TAK KENAL JODOH ? MAKA TA’ARUFLAH !
1.
Hey,
km siap menikah? Udah yakin dgn calonmu? Ingat! Nikah tdk hny bulan madu. Ada
bulan racunnya jg. Mdh2an ia adlh penawarnya #ta‘aruf.
2. Biar
gak salah pilih, maka pilih calon pasangan gak bs sembarangan. Batin tersiksa
menghabiskan waktu berhari2 dgn orng yg salah #ta‘aruf.
3.
Mngenal
calon hrslah tepat. Tak mungkin didapat mll pacaran. Sbb perilaku saat pacaran
dibuat2. Akhirnya bnyk yg kena muslihat #ta‘aruf.
4.
#Ta‘aruf
bs jadi wasilah. Asal caranya tdk salah. Dapat pasangan yg sah menuju keluarga
sakinah. Rumah tangga berkah. Hidup bergairah.
5.
#Ta‘ruf
bukan pacaran. Syariat tetap diutamakan. Tak ada pegangan tangan. Apalagi umbar
rayuan dan nonton berduaan. Itu perangkap setan
6.
#Ta‘aruf
jg tak perlu dipaksakan. Jika
merasa mantap dan kenal sejak lama nian. Silahkan langsung lamar dan bawa ke
pelaminan.
7.
Lebih
nyamanMemaksa #ta‘aruf pdhl cinta sudah berkobar, bahkan setiap ketemu hati
berdebar, bikin gejolak syahwat makin liar. Udah, buruan dilamar.
8.
#Ta‘aruf
tak perlu terburu2. Agar dpt calon bermutu. Saat menikah tak ada ragu. Agar
ucap ijab lancar di depan penghulu.
9.
#Ta‘aruf
berpedoman pada syariat. Bukan melihat perilaku ustad. Kalau ustad #ta‘aruf
sambil berkhalwat, jgn didengar apagi ditaat.
10.
#Ta‘aruf
jgn banyak tanya visi & misi. Setiap visi pastilah membuai hati. Kita butuh pasangan yg
siap beraksi bukan sekedar janji.
11.
Tanyakan
padanya apa yg telah dialami. Agar mengenal karakter lebih teliti. Jika ia
trbiasa mengaji, itulah karakternya yg asli #ta‘aruf.
12.
Tanyakan
kebiasaannya dahulu kala. Sbb setiap karakter punya pola. Jk ia dulu terbiasa
bekerja, begitu pula saat berumah tangga #ta‘aruf.
13.
Tanyakan
pula hubungannya dgn keluarga. Jika ia berasal dr keluarga harmonis, maka
akhlaknya pun manis. #ta‘aruf.
14.
Apakah
ayahnya terlibat mengasuh saat kecil? Ini menentukan karakter calon yg siap
tampil. Masalah dihadapi dgn terampil. #ta‘aruf.
15.
Apakah
ia dkt dgn ibunya? Ini mmbentuk karakternya yg peka rasa. Tau apa yg dimau
wanita. Snantiasa menjaga kata2 kpd istrinya. #ta‘aruf.
16.
Hindari
banyak tanya kpd calon kita. Pastilah ia akan meninggikan dirinya. Kenalilah ia
dr kawan karibnya atau kerabat utama #ta‘aruf.
17.
Bertanyalah kpd kawan yg prnh jln jauh brsm,
menginap&bermua’amalah dgnnya. Kawan
yg prnh m’alaminya tau betul karakter aslinya #ta‘aruf.
18.
Kenal
calon lht dr kawannya. Sbb kawan mnentukan selera jiwa. Jk ia brkawan dgn
pnghafal quran, itu tanda hatinya cnta kebaikan #ta‘aruf.
19.
Ta‘aruf
bkn cari calon yg sempurna. Namun yg kekurangannya bs kita terima. Jika ingin
calon sempurna, bersiap jomblo slamanya.
20.
Catatlah
kejadian #ta‘aruf dan timbang. Agar menikah tdk sembarang. Rumah tangga tak
goyah saat badai menerjang. Siap jd pemenang.
21.
#Ta‘aruf
itu sejarah. Catat dan rekam baik2. Agar jadi teladan penuh hikmah bagi anak
cucu di akhir masa.Bawa catatan pas #ta‘aruf saat konsultasi kpd Allah. Siapkan diri
terima kekurangannya. Latihlah diri jika keburukannya kumat tiba2.
22.
Jika selesai #ta‘aruf kamu akhirnya
mencintainya karena “ada apanya”, maka saat menikah belajarlah utk mencintainya
“apa adanya”.
23.
#Ta‘aruf yg berkah berujung pada keluarga yg
sakinah. Jangan rusak ta’aruf dgn perbuatan
yg Allah murka. Makanya jgn disengaja lama.
24.
Jika tak
ada alasan utk menolaknya & semua kluarga pun terima, tunggu apalagi.
Khitbah ia dgn segera. Agar cnta berujung ridhoNya #ta‘aruf.
25.
Selamat
ber#ta‘aruf bagi yg menjalaninya. Semoga pernikahan yg dijalani adalah gladi
resiknya kita di surga. Indah hingga akhir masa.
Ø
Sumber
: Twitter
@ajobendri / Ustadz Bendri Jaisyurrahman - 02/06/2012
5 PRINSIP TA’ARUF PRANIKAH
ISLAMI
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ta’aruf masa begitu? Kurang lebih seperti itu ungkapan sebagian rekan yang menyayangkan proses
ta’aruf rekannya yang dinilai kurang islami. Bisa jadi karena rekan tersebut
belum tahu ta’aruf yang islami itu bagaimana, atau mungkin saja sudah tahu
tetapi belum bisa menjalaninya dengan baik dan benar sehingga terpeleset ke
aktivitas ta’aruf yang tak islami.
Seiring digemakannya
metode perkenalan islami dalam pencarian jodoh, istilah ta’aruf semakin
dikenal, meskipun lebih tepat bila dipakai istilah ta’aruf pranikah. Penggunaan
istilah “ta’aruf” dikesankan pada aktivitas perkenalan yang islami sebagai
oposisi dari istilah “pacaran” yang dikesankan pada aktivitas perkenalan yang
tidak islami.
Berikut ini saya
rangkumkan beberapa prinsip ta’aruf yang bisa dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
ta’aruf, yang erat kaitannya dengan tema khitbah/lamaran dan tema pernikahan
yang merupakan fase lanjutan setelah ta’aruf, serta interaksi antara laki-laki
dan perempuan dalam keseharian.
1.
Ta’aruf bagi
yang mampu menikah
“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara
kalian mampu menikah maka menikahlah! Karena, menikah lebih dapat menahan
pandangan dan lebih dapat memelihara kemaluan. Dan barangsiapa tidak mampu,
hendaklah ia berpuasa, karena puasa dapat menjadi perisai bagi syahwatnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits di atas berisi
anjuran untuk menyegerakan menikah bila memang sudah mampu menikah, sehingga
tidak ada proses ta’aruf yang perlu dijalani bagi yang belum mampu menikah. Bagi yang belum
mampu menikah maka dianjurkan untuk banyak berpuasa, belum saatnya berta’aruf.
MAMPU menikah di sini sama artinya dengan BISA
menikah. BISA menikah bukan sekedar sudah SIAP menikah, tapi juga sudah BOLEH
menikah. Sudah siap menikah, tapi belum boleh menikah tentunya proses ta’aruf
belum perlu dijalani. Ada wali bagi seorang perempuan yang perlu dimintakan
izinnya untuk menikahkan si anak perempuan, demikian juga restu dari orang tua
bagi seorang laki-laki yang perlu diikhtiarkan meskipun tidak ada wali bagi
seorang laki-laki.
Pastikan izin dan restu menikah sudah didapat
dari wali/orang tua sebelum berikhtiar ta’aruf, selain kesiapan menikah yang
sudah anda yakini. Pastikan juga bahwa izin menikah ini adalah ‘izin menikah
segera’ setelah bertemu calon pasangan yang cocok, bukan izin menikah setelah
nanti lulus kuliah atau izin menikah setelah nanti pekerjaannya mapan yang
jangka waktunya sekian tahun ke depan.
Dari pengalaman mendampingi beberapa proses
ta’aruf, prosesnya cukup dijalani selama 2-3 bulan saja, itupun hampir semuanya
belum pernah saling kenal sama sekali. Kalau si 'target ta'aruf' itu tetangga
sendiri, rekan kerja, atau sahabat satu komunitas yang sudah lama dikenal
tentunya perlu waktu ta'aruf yang lebih singkat lagi.
Dari perkiraan masa
ta’aruf ditambah masa persiapan pernikahan, bisa ditarik mundur kapan sekiranya
waktu yang anda pilih untuk mulai berikhtiar ta’aruf. Mungkin cukup
di kisaran 6 bulanan saja, tidak lebih dari satu tahun. Kalau lebih dari satu
tahun ke depan sebaiknya nanti-nanti saja anda mulai berikhtiar ta’aruf, isi
hari-hari anda dengan memperbanyak ibadah khususnya berpuasa untuk lebih
membentengi diri dari angan-angan yang belum saatnya.
Bila anda belum siap
ta’aruf namun ingin ‘belajar ta’aruf’ agar bila tiba saatnya nanti sudah siap,
anda bisa 'berguru' pada saudara atau rekan terdekat yang pernah menjalani
proses ta’aruf sebelumnya. Bisa juga dengan mengambil referensi
artikel-artikel seputar ta’aruf yang cukup banyak beredar dari beberapa pakar
dan spesialis ta’aruf. Anda juga bisa ikut seminar pranikah dan kuliah pranikah
yang diadakan lembaga islam yang tepercaya untuk persiapan ta’aruf. Insya Allah
hal-hal tersebut bisa menjadi pembelajaran anda seputar perta’arufan, tanpa
harus menjadi pelaku ta’aruf terlebih dulu.
2.
Kriteria agama dan akhlak dalam pertimbangan ta’aruf
“... Wanita
yang baik untuk lelaki yang baik. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik pula
... (QS. An Nur : 26)
“Wanita itu
dinikahi karena empat hal, yaitu karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, atau
agamanya. Pilihlah berdasarkan agamanya agar selamat dirimu.” (HR. Bukhari –
Muslim).
“Bila seorang
laki-laki yang kau ridhai agama dan akhlaknya meminang anak perempuanmu,
nikahkanlah dia. … (HR. Tirmidzi)
Dalam pencarian
sosok yang dijadikan target ta’aruf, kriteria agama menjadi syarat utama yang
tidak bisa diganggu gugat. Kriteria lain boleh macam-macam sesuai selera, namun
terkait kriteria agama haruslah yang baik agamanya. Baik agamanya bisa dilihat
dari dia yang seorang Muslim/Muslimah, tidak meninggalkan ibadah wajibnya,
memiliki akhlak yang baik, serta memiliki semangat untuk terus berubah menjadi
baik.
Dengan kriteria
agama yang baik, pastinya ikhtiar ta’aruf akan menjadi pilihan sosok tersebut
dibanding aktivitas pacaran. Lalu, bagaimana kalau sudah 'terlanjur' pacaran?
Lakukan hal ini : segera putuskan hubungan, sama-sama beristighfar, memohon
ampun dan menyesali aktivitas pacaran yang telah dijalani, kemudian beralihlah ke
proses ta'aruf yang islami.
3.
Proses
ta’aruf bersifat rahasia
“Rahasiakan
pinangan, umumkanlah pernikahan (HR. Ath Thabrani)
Berbeda dengan pernikahan yang dianjurkan untuk disebarluaskan, pinangan atau lamaran pernikahan justru dianjurkan untuk dirahasiakan. Bila pinangan perlu dirahasiakan, tentu proses ta’aruf yang mendahului pinangan tersebut juga perlu dirahasiakan.
Berbeda dengan pernikahan yang dianjurkan untuk disebarluaskan, pinangan atau lamaran pernikahan justru dianjurkan untuk dirahasiakan. Bila pinangan perlu dirahasiakan, tentu proses ta’aruf yang mendahului pinangan tersebut juga perlu dirahasiakan.
Jadi tidak
perlu update status di Facebook bahwa anda sedang menjalani proses
ta’aruf dengan seseorang yang anda tag namanya, atau pasang status engaged
pasca lamaran, juga tidak perlu saling mention di Twitter untuk
menunjukkan bahwa anda sedang ta’arufan dengan nama yang di-mention.
Publikasikanlah nanti bila hari H pernikahan anda sudah dekat dalam bentuk
undangan pernikahan.
4.
Adanya
orang ketiga dalam ta’aruf
“Janganlah
salah seorang dari kalian berdua-duaan dengan wanita, karena setan akan menjadi
ketiganya” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Tidak ada proses ta’aruf yang dijalani berduaan saja antara pihak yang
berta’aruf, perlu pelibatan pihak ketiga untuk mendampingi proses sehingga
menutup celah setan menjadi yang ketiganya. Pihak ketiga ini bukan berarti seorang saja,
tapi bisa juga saudara atau beberapa orang terdekat yang anda percayai untuk
mendampingi selama proses ta’aruf anda jalani. Dengan demikian tidak ada jalan
berduaan, makan berduaan, boncengan motor berduaan, naik mobil berduaan, dan
kegiatan berduaan lainnya dalam aktivitas ta’aruf. Harus ada orang ketiga untuk
mencegah ‘khilaf’ yang bisa saja terjadi karena aktivitas berduaan tersebut.
Demikian juga
dalam komunikasi jarak jauh lewat telepon, SMS, atau fasilitas chat menggunakan
Facebook, Whatsapp, atau BBM. Meskipun tidak berdekatan secara fisik namun
perlu diingat bahwa aktivitas zina ada macam-macam, tidak hanya zina fisik
tetapi ada juga zina hati dalam bentuk angan-angan, khayalan, dan ungkapan
mesra yang belum saatnya diberikan. Bila hati susah dijaga, libatkan juga orang
ketiga dalam komunikasi jarak jauh ini untuk menghindari zina hati.
Salah satu cara yang bisa dicoba dan pernah juga saya lakukan adalah dengan
membuat group Whatsapp untuk memfasilitasi komunikasi pihak yang berta’aruf,
dan meminta kedua pihak yang berta’aruf memblok nomer masing-masing sehingga
tidak ada peluang komunikasi secara langsung. Tema obrolan juga perlu diarahkan seputar
hal-hal yang memang perlu dikomunikasikan dalam proses ta'aruf. Bila yang ingin
disampaikan cukup panjang, bisa memanfaatkan fasilitas email mediator tepercaya
untuk menyampaikan. Apa saja yang ingin diketahui atau disampaikan selama
proses ta’aruf tinggal diemail ke mediator, dan mediator akan meneruskannya ke
email pihak yang lain.
Dengan adanya orang ketiga yang memerantarai komunikasi, maka kalimat dan
ungkapan ‘romantisme pranikah’ yang belum saatnya diberikan bisa dihindari
karena ada pihak yang mengawasi dan menyaring hal-hal yang dikomunikasikan
selama berta’aruf.
5.
Aktivitas nazhar/melihat pihak yang berta’aruf
Dari Al-Mughiroh bin Syu’bah radhiyallahu’anhu bahwasannya beliau akan
melamar seorang wanita maka Nabi Muhammad pun berkata kepadanya “Lihatlah ia
(wanita yang kau lamar tersebut) karena hal itu akan lebih menimbulkan kasih
sayang dan kedekatan diantara kalian berdua.” (HR. Bukhari
Muslim).
Kemajuan
teknologi informasi berdampak pada semakin maraknya media sosial di dunia maya.
Tidak sedikit orang iseng yang menggunakan profil palsu yang tidak
menggambarkan profil diri sebenarnya. Ajakan ta’aruf pun bisa saja disampaikan
sosok palsu tersebut dengan tujuan penipuan, atau sekedar iseng. Dengan adanya
aktivitas nazhar ini, kondisi fisik masing-masing pihak yang berta’aruf dapat
diketahui dengan jelas.
Sosok yang dikenal di dunia maya bisa dibuktikan keberadaannya dengan
aktivitas nazhar ini, bukan sekedar sosok yang punya nama namun tanpa rupa. Berkaitan
juga dengan landasan di nomer empat, libatkanlah orang ketiga dalam aktivitas
nazhar ini untuk menghindari modus penipuan dan keisengan dari orang asing yang
dikenal di dunia maya.Demikianlah lima prinsip ta’aruf yang bisa dijadikan
pedoman dalam aktivitas ta’aruf, semoga bermanfaat dan memberikan pencerahan. Semoga
keberkahan menyertai proses ta’aruf hingga pernikahan yang telah anda
ikhtiarkan berjalan syar’i sesuai dengan landasan Al Quran dan Hadits tersebut
Wallahua’lam bis shawab
salam
Ø SUMBER:
Maswahyu ST (Spesialis Ta'aruf)
@MaswahyuST
@MaswahyuST
KHITBAH-TA’ARUF- BAGI YANG SIAP MENIKAH
1.
wahai pemuda, siapa di antara kalian yang
telah mampu untuk menikah maka hendaknya ia menikah (HR Bukhari) | begitu pesan
Nabi saw
2.
siapakah yg dianggap siap menikah? | adl yg
telah baligh, pahami Islam, dan dewasa, dia mampu selesaikan masalah, tanggung
jawab
3.
nikah adalah ikatan agung nan suci | dari
sanalah terbangun bahtera dakwah berpsangan, dan madrasah balatentara Allah
selanjutnya.
4.
karenanya, hal baik seperti nikah haruslah
dimulai dengan yg baik | buruk awalnya biasanya buruk tengah dan akhirnya
5.
Islam menolak maksiat dalam interaksi
lelaki-wanita semacam tunangan dan pacaran | Nbai tak mengenalnya samasekali,
bahkan melarangnya
6.
namun Islam tukarkan metode maksiat dengan
metode taat sebelum menikah | khitbah lalu #ta‘aruf yg halal agar nikah menjadi
baik
7.
pada asasnya, khitbah-#ta‘aruf adl proses yg
dijalani oleh org yg telah mantap hati dan siap nikah | utk pastikan diri dan
calonnya
8.
jadi khitbah-#ta‘aruf bukanlah produk
substitusi pacaran, bukanlah pembungkus maksiat pacaran atas nama yg lebih
Islami
9.
jadi sebelum melakukan proses khitbah-ta’aruf,
pastikan semua urusan telah diselesaikan, orangtua pahami niat dan restui niat
itu
10.
sebelum melakukan proses khitbah-ta’aruf,
rencana jg sudah dibuat, kapan ajuan waktu nikah, prosesi nikah, dan segala
kaitannya
11.
nah, bila semua sudah usai dipastikan, maka
saatnya memilih pasangan, memilahnya dari ribuan untuk satu kebahagiaan | ridha
Allah
12.
“wanita dinikahi karena 4, harta, keturunan,
kecantikan, dan agama, pilihlah yg beragama maka engkau bahagia” (HR
Bukhari-Muslim)
13.
jelaslah usul Nabi, bagi yg tujuan
pernikahannya adl ridha Allah dan membangun keluarga sakinah | pilihan utama
pada agamanya
14.
tak habis pikir, Muslim yg ada niatan
menyunting istri dari non-Muslim, apa tujuannya? dakwah blm tentu sampai,
kerusakan sudah jelas.
15.
lebih tak habis pikir, wanita Muslim yg kagum
atau melihat lelaki non-Muslim menarik? jelas yg jadi standarnya bukan ridha
Allah
16.
maka saat persiapan pribadi jelas | pilahlah
calon yg memenuhi standar agama kita, bila cantik, kaya dan bangsawan, itu bonus.
17.
paling mudah jadi aktivis dakwah :D,
akhlak-pikir calon terikat syariat, “sudah dibina tinggal dibini”, tak perlu
“dibini lalu dibina”
18.
bagi yg blm jadi aktivis dakwah, carilah
pasangan yg “mau dibina”, yg mau tunduk pada ayat Allah dan lisan Nabi, itu baik
sekali
19.
perlu pula saya sampaikan, bila karena fisik
wanita dipilih bersiaplah menyesal setelah menikah | sekali lagi, pilih
agamanya
20.
saat pilihan sudah tetap, maka khitbah
dilaksanakan | ia adl pinta persetujuan kpd calon yg diinginkan, utk menjadi pasangan
hidupnya
21.
bila izin sang wanita telah terucap, khitbah
blm selesai | ada ridha walinya yg tetap menjadi syarat bagi yang melamar
wanita
22.
disini perlu interaksi pria utk datangi wali
perempuan, sampaikan maksud dan niatan | sampaikan perencanaan yg telah
disiapkan
23.
tentu, perlu pula bagi wanita utk yakinkan
kedua orangtuanya sebelumnya, pastikan tidak ada masalah setelah ada pelamar
bertamu
24.
bila niatan tak disambut walinya, berlega
dirilah tak perlu datangi dukun atau melamun | naik pohon kelapa, liat, akhwat
tak cuma satu
25.
segera tarik diri dan selesaikan urusan dengan
akhwat yg tak disetujui walinya, bawa proposal pada akhwat yg siap, insyaAllah
banyak
26.
maka perlu kiranya, sejak awal saat akhwat
telah merasa siap nikah, orangtua dikondisikan, agar tak menyulitkan pelamar
kelak
27.
bila niatan disambut baik wali akhwat,
alhamdulillah, khitbah telah terlaksana, akad nikah terbuka depan mata,
lanjutkan ke ta’aruf.
28.
beda ta’aruf dengan pacaran adl, bahwa ta’aruf
memiliki batas waktu yg jelas dan tetap yaitu akad nikah, dan interaksi
non-khalwat
29.
mengenai batas waktu ta’aruf, tidak ada
ketentuan, bisa esok hari atau tahun depan | lebih cepat lebih baik, serius itu
cepat
30.
perlu ditambahkan bagi ikhwan-akhwat | semakin
panjang waktu ta’aruf, semakin besar potensi maksiat, selubungi pacaran atas
nama ta’aruf
31.
interaksi saat ta’aruf jg harus ditemani
mahram, lelaki boleh menanyakan perkara yg menguatkannya untuk menikah, apapun
itu
32.
perkara yg sensitif bisa diketahui dari
orangtua, shahabatnya, saudaranya, atau musyrifahnya (ustadzahnya).
33.
Rasul jg membolehkan melihat wanita hingga
memiliki kecenderungan padanya, melihat disini terbatas memandang fisik
dirinya, tidak lebih
34.
memandang akhwat yg akan dinikahi juga tak
perlu buka jilbab dan kerudung, perkara semisal itu bisa ditanyakan pada
mahramnya.
35.
bagaimana interaksi via phone dan sms? | boleh
selama ada keperluan | “sudah makan belum”, “sudah tahajud belum” bukan masuk
keperluan.
36.
hati-hati mengotori proses ta’aruf, karena
khalwat bisa terjadi bahkan di telp atau di sms, interaksi yg membuai dan
sebagainya.
37.
jadi interaksi via telp dan sms, dilakukan
dalam rangka siapkan pernikahan, bukan mengumbar rasa yang seharusnya setelah
nikah.
38.
ingat, ta’aruf itu tak hanya pada wanitanya,
tapi juga keluarganya | boleh juga libatkan 2 keluarga silaukhuwah utk rencana
nikah
39.
selama ta’aruf pikirkan selalu, “apakah dia
cocok menjadi ibu dari anak-anak kelak?” |
“apakah ia bisa mengimami dan melindungi?”
40.
bagaimana
setelah ta’aruf lantas tidak merasa ada kecocokan? | sampaikan saja, dan segerakan
untuk selesaikan urusan, itu lumrah
41.
lelaki berhak memilih wanita, dan wanita
berhak untuk menolak | jangan rasa segan, karena tak ada korban dalam urusan
ini.
42.
lalu bila telah pas di hati, lanjutkan ke
jenjang pernikahan, setelah akad terucap | apapun halal bagimu dan baginya,
segala urusan.
43.
perlu saya ingatkan sekali lagi, bagi lelaki |
lakukan khitbah-nikah saat sudah siap, bukan menyiapkan diri setelah
khitbah-ta’aruf.
44.
bagi wanita, silahkan pantau yg melamar anda |
bila kesiapan belum ada, lebih baik diminta bersiap daripada masalah penuh
dibelakang.
45.
apakah kesiapan berarti miliki kerja? | “nafkah bukan syarat nikah, tapi kewajiban setelah nikah” |
namun, bagi calon mertua itu penting.
46.
apakah
wanita boleh inisiatif mulai proses khitbah-ta’aruf? | “boleh, laksana Khadijah
binti Khuwailid kepada Muhammad bin Abdullah”.
47.
apakah
khitbah perlu perantara ustadz/ustadzah? | “tak harus, boleh sendiri bila mampu
dan mau”.
48.
apakah
khitbah boleh lewat sms atau media lain? | “boleh, selama yg dikhitbah bisa pastikan
bahwa itu real, merpati pos pun jadi”
49. akhir kalam, khitbah-ta’aruf-nikah bukan coba-coba, bukan pula permainan,
niatan hanya Allah yg tahu | semoga dimudahkan menikah.
Ø SUMBER : Twitter @felixsiauw / Ustadz Felix Siauw - 14/05/2012
PANDUAN IKHTIAR
TA’ARUF :”12 PEKAN MERAIH SAKINAH”
saat
ada pertanyaan "Berapa sih idealnya jangka waktu ta'aruf (pranikah) hingga
menikah?" Kebanyakan mungkin akan menjawab, "Kalau sudah cocok
sebaiknya disegerakan" atau "Tidak perlu proses yang
berlama-lama", tanpa menyebutkan jangka waktu yang pasti Kalau saya yang
ditanya, bisa saya jawab "Insya Allah cukup 12 pekan saja" Bagaimana
caranya? Berikut ini saya sampaikan beberapa tahapan yang bisa dipraktikkan.
Tahap Persiapan Ta'aruf
Tahap Persiapan Ta'aruf
Seperti kata-kata bijak yang cukup sering didengar "Gagal
merencanakan berarti merencanakan untuk gagal"; begitu pula dalam ikhtiar
ta'aruf ini. Sebelum melangkah jauh dalam ikhtiar ta'aruf tentunya ada beberapa
aspek yang perlu dipersiapkan, antara lain:
1.
Persiapan Diri
Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu
berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami:
"Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga
hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan.
Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat
mengendalikanmu."(Muttafaq Alaihi).
Kesiapan ilmu, mental, psikologis, finansial,
dll. wajib dipenuhi sebelum berikhtiar ta'aruf. Cukup
banyak konselor pernikahan yang memberikan pencerahan seputar persiapan diri
ini sehingga tidak perlu saya sampaikan panjang lebar, silakan mengambil
referensi dari apa yang telah mereka sampaikan. Anda juga bisa mengikuti kajian
dan seminar pranikah, ataupun kursus pranikah yang diadakan beberapa lembaga Islam
untuk persiapan diri ini.
2.
Pengkondisian Orang Tua
Pengkondisian ke orang tua terkadang dilupakan
sebagian rekan dalam ikhtiar ta'arufnya, padahal faktor orang tua bisa menjadi
salah satu penyebab lamanya proses ta’aruf karena orang tua belum
terkondisikan. Banyak yang
berproses ta'aruf terlebih dulu, baru setelah bertemu dengan yang cocok mereka
baru menyampaikan bahwa sudah punya calon ke orang tua mereka. Bisa jadi hal
ini akan membuat 'kaget' orang tua, dan akhirnya proses ta'aruf pun tidak
berlanjut. Idealnya pengkondisian orang tua harus dijalani dulu, baru setelah
orang tua terkondisikan proses ta’aruf bisa dimulai. Tips-tips agar proses
ta'aruf tak "mentok" di orang tua bisa dibaca di artikel yang pernah
saya tulis di tautan ini.
Orang tua yang sudah terkondisikan bagi
seorang wanita adalah wali yang siap menikahkan apabila sudah ada yang cocok,
tidak perlu menunggu lama-lama, bagi seorang ikhwan dalam bentuk restu menikah
dalam waktu dekat. Meskipun orang
tua merestui untuk menikah tapi menikahnya baru boleh sekian tahun lagi berarti
masih belum terkondisikan. Kondisikan dan mintalah restu ke orang tua sebelum
berikhtiar ta'aruf, insya Allah akan dimudahkan proses ikhtiarnya.
3.
Membuat
Biodata/CV Ta'aruf
Dengan
alasan kemudahan proses, metode tukar menukar biodata biasa saya gunakan dalam
mengawali mediasi proses ta'aruf. Biodata dalam bentuk softcopy akan lebih
mudah diproses karena bisa saling ditukarkan lewat email, dan membutuhkan waktu
yang lebih singkat bila dibandingkan dengan tukar menukar biodata dalam bentuk
hardcopy. Contoh format biodata/CV ta'aruf yang biasa saya gunakan bisa diunduh
di link ini : www.biodata.myQuran.net.
4.
Mencari
Perantara/Pendamping
Dari Jabir Bin Samurah Radhyallahu'anhu, dari
Rasulullah bersabda : "Janganlah salah seorang dari kalian berdua-duaan
dengan wanita, karena syaitan akan menjadi ketiganya" (Hadits Riwayat
Ahmad dan Tirmidzi).
Aktivitas berduaan/khalwat antara non mahram
rawan sekali akan bisikan setan. Tidak
hanya dalam bentuk "khalwat real/nyata", tetapi juga dalam bentuk
"khalwat virtual/maya" lewat media sosial ataupun media komunikasi
lainnya. Karena itu, proses ta'aruf perlu didampingi oleh pihak ketiga yang
akan 'mengawal' selama berjalannya proses sekaligus menjembatani komunikasi
pihak-pihak yang berta’aruf agar proses bisa lebih terjaga. Selain itu,
perantara/pendamping ini dapat berfungsi juga sebagai 'informan' dalam tahap
'observasi pra-ta’aruf' di tahap persiapan selanjutnya.
5.
Observasi Pra-ta'aruf
Observasi pra-ta'aruf berfungsi untuk menggali
sebanyak-banyaknya informasi mengenai sosok yang sekiranya cocok dengan
kriteria yang anda dan orang tua anda harