Tiga Besar Alasan Akhwat Menolak Ikhwan
1.             Agama/Akhlak
Sama seperti alasan utama ikhwan menolak akhwat, faktor agama juga menjadi pertimbangan utama pihak akhwat dalam menetapkan kriteria calon pasangan mereka. Bagaimana ibadah wajibnya, ibadah sunahnya, dan juga akhlak yang tercermin dalam kebiasaan sehari-harinya. Yang sering disoroti dari kebiasaan sehari-hari seorang ikhwan adalah dalam hal kebiasaan merokok. Sedikit sekali akhwat yang bisa menerima kondisi ikhwan yang punya kebiasaan merokok (dengan harapan kelak setelah menikah bisa berhenti), mayoritas memilih ikhwan yang bukan seorang perokok.
2.             Pekerjaan
Salah satu kewajiban seorang suami kepada istrinya adalah dalam hal menafkahi, mengikhtiarkan penghasilan yang halal untuk menghidupi keluarga. Banyak akhwat yang menetapkan kriteria “mapan” dalam salah satu kriteria calon pasangannya, mapan dalam arti tetap berpenghasilan dan ada keterjaminan nafkah saat hidup berumah tangga nanti. Agak berat bagi akhwat dan orang tuanya untuk menerima ikhwan yang dinilai belum mapan dalam hal ekonomi.
3.             Pendidikan
Meskipun faktor pendidikan bukan jaminan langgengnya pernikahan, namun faktor pendidikan ini sering disampaikan akhwat saat menolak ikhwan. Pihak akhwat cenderung menginginkan ikhwan yang berpendidikan setara atau lebih tinggi tingkat pendidikannya. Kalaupun belum setara, pihak akhwat menginginkan agar kelak pihak ikhwan bisa meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi hingga setara tingkat pendidikannya.
Tiga alasan penolakan itulah yang paling sering kami temui dalam memoderatori proses ta’aruf. Alasan spesifik lain selain yang tersebut di atas di antaranya adalah domisili yang berjauhan, perbedaan suku, perbedaan afiliasi pergerakan/harakah, perbedaan status pernikahan (janda/duda), dan belum adanya izin/restu dari orang tua/wali.
Ø   Tips Menyikapi Penolakan Ta’aruf
Bagi rekan-rekan yang baru mengalami penolakan ta’aruf, ataupun berpotensi mengalami penolakan ta’aruf, berikut ini tips untuk menyikapinya :
1.              Ikhlaskan
Yang pertama kali dilakukan adalah mengikhlaskan penolakan yang disampaikan, karena apapun hasilnya insya Allah itulah yang terbaik menurut Allah SWT. Apa yang menurut anda baik, belum tentu baik menurut Allah. Mungkin Allah sudah menyiapkan skenario yang lebih baik dengan penolakan yang anda terima.  Insya Allah kelak anda akan dipertemukan dengan sosok yang lebih tepat untuk anda, dan dipertemukan di waktu yang tepat menurut-Nya.
2.              Jaga Silaturahim
Tak jarang hubungan silaturahim menjadi renggang setelah penolakan disampaikan sebagai efek dari kekecewaan, bahkan sampai dibumbui dengan ‘cemooh’ negatif yang disematkan pihak tertolak ke pihak penolak atas alasan-alasan ‘duniawi’ yang disampaikan dalam penolakan. Hal ini bisa dihindari apabila anda paham hakikat jodoh, “Jodohku adalah siapapun yang kelak menikah denganku”, sehingga :
-                 Pengajuan ta’aruf diterima – bisa lanjut berproses ta’aruf hingga menikah – berarti anda berjodoh; dan sebaliknya,
-                 Pengajuan ta’aruf ditolak – tidak bisa lanjut berproses ta’aruf hingga menikah – berarti anda bukan jodohnya.
Mungkin Allah tunjukkan bahwa dia bukan jodoh anda dengan penolakan karena alasan agama, mungkin juga alasan fisik, adanya perbedaan suku, perbedaan harakah, bisa juga karena orang tua si target menginginkan calon menantu yang lebih mapan dan berpendidikan lebih tinggi. Jadi, tak perlu ‘protes’ dengan skenario penolakan ta’aruf yang telah Allah rencanakan pada ikhtiar pencarian jodoh anda. Ucapkan kalimat ini setelah anda ditolak : “Mungkin memang bukan jodoh saya”; beres. Tetap jaga silaturahim, doakan yang baik-baik untuk si penolak, semoga kelak dipertemukan dengan jodoh masing-masing yang terbaik menurut Allah SWT.
3.              Ikhtiar Dengan Yang Lain
Banyak pilihan si shalih/shalihah lain di luar sana, sehingga tak perlu khawatir atas penolakan yang diterima karena anda bisa berikhtiar dengan sosok yang lain. Tak ada keharusan bagi anda untuk menjadikan dia pilihan satu-satunya, dan dia pun tak ada keharusan untuk menerima anda seakan-akan anda adalah satu-satunya si shalih/shalihah di muka bumi ini. Cukuplah berpegang pada kriteria utama shalih/shalihah, dan yang shalih/shalihah itu ada banyak pilihannya, bukan hanya dia seorang.
Mungkin akan susah apabila sudah melibatkan kecenderungan hati secara berlebihan ke si target, sehingga keinginan untuk lanjut proses sedemikian besarnya dan sulit berpaling ke sosok yang lain. Karena itu, luruskan niat, jagalah hati di proses berikutnya dari pengharapan yang berlebih. Insya Allah anda bisa menjalaninya dengan lebih ikhlas, tanpa ada keharusan pengajuan ta’aruf anda diterima.
Ø   Tips Meminimalkan Peluang Penolakan Ta’aruf
Di tulisan saya sebelumnya, Panduan Ikhtiar Ta’aruf : “12 Pekan Meraih Sakinah”, ada tahapan “observasi” yang perlu dijalani sebelum memulai proses ta’aruf. Tahap inilah yang perlu diberi perhatian khusus dan dioptimalkan untuk meminimalkan peluang ta’aruf ditolak saat pengajuannya. Agar proses observasi lebih terjaga, anda perlu meminta bantuan rekan terdekat si target untuk menjadi “informan”, baik itu rekan kerja, saudara, atau sahabat karibnya dalam tahap observasi ini. Gali sebanyak-banyaknya informasi seputar si target tanpa sepengetahuan si target.
Berikut ini beberapa informasi penting dan tips yang perlu diketahui :
1.             Siap Menikah dan Boleh Menikah
Apakah si target sudah siap menikah? Mungkin dia masih ada tanggungan kuliah, jadi baru tahun depan menargetkan untuk menikah. Mungkin juga dia masih punya tanggungan ekonomi keluarga, sehingga belum siap bila harus menyegerakan.
Apakah si target sudah boleh menikah? Karena kondisi siap nikah saja belum cukup, ada wali bagi wanita yang perlu dimintakan izin untuk menikahkan si wanita. Bagi seorang pria, restu orang tua pun perlu diikhtiarkan meskipun tidak ada istilah wali bagi seorang pria.
Jangan sampai anda tiba-tiba datang ke orang tua si akhwat, dan ternyata baru mengetahui kalau orang tuanya belum membolehkan menikah karena masih fokus memikirkan pernikahan kakaknya. Jangan salahkan orang tua si akhwat dengan mendebat ketidaksyar’ian alasan yang disampaikan, dalam hal ini “tidak boleh melangkahi” si kakak. Memang benar, alasan seperti itu tidak syar’i, tapi sadarilah bahwa wali bagi wanita itu mutlak, dan jauh lebih tidak syar’i lagi bila anda nekat menikahi si target tanpa adanya izin dari walinya.
Salahkan saja diri anda, mengapa mengajukan diri ke seseorang yang belum boleh menikah oleh walinya? Apa saja aktivitas ta’aruf yang anda jalani, sehingga informasi sepenting ini anda lewatkan, dalam hal ini izin menikah dari walinya? Ajukan diri saja ke sosok lain yang sudah diizinkan menikah oleh walinya, atau bila anda sudah mantap dengannya tunggu saja sampai si dia sudah diizinkan menikah oleh walinya.
Untuk menghindari penolakan seperti itu, pastikan si target sudah dalam kondisi yang siap menikah dan sudah boleh menikah di tahap observasi awal ini, sehingga bisa berlanjut ke penggalian informasi di langkah kedua.
2.              Kriteria Sesuai
Di langkah kedua ini, informan menekankan pada penggalian informasi terkait kriteria yang ditetapkan si target. Apakah kriteria si target sesuai dengan profil anda? Adakah kriteria fisik tertentu, atau kriteria nonfisik tertentu? Apakah ada minimal jumlah hafalan, apakah bermasalah dengan perbedaan usia, apakah berkeberatan dengan suku tertentu, dan kriteria-kriteria lainnya. Termasuk juga kriteria tambahan dari orang tua si target, apakah ada lagi kriteria dari orang tua selain dari kriteria yang ditetapkan si target? Mungkin dari segi pekerjaan, atau pendidikan? Kemudian, dari semua kriteria tersebut, manakah kriteria yang “mutlak”, manakah yang bisa “nego”?
Kalau ternyata sebagian besar kriteria yang “mutlak” tidak masuk di diri anda, sebaiknya berpikir ulang untuk mengajukan proses ta’aruf. Memang belum pasti akan ditolak, tapi bisa jadi kemungkinan ditolaknya lebih besar karena sebagian besar kriteria “mutlak” yang ditetapkannya tidak masuk. Selanjutnya tinggal pilihan anda, apakah tetap berniat mengajukan ta’aruf dengan si target, atau memilih target lain yang sekiranya kriterianya lebih sesuai.
Apabila anda tetap berkeyakinan untuk mengajukan ta’aruf dengannya, bisa lanjut di langkah ketiga untuk lebih meyakinkan hati sebelum memulai perjuangan.
3.              Mau Sama Mau
Tips paling jitu untuk meminimalkan penolakan ta’aruf sebenarnya sederhana : Sampaikan pengajuan ta’aruf ke yang MAU berta’aruf dengan anda! Ada dua kemungkinan kondisi di sini, yang pertama anda mau berproses ta’aruf dengannya, dan dia pun mau berproses ta’aruf dengan anda. Yang kedua, dia mau berproses ta’aruf dengan anda, dan anda pun mau berproses ta’aruf dengannya. Berikut ini perbedaan metode observasi kedua kondisi tersebut :
Metode pertama, kondisi di mana anda sudah memiliki target. Informan bisa memperdalam lagi observasinya, tidak sekedar menanyakan mengenai kriteria si target, namun sekaligus menyebut profil dan nama anda. Untuk meminimalkan rasa malu, kondisikan bahwa informanlah yang berinisiatif menawarkan nama anda ke si target, bukan anda yang berpesan ke informan untuk mengajukan nama anda ke si target. Informan bisa memulai penjajakan dengan menceritakan profil anda, tanpa menyebut nama. Apabila dari profil yang diceritakan informan si target merasa cocok, baru disebutkan nama si pemilik profil yang dia ceritakan, yaitu nama anda. Bila si target berkenan lanjut dengan nama yang disodorkan informan, maka proses ta’aruf bisa mulai dijalani.  Kondisi di metode pertama ini, anda mau berproses ta’aruf dengannya, dan dia pun mau berproses ta’aruf dengan anda
Metode kedua, kondisi di mana anda belum memiliki target. Anda bisa mempersilakan perantara untuk mengajukan profil anda ke siapa saja sosok yang sekiranya masuk kriteria anda, tanpa sepengetahuan anda. Bisa dengan cara pengajuan profil secara langsung, ataupun pengajuan profil melalui biodata/CV ta’aruf (Biodata.myQuran.net). Anda tidak perlu mengetahui siapa saja yang menolak penawaran dari perantara, cukup minta perantara menginformasikan saat ada yang berkenan dengan profil anda, tinggal anda yang gantian mempertimbangkan profilnya. Dengan demikian anda tidak merasakan penolakan, justru malah anda yang bisa menjadi pihak penolak. Bila anda berkenan dengan profil yang diinformasikan perantara, maka proses ta’aruf bisa mulai dijalani. Kondisi di metode kedua ini, dia mau berproses ta’aruf dengan anda, dan anda pun mau berproses ta’aruf dengannya.
Akhir kata, semoga tulisan ini memberikan pencerahan dan bermanfaat untuk meminimalkan peluang penolakan dalam aktivitas perta’arufan pranikah. Yang perlu diingat, banyaknya kesesuaian kriteria bukan jaminan adanya jodoh, karena Allah bisa saja menjauhkan jodoh seiring berjalannya proses. Demikian pula sebaliknya, sedikitnya kesesuaian kriteria pun bukan berarti tidak adanya jodoh, karena Allah bisa saja mendekatkan jodoh seiring berjalannya proses. Yang perlu anda lakukan adalah berikhtiar, menjalani proses sebaik-baiknya sesuai koridor yang diridhai-Nya, dan selanjutnya bertawakal, saat Allah menunjukkan anda berjodoh dengannya atau tidak.
Wallahua’lam bisshawab.

SUMBER
 Twitter @ajobendri / Ustadz Bendri Jaisyurrahman - 02/06/2012