Pembahasan
KERAJAAN-KERAJAAAN ISLAM
DI INDONESIA
A.
JALUR PENYEBARAN ISLAM DI INDONESIA
Agama islam masuk dan berkembangan
di indonesia melalui jalur darat dan jalur laut. Kedatangan para pedagang dari
Arab. Persia dan gujarat pertama kali di nusantara yaitu ke pesisir pantai
sumtera. Setelah munculnya kesultanan samudera pasai, islam tersebar ke
pedalaman sumatera hingga wilayah selatan.
Agama islam dari sumatera kemudian
tersebar ke jawa, yaitu di kesultanan Demak yang berperan dalam menyebarkan
islam ke Banten, Cirebun, Gresik, dan daerah
pesisir utara pulau jawa. Agama islam akhirnya menyebar ke kalimantan,
Sulawesi, sebagian Maluku, dan daerah timur lainnya. [1]
B.
KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM PERTAMA DI SUMATERA
1.
kerajaan Samudera pasai
Kerajaaan pertama di
Indonesia adalah kerajaan Samudera pasai yang merupakan kerajan kembar.
Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut aceh di Kabupaten Lhokseumawe .
Kemunculannya sebagai kerajaan Islam di perkirakan mulai awal atau pertengahan
abad ke-13 M, sebagai hasil proses islami daerah-daerah pantai yang pernah di
singahi pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7, ke-8 M, seterusnya. Bukti
berdirinya kerajaan samudera Pasai abad ke-13 M itu di dukung oleh adanya nisan
kubur terbuat dari granit asal Samudera Pasai. Dari nisan itu dapat di ketahui
bahwa raja pertama kerajaan itu meninggala bulan Ramadhan tahun 696 H, yang di
perkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M.
Malik al-Saleh, raja pertama itu, merupakan pendiri kerajaan
tersebut. Hal itu di ketahui melalui tradisi Hikayat raja-raja Pasai, Hikayat Melayu, dan juga hasil
penelitian atas beberapa sumber yang di lakukan sarjana-sarjana Barat,
khususnya para sarjana Belanda, seperti Snouck Hurgronye, J.P. Molquette,
J.L.Moens, J.Hushoff Poll,G.P.Rrouffer, H.K.J Cowan, dan lain-lain.[2]
Dari segi peta politik, munculnya kerajaan Samudera Pasai abad
ke-13 M itu sejalan dengan suramnya peranan maritim kerajaan Sriwijaya, yang
sebelumnya memegang peranan penting di kawasan Sumatera dan sekelilingnya.
Dalam Hikayat raja-raja Pasai di sebutkan gelar Malik al-Saleh
sebelumnya adalah Merah Sile atau Merah
Selu. Ia masuk Islam berkat peertemuannya dengan syekh Ismail, seorang utusan
Syarif Mekah, yang kemudian memberinya gelar Sultan Malik al-Saleh. Nisan kubur
itu di dapatkan di Gampong Samudera bekas kerajaan Samudera Pasai tersebut.
Merah Selu adalah putera Merah Gajah. Nama Merah merupakan gelar
bangsawan yang lazim di Sumatera Utara Selu kemungkinan berasal dari kata
Sungsala yang aslinya berasal dari Chula. Kepemimpinannya yang menonjol
menempatkan dirinya menjadi raja.
Dari hikayat itu terdapat petunjuk bahwa tempat pertama sebagai
pusat kerajaan Samudera Pasai adalah Muara Sungai Peungsangan, sebuah sungai
yang cukup panjang dan lebar di sepanjang jalur pantai yang
memudahkan perahu-perahu dan kapal-kapal mengayuhkan dayungnya ke pedalaman dan
sebaliknya. Ada dua kota yang terletak berseberangan di muara sungai Peusangan
itu, Pasai dan Samudera. Kota Samudera terletak lebih kemuara. Di tempat yang
terakhir inilah terletak beberapa makam raja-raja.
Pendapat bahwa Islam sudah berkembang di sana sejak awal abad ke-13
M, di dukung oleh berita Cina dan pendapat
Ibnu Batutah, seorang pengembara terkenal asal Maroko, yang pada
pertengahan abad ke-14 M (tahun 746 H/1345 M) mengunjungi Samudera Pasai dalam
perjalanannya dari Delhi ke Cina. Ketika
itu Samudera Pasai di perintah oleh Sultan Malik al-Zahir, putera Sultan Malik
al-Saleh. Menurut sumber-sumber Cina, pada awal tahun 1282 M kerajaan kecil
Sa-mu-ta-la (Samudera) mengirim kepada raja Cina duta-duta yang di sebut dengan
nama-nama muslim yakni Husein dan Sulaiman. Ibnu Batutah menyatakan Islam sudah
hampir seabad lamanya di siarkan di sana.
Ia meriwayatkan kesalehan, kerendahan hati, dan semangat keagamaan
rajanya yang seperti rakyatnya, mengikuti madzhab Syafi’i. Berdasarkan
beritanya pula, kerajaan Samudera Pasai ketika itu merupakan pusat studi Islam
agama Islam dan tempat berkumpul
ulama-ulama dari berbagai negeri Islam untuk berdiskusi berbagai masalah
keagamaan dan keduniaan.[3]
Dalam kehidupan perekonomiannya, kerajaan Maritim ini, tidak
mempunyai basis agraris. Basis perekonomiannya adalah perdagangan dan
pelayaran. Pengawasan terhadap perdagangan dan pelayaran itu merupakan
sendi-sendi kekuasaan yang memungkinkan kerajaan memperoleh penghasilan dan pajak yang besar. Tome Piresss
menceritakan, di pasai ada mata uang dirham. Di katakannya : setiap kapal yang
membawa barang-barang dari barat dikenakan pajak 6%. Samudera Pasai pada waktu
itu di tinjau dari segi geografis dan
sosial
ekonomi, memang merupakan suatu daerah yang penting sebagai penghubung antara
pusat-pusat perdangangan yang terdapat
di kepulauan Indonesia, India, Cina, dan Arab. Ia merupakan pusat perdagangan
yang sangat penting. Adanya mata uang itu membuktikan bahwa kerajaan ini pada
saat itu merupakan kerajaan yang makmur.
Mata uang dirham dari Samudera Pasai tersebut pernah diteliti oleh
H.K.J. Cowan untuk menunjukan bukti-bukti sejarah rajanya Pasai. Mata uang
tersebut menggunakan nama-nama Sultan Alauddin, Sultan Manshur Malik al-Zahir,
Sultan Abu Zaid dan Abdullah. Pada tahun
1973 M, di temukan lagi 11 mata uang dirham di antaranya bertuliskan nama
Sultan Muhammad Malik al-Zahir, Sultan Ahmad, Sultan abdullah, semuanya adalah
rajanya Samudera Pasai pada abad ke-14 M dan 15 M.
Atas dasar mata uang emas yang di temukan itu dapat diketahui
nama-nama raja dan urutann-urutannya, sebagai berikut:
1.
Sultan Malik al-Saleh yang memerintah sampai tahun 12007 M
2.
Muhammad Malik al-Zahir (1297-1326 M)
3.
Mahmud Malik al-Zahir (1326-1345 M)
4.
Manshur Malik al-Zahir (1345-1346 M)
5.
Ahmad Malik al-Zahir (1346-1383 M)
6.
Zain al-Abidin Malik al-Zahir (1383-1405 M)
7.
Nahrasiyah (1402-?)
8.
Abu Zaid Malik al-Zahir (?-1455 M)
9.
Mahmud Malik al-Zahir (1455-1477 M)
10.
Abdullah Malik al-Zahir (1501-1513 M)
11.
Zain al-Abidin (1513-1524)
Kerajaan Samudera Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M. Pada tahun
1521 M kerajaan yang ditaklukan oleh
Portugis yang mendudukinya selama tiga tahun, kemudian tahun 1524 M dianeksasi
oleh raja Aceh, Ali Mughayatsyah.
Selanjutnya, kerajaan Samudera Pasai berada dibawah pengaruh kesultanan Aceh
yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam. [4]
2. kerajaan Aceh
Kerajaan aceh
terletak di daerah yang sekarang di kenal dengan nama kabupaten Aceh Besar. Di
sini pula terrletak ibu kotanya. Kurang begitu di ketahui kapan kerajaan ini sebenarnya berdiri. Anas Macmud berpendapat, kerajaan
Aceh berdiri pada abad ke-15 M, di atas puing-puing kerajaan Lamuri, oleh
Muzaffar Syah (1465-1497). Dialah yang membangun kota aceh Darussalam.
Menurutnya, pada masa pemerintahannya Aceh Darussalam memulai mengalami
kemajuan dalam bidang perdagangan, karena saudagar-saudagar muslim yang
sebelumnya berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatan mereka ke Aceh, setelah
Malaka dikuasai Portugis (1511 M). Sebagai akibat penaklukan Malaka oleh Portugis itu, jalan
dagang yang sebelumnya dari laut Jawa ke utara melalui Selat Karimata terus ke
Malaka, pindah melalui Selat Sunda dan menyusur pantai Barat Sumatera, terus ke Aceh. Dengan demikian , Aceh menjadi ramai
dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri.
Menurut H.J.de.
Graaf, Aceh menerima Islam dari pasai yang kini menjadi bagian wilayah Aceh,
dan pergantian agama diperkirakan terjadi mendekati pertengahan abad ke-14.
Menurutnya, kerajaan Aceh merupakan penyatuan dari dua kerajaan kecil, yaitu Lamori dan Aceh Dar
al-Kamal. Ia juga berpendapat bahwa rajanya yang pertama adalah Ali Mughayat
Syah.
Ali Mughayat Syah
meluaskan wilayah kekuasaannya ke daerah Pidie yang bekerjasama dengan
Portugis, kemudian ke Pasai pada tahun 1524 M. Dengan kemenanganya terhadap dua
kerajaaan tersebut. Aceh dengan mudah melebarkan sayap kekuasaannya ke Sumatera
Timur. Untuk mengatur daerah Sumatera Timur, raja Aceh mengirim
panglima-panglimanya, salah seorang di antaranya adalah Gocah pahlawan yang menurunkan sultan-sultan Deli dan
Serdang.
Peletak dasar kebesaran kerajaan Aceh adalah Sultan Alaudiddin
Rwayat Syah yang bergelar al-Qahar. Dalam menghadapi bala tentara Portugis, ia
menjain hubungan persahabatan dengan
kerajaan Usmani di Turki dan negara-negara Islam yang lain di Indonesia. Dengan bantuan Turki
Usmani tersebut, Aceh ketika itu
nampaknya mengakui kerajaan Turki
Usmani sebagai pemegang kedaulatan tertinggi dan kekhalifahan dalam Islam.[5]
Puncak kekuasaan
kerajaan Aceh terletak pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1608-1637). Pada masanya Aceh menguasai
seluruh pelabuhan di pesisir timur dan barat Sumatera. Dari Aceh, Tanah Gayo
yang berbatasan diislamkan, juga Minangkabau. Hanya orang-orang kafir Batak
yang berusaha menagkis kekuatan-kekuatan
Islam yang datang, bahkan mereka melangkah begitu jauh sampai minta bantuan
Portugis. bergantung kepada bantuan Turki Usmani yang jaraknya jauh. Untuk
mengalahkan Portugis, Sultan kemudian bekerjasama dengan musuh Portugis, yaitu Belanda dan
Inggris.[6]
Tidak seperti
Iskandar Muda yang memerintah dengan tangan besi, penggantinya, Iskandar, Iskandar
tsani, bersikap liberal, lembut dan adil. Pada masanya Aceh terus berkembangan
untuk masa beberapa tahun. Pengetahuan agama maju dengan pesat. Akan tetapi,
kematiannya diikuti oleh masa-masa bencana . tatkala beberapa sultan perempuan
menduduki Singgasana pada tahun
1641-1699 beberapa wilayah taklukannya lepas, dan kesultanan tidak
banyak bermanfaat, sehingga menjelang abad ke-18 M kesultanan Aceh merupakan
bayangan belaka dari masa silam dirinya, tanpa kepemimpinan dan kacau balau.
C.
TUMBUH DAN BERKEMBANGNYA KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI JAWA
1. kerajaan Demak
Kerajaan Demak
merupakan kerajaan Islam yang pertama di pulau Jawa. Kerajaan Demak didirikan
oleh raja Raden Patah pada akhir abad ke-15, setelah berhasil melepaskan diri
dari raja Majapahit, Demak mengalami perkembangan pesat. Faktor-fakrtor
pendorong kemajuan kerajaan Demak adalah:
a.
Runtuhnya kerajaan Majapahit.
b.
Letak Demak strategis di daerah pantai sehingga hubungan dunia luar
menjadi terbuka.
c.
Pelabuhan Bergota di semarang merupakan pelabuhan ekspor impor yang
penting bagi Demak.
d.
Demak memilki sungai sebagai penghubung daerah pedalaman.
Kerajaan Demak
dengan bantuan Walisongo berkembang menjadi pusat penyebaran agama Islam di
Jawa. Pada masa inilah masjid Agung Demak di bangun. Ketika Malaka di kuasai
Portugis, Demak merasa di rugikan sehingga pasukan Demak yang dipimpin Pati Unus di kirim menyerang Portugis di Malaka tahun 1513, tetapi mengalami kegagalan . Pati Unus kemudian
terkenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor.[7]
Pengganti Raden Patah adalah
Pati Unus. Selanjutnya pati Unus di gantikan pangeran Trenggono setelah
terjadinya perebutan kekuasaan dengan pangeran Sekar yang berhasil di bunuh
Pangeran Prawoto putra Pangeran Trenggono. Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono
(1521-1546) Demak mengalami kejayaan dan berhasil meluaskan wilayah sambil
menyebarkan Islam. Pada tanggal 22 Juni
1527 Sultan Trenggono mengutus Fatahillah memimpin pasukkan Demak untuk merebut
Sunda Kelapa. Sunda Kelapa berhasil di
kuasai dan di ubah namanya menjadi Jayakarta. Dalam usaha perluasan wilayah,
Sultan Trenggonno akhirnya wafat dalam pertempuran merebut Pasuruan tahun 1546.
Selanjutnya pusat pemerintahan kerajaan Demak di pindahkan ke Pajang oleh Jaka
Tingkir.
2. Kerajaan Pajang
Kerajaan
Pajang adalah pelanjut dan dipandang sebagai Pewaris kerajaan Islam Demak. kerajaan
yang terletak di daerah Kartasura sekarang merupakan kerajaan Islam pertama
yang terletak di daerah pedalaman pulau Jawa. Usia kerajaan ini tidak panjang.
Kekuasaan dan kesebarannya kemudiaan di ambil alih pleh kerajaan Mataram.
Raja pertama kerajaan ini adalah Jaka
Tingkir yang berasal dari Pengging, di lereng Gunung Merapi. Oleh raja Demak
ketiga, Sultan Trenggono, Jaka Tingkir di angkat menjadi penguasa di Pajang
setelah sebelumnya dikawinkan dengan anak perempuannya. Kediaman penguasa
Pajang itu, menurut Babad, di bangun dengan mencontoh Kraton Demak.
Pada tahun 1546 Sultan Demak meninggal dunia. Setelah itu
mucul kekacauan di ibu kota. Konon Jaka Tingkir yang telah menjadi penguasa
Pajang dengan segera mengambil alih kekuasaan karena anak Sulung sultan
trenggono yang menjadi pewaris tahta kesultanan, kesusuhunan prawoto, dibunuh
oleh kemenakannya, Aria Pengsangan yang waktu itu menjadi penguasa di
Jipang(Bojonegoro sekarang).
Setelah itu, ia memerintahkan agar semua
benda pusaka Demak dipindahkan Kepajang. Setelah menjadi raja yang paling
berpengaruh di pulau Jawa mulai dalam bentuk baru, titik politik pindah dari
pesisir (Demak) ke pedalaman. Peralihan
pusat politik itu membawa akibat yang sangat besar dalam perkembangan peradaban
Ialam di Jawa.[8]
Sultan Adiwijaya memperluas kekuasaannnya
di tanah pedalaman ke arah timur sampai daerah Madium, di aliran sungai
Bengawan Solo yang terbesar, setelah itu
berturut – turut ia dapat menundukan
Blora (1554) dan Kediri (1577). Pada
tahun 15981, ia berhasil mendapatkan pengakuan sebagai Sultan Islam dari
raja-raja terpenting di Jawa Timur memanga bersahabat.
Selama pemerintahan Sultan Adiwijaya,
kesusasteraaan dan kesenian keraton yang
sudah maju di Demak dan Jepara lambat laun di kenal di pedalaman Jawa. Pengaruh
agama Islam yang kuat di pesisir menjalar
dan tersebar ke daerah pedalaman.
Sultan Pajang meninggal dunia tahun 1587
dan di makamkan di Butuh, suatu daerah
di sebelah barat taman kerajaan Pajang. Dia digantikan oleh menantunya, Aria Pangiri di kelilingi
oleh pejabat-pejabat yang dibawanya dari Demak. Sementara itu, anak Sultan Adiwijaya,
Pangeran Benawa, dijadikan penguasa di Jipang.
Pangeran muda ini, karena tidak puas
dengan nasibnya di tengah-tengah lingkungan yang masih asing baginya, meminta
bantuan kepada sinopati, penguasa Mataram, untuk mengusir raja Pajang yang baru
itu. Pada tahun 1588, uasahanya berhasil . sebagai rasa teima kasih , Pangeran
Benawa menyerahkan hak atas warisan anak ayahnya kepada Senopati. Akan tetapi
Senopati menyatakan keinginannya untuk tetap tinggal di Mataram; ia hanya
meminta “Pusaka kerajaan” Pajang. Mataram ketika itu memang sedanga proses menjadi sebuah kerajaan yang
besar. Pangeran Benawa kemudian dikukuhkan sebagai raja Pajang, akan tetapi
berada di bawah perlindungan kerajaan Matarm. Sejak itu, Pajang berada dibawah
kekuasaan Mataram.
Riwayat kerajaan Pajang berakhir tahun
1618. Kerajaan pajang waktu itu memberontak terhadap Mataram yang ketika itu di
bawah Sultan Agung. Pajang di hancurkan, rajanya melarikan diri ke Giri dan
Surabaya.
3. kerajaan Mataram Islam
Awal dari kerajaaan
Mataram adalah ketika Sultan Adiwijaya dari Pajang meminta bantuan kepada Ki
Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk menghadapi dan menumpas
pemberontakan Aria penangsang tersebut di atas. Sebagai hadiah atasnya, Sultan kemudian menghadiahkan
daerah Mataram kepada Ki Pamanahan yang menurunkan raja-raja Mataram Islam
kemudian.
Pada tahun 1577 M, Ki
Gede Pamanahan memepati istana barunya di Mataram. Dia di gantikan oleh
puteranya, Senapati, tahun 1584 dan di kukuhkan oleh Sultan Pajang.
Senapati-lah yang dipandang sebagai Sultan pertama, setelah Pangeran Benawa,
anak Sultan Adiwijaya, menawarkan kekuasaan atas pajang kepada Senapati.
Meskipun Senapati menolak dan hanya meminta pusaka kerajaan, diantaranya Gong
Kiai Skar Dlima, Kendali Kiai macam Guguh, dan Pelana Kiai Jatayu, namun dalam
tradisi Jawa, penyerahan benda-benda pusaka itu sama artinya dengan penyerahan
kekuasaan.[9]
Senapati kemudian
berkeinginan menguasai juga semua raja bawahan Pajang, tetapi ia tidak
mendapatkan pengakuan dari penguasa Jawa Timur sebagai pengganti Raja Demak dan
kemudian Pajang. Melalui perjuangan berat, peperangan demi peperangan, barulah
ia berhasil menguasai sebagian daripadanya.
Senapati meninggal dunia
tahun 1601 M, dan di gantikan oleh puteranya Seda Ing Krapyak yang memerintah
sampai tahun1613 M. Seda Ing Krapayak di ganti oleh puteranya, Sultan Agung,
yang melanjutkan usaha ayahnya. Pada tahun 1619, seluruh Jawa Timur praktis
sudah berada dibawah kekuasaannya. Di masa pemerintahan Sultan Agung inilah
kontak-kontak bersenjata antara kerajaan Agung Mataram dengan VOC mulai terjadi.
Pada tahun 1630 M, Sultan Agung menetapkan Amangkurat I sebagai putera Mahkota,
Sultan Agung wafat tahun 1646 M dan dimakamkan di Imogiri. Ia digantiakan
hampir tidak pernah reda dari konflik. Dalam setiap konflik, yang tampil
sebagai lawan adalah mereka yang di dukung oleh para ulama yang bertolak dari
keperhatinan agama. Tindakan pertama pemerintahannya adalah menumpas pendukung pangeran Alit deengan membunuh
banyak ulama dan santri adalah bahaya bagi tahtanya. Sekitar 5000-6000 ulama
beserta keluarganya dibunuh (1647 M). Amangkurat I bahkan merasa tidak
mmerlukan titel “sultan ”. pada tahun 1677 M dan 1678 pemberontakan para ulama
muncul kembali dengan tokoh spritual Raden kajoran. Pemberontakan-pemberontakan
seperti itulah yang mengakibatkan runtuhnya
Kraton Mataram.
4. kerajaan Cirebon
Kerajaan Cirebon adalah
kerajaan pertama di Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati.
Di awal abad ke-16, Cirebon masih merupakan sebuah daerah kecil di bawah
kekuasaan Pakuan Pajajaran. Rajanya hanya menepatkan seorang juru labuhan
disana, bernama Walangsungsang, seorang tokoh yang mempunyai hubungan darah
dengan raja Pajajaran. Ketika berhasil memajukan Cirebon, ia sudah menganut
agama islam. Disebutkan oleh Tome Pires, Islam sudah ada di cirebon sekitar
1470-1475 M. Akan tetapi, orang yang berhasil meningkatkan status Cirebon
menjadi sebuah kerajaan adalah Syarif Hidayat yang terkenal dengan gelar Sunan
Gunung Jati, pengganti dan keponakan dari Pangeran Walangsungsang. Dialah
pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan kemudian juga banten.
Sebagai keponakan dari pangeran Walangsungsang, Sunan Gunung Jati juga mempuyai hubungan darah
dengan raja Pajajaran. Raja dimaksud adalah Prabu siliwangi, raja Sunda yang
berkedudukan di Pakuan Pajajaran, yang nikah dengan Nyai Subang Larang tahun
1422. Dari perkawinannya itulah lahir tiga putera, masing-masing Raden
Walangsungsang, Nyai Lara santang, dan Raja Sengsara. Sunan Gungung Jati adalah
putera Nyai Lara Santang dari perkawinannya dengan Maulana Sultan Mahmud alias
Syarif Abdullah dari Bani Hasyim, ketika Nyai itu naik haji.
Disebutkan, Sunan Gunung Jati lahir tahun 1488 M, dan wafat pada tahun
1568 M dalam usia 120 tahun. Karena kedudukannya sebagai salah sorang Wali
Songo, ia mendapat penghormatan dari raja-raja lain di jawa, seperti Demak dan
Pajang. Setelah Cirebon resmi berdiri
sebagai sebuah kerajaan Islam yang bebas dari kekuasaan Pajajaran, Sunan Gunung
Jati berusah meruntuhkan kerajaan Pajajaran yang masih belum menganut Islam
itu.
Dari Cirebon, Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke daerah-daerah lain
di Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan
Banten. Dasar bagi pengembangan Islam dan perdagangan kaum Muslimin di Banten
Di letakkan oleh Sunan Gunung Jati tahun 1524 atau 1525 M. Ketika kembali ia ke
Ceribon, Banten diserahkan kepada anaknya, Sultan Hasanudin. Sultan inilah yang
menurunkan raja-raja Banten. Di tangan raja-raja Banten tersebut, akhirnya,
kerajaan Pajajaran dikalahkan. Atas prakarsa Sunan Gunung Jati juga penyerangan
ke Sunda Kelapa dilakukan (1527 M). Penyerangan ini dipimpin oleh Falahetan
dengan bantuan tentara Demak.
Setelah Sunan Gunung Jati wafat, ia diganti oleh cicitnya yang terkenal
dengan gelar Pangeran Ratu atau
Panembahan Ratu. Panembahan Ratu wafat tahun 1650, dan digantikan oleh
puteranya yang bergelar Panembahan Girilaya.
Keutuhan Cirebon sebagai satu kerajaan hanya sampai pangeran Giriliya
itu. Sepeninggalnya, sesuai dengan kehendaknya sendiri, Cirebon diperintah oleh
dua puteranya, Martawijaya atau Panembahan sepuh dan Kartawijaya atau Panembahan anom. Panembahan Sepuh
memimpin Kesultanan Kasepuhan sebagai rajanyayang pertama dengan gelar
Samsudin, sementara Panembahan Anom memimpin kesultanan Kanoman dengan gelar
Badruddin.[10]
5. kerajaan
Banten
Sejak sebelum zaman islam, ketika masih berada dibawah
kekuasaan raja-raja Sunda (Dari Pajajaran, atau mungkin sebelumnya), Banten
sudah menjadi kota yang berati. Dalam tulisan Sunda Kuno, cerita Parahyangan,
disebut-sebut nama Wahanten Girang. Nama ini di hubungkan dengan Banten, sebuah
kota pelabuhan di ujung barat pantai utara Jawa. Pada tahun 1524 atau 1525,
Sunan Gunung Jati dari Cirebon, meletakkan dasar bagi pengembangan agama dan
kerajaan Islam serta bagi pedagangan orang-orang Islam disana.
Menurut sumber tradisional, penguasa Pajajran di Banten
menerima Sunan Gunung Jati dengan ramah tamahmdan tertarik masuk islam. Ia
meratakan jalan bagi kegiatan pengislaman disana. Dengan segera ia menjadi
orang yang berkuasa atas kota itu dengan bantuan tentara Jawa yang memang
dimintanya. Namun, menurut berita Barros, penyebaran Islam dijawa Barat tidak
melalui jalan damai, sebagaimana disebut oleh tradisional. Beberapa tradisional.
Beberapa pengislaman mungkin terjadi secara sukarela, tetapi kekuasaan tidak di
peroleh kecuali dengan menggunakan kekerasan. Banten, dikatakan justru diserang
dengan tiba-tiba.
Untuk menyebarkan Islam
di Jawa Barat, langkah Sunan Gunung Jati berikutnya adalah menduduki pelabuhan
Sunda yang sudah tua, kira-kira tahun 1527. Ia memperluas kekuasaannya atas
kota-kota pelabuhan Jawa Barat lain yang semula termasuk Pajajaran.
Setelah ia kembali ke
Cirebon, kekuasaannya atas Banten diserahkan kepada puteranya, Hasanudin.
Hasanudin sendiri kawin dengan puterri Demak dan diresmikan menjadi Panembahan
Banten tahun 1552. Ia menerskan
usaha-usaha ayahnya dalam meluaskan daerah Islam, yaitu ke lampung dan
sekitarnya di Sumatrea Selatan.
Pada tahun 1568, di saat
kekuasaan Demak beralih ke Pajang, hasanudin memerdekakan Banten. Itulah
sebabnya oleh tradisi ia di anggap sebagai raja Isalam pertama di Banten.
Banten sejak semula memang merupakan vassal dari Demak. Hasanudin mangkat
kira-kira tahun 1570 dan digantikan anaknya, Yusuf. Setelah sembilan tahun memegang
tampuk kekuasaan, tahun 1579, Yusuf menaklukan Pakuwan yang belum Islam
yang waktu itu masih menguasai sebagian besar daerah pedalaman Jawa Barat.[11]
Sesudah ibu kota kerajaan itu jatuh dan raja beserta keluarganya menghilang,
golongan bangsawan Sunda masuk Islam. Mereka di perbolehkan tetap menyandang
pangkat dan gelarnya.[12]
Setelah Yusuf meninggal
dunia tahun 1580 M ia di gantikan oleh puteranya Muhammad, yang masih muda
belia. Selama Sultan Muhammad masih di bawah umur, kekuasaan pemerintahan
dipegang oleh kali (arab: qadhi, jaksa agung) beersama empat orang pembesa
lainnya. Raja Banten yang saleh ini, melanjutkan serangan terhadap raja
Palembang dan gugur dalam usia 25 tahun pada tahun 1596. Ia meninggakan seorang
anak yang berusia 5 bulan, Sultan Abdul Mafakkir Mahmud abdul Kadir.
Sebelum memeganga pemerintahan secara langsung, Sultan
berturut-turut berada dibawah 4 orang wali laki-laki dan seorang wali anita. Ia
baru aktif memegang kekuasaan tahun 1626, dan pada tahun 1638 mendapat gelar
Sultan dari Mekah. Dialah raja Banten pertama dengan gelar Sultan yang
sebenarnya. Ia meninggal tahun 1561 dan digantikan oleh cucunya Sultan Abufath
Abdulfath.
Pada masa Sultan Abufath Abdulfath ini terjadi beberapa
kali peperangan antara banten dan Voc yang berakhir dengan disetujuinya
perjanjian perdamaian tahun 1659 M.
D. TUMBUH DAN BERKEMBANGNYA KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI KALIMANTAN, MALUKU, DAN SULAWESI
1.
Kerajaan Islam di Kalimantan
Penyebaran Islam di Kalimantan banyak dilakukan oleh
para mubalig dari jawa. Hal itu terjadi karena hubungan masyarakat antara dua
kepulaua itu sudah terjalin sejak masa pemerintahan Kerajaan Majapahit dan
Kerajaan Kutai. Oleh karena itu, para mubalig pada masa berikutnya hanya melanjutkan hubugan yang telah terjalin
cukup terlalu lama itu. Di antara mubalig yang datang ke Kalimantan adalah
khatib Dayyan serta mubalig dari Banjar, yaitu Muhammad Asyad al-Banjari yang
menegakkan ajaran Islam di Kalimantan pada abad ke-18 M.
Ketika Demak berkuasa, terutama pada masa
pemerintahan Sultan trenggono (1521-1546 M), terjadi konflik di kerajaan Daha,
yaitu antara Pangeran samudera dan Pangeran
Mangkubumi. Pangeran Samudera meminta bantuan kepada Demak. Permohonan
itu di terima dengan syarat, jika ia menangkan peperangan, ia harus masuk
Islam. Ternyata, peperangan itu di menangkan oleh Pangeran Ssamudera. Ia pun
masuk Islam.
Di Kalimantan Barat, yaitu di
daerah Sukadana, sejak tahun 1550 M telah berdiri kerajaan Islam. Sultan yang
pertama adalah Panembahan Girikusuma (1591 M) dan yang kedua adalah Sultan
Muhammad Safiuddin (1677 M).
2. kerajaan Islam di Sulawesi
Di Sulawesi terdapat
beberapa kerajaan, di antaranya adalah Gowa-Tallo , Bone, Wajo, Soppeng, dan
Luwu. Kerajaan Gowa-Tallo merupakan kerajaan kembar yang saling berbatasan.
Kerajaan ini terletak di Semenanjung barat daya Pulau Sulawesi yang merupakan daerah strtegis.
Sejak Gowa-Tallo tampil
sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan baik
dengan ternate yang telah menerima Islam di Gresik. Di bawah pemerintahan
Sultan Babullah, kerajaan Ternate mengadakan persahabatan dengan kerajaan Gowa-Tallo.
Babullah mengajak raja kerajaan tersebut untuk menerima agama Islam, tetapi
gagal. Baru pada waktu waktu Datu’ri Bandang datang ke kerajaaan Gowa-Tallo,
agama Islam mulai masuk kerajaan ini. Sultan Alaudin adalah raja pertamayang
pertama memeluk Islam pada tahun 1605 M. Setahun kemudian, hampir seluruh rakyat Gowa-Tallo memeluk Islam. Mubalig yang
berjasa dalam penyebaran agama Islam di
daerah itu adalah Abdul Qadir Khatib Tunggal yang berasal dari Minangkabau.
Raja Gowa-Tallo sangat besar perannya dalam penyebaran Islam, bukan hanya
rakyat yang menerima ajaran Islam, tetapi juga kerajaan-kerajaan di
sekitarnya, seperti Luwu, Wajo, Soppeng,
dan Bejo. Wajo menerima Islam tahun 1610 M. Bone menerima Islam tahun 1611 M.
Raja Bone pertama yang menerima Islam bergelar Sultan Adam.
Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa masuknya Islam ke wilayah Sulawesi
menjadi sebab utama bersatunya kerajaan-kerajaan yang ada disana. Meskipun
sudah masuk Islam, pertempuran antara satu kerajaan Islam dan kerajaan Islam
yang lain masih terjadi. Meskipun demikian, Islam tetap memberi arti penting
bagi kemajuan peradaban masyarakat Sulawesi.[13]
3. kerajaan di Maluku
1. kerajaan ternate
Kerajaan
Ternate berdiri abad ke-13 yang beribukota di Sampalu , agama Islam mulai
disebarkan di Ternate pada abad ke-14. Pada abad ke-15 kerajaan Ternatedapat
berkembangkan pesat yang di sebabkan oleh kekayaan rempah-rempah terutama
cengkih yang dimiliki Ternate, adanya kemajuan pelayaran serta perdagangan di
Ternate. Ramainya perdagangan rempah-rempah di maluku mendorong
terbentuknyapersekutuan dagang, yaitu :
-
Uli Lima (persekutuan Lima) yang di
pimpin kerajaan Ternate.
-
Uli Syiwa (persekutuan Sembilan) yang di
pimpin kerajaan Tidore.
2. kerajaan Tidore
Kerajaan Tidore berdiri
pada abad ke-13 hampir bersamaan dengan kerajaan Ternate. Kerajaan Tidore juga
kaya rempah-rempah sehingga dapat di kunjungi para pedagang. Pada awalnya
Ternate dan Tidore bersaing merebutkan
kekuasaan perdagangan di Maluku, lebih-lebih dengan datangnya Portugis
dan Spanyol di Maluku. Akan tetapi, kedua kerajaan tersebut akhirnya bersatu
melawan kekuasaan Portugis dan bersatu melawan kekuasaan Portugis dan Spanyol
di Maluku. Kerajaan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku.
Pada masa pemerintahannya berhasil memperluas daerah sampai ke Halmahera,
Seram, dan kai sambil melakukan penyebaran agama islam.
Kesimpulan
Agama islam masuk dan berkembangan di indonesia melalui jalur darat
dan jalur laut. Kedatangan para pedagang dari Arab. Persia dan gujarat pertama
kali di nusantara yaitu ke pesisir pantai sumtera. Setelah munculnya kesultanan
samudera pasai, islam tersebar ke pedalaman sumatera hingga wilayah selatan.
Agama islam dari sumatera kemudian
tersebar ke jawa, yaitu di kesultanan Demak yang berperan dalam menyebarkan
islam ke Banten, Cirebun, Gresik, dan daerah
pesisir utara pulau jawa. Agama islam akhirnya menyebar ke kalimantan,
Sulawesi, sebagian Maluku, dan daerah timur lainnya.
Daftar
pustaka
Badri yatim. Sejarah peradaban islam. 1993.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Syamsudin, Rusmini. Soedarman, PASTI (panduan siswa tepadu) IPS
TERPADU. 2010. Putra angkasa.
[1] Syamsudin, Rusmini, Soedarman, PASTI (panduan siswa tepadu) IPS
TERPADU,(Putra angkasa,2010)hal.47
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta: PT.
RajaGranfindo Persada,1993)hal.205
[3] Badri Yatim, sejarah peradaban....hal.206-207
[4] .ibid. hal.208
[5] Ibid.hal.208-209
[6] Ibid.hal.210
[7] Syamsudin, Rusmini, Soedarman, PASTI...hal.48
[8] Badri Yatim,sejarah peradaban...hal.212-213
[9] Ibid.215
[10] Ibid.hal.216-217
[11] Ibid.hal.217
[12] N. Abbas Wahid, Suratno, Khazanah sejarah Kebudayaan Islam,(Solo:
PT SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI), 2010, hal.107
[13] Ibid.hal.108
Do you understand there's a 12 word phrase you can communicate to your partner... that will induce intense emotions of love and impulsive attraction for you deep inside his heart?
BalasHapusBecause deep inside these 12 words is a "secret signal" that fuels a man's impulse to love, adore and care for you with all his heart...
12 Words Who Trigger A Man's Desire Response
This impulse is so built-in to a man's brain that it will drive him to work harder than ever before to make your relationship the best part of both of your lives.
As a matter of fact, fueling this influential impulse is absolutely important to having the best ever relationship with your man that the second you send your man one of the "Secret Signals"...
...You'll soon notice him expose his mind and heart for you in a way he's never expressed before and he'll distinguish you as the only woman in the universe who has ever truly fascinated him.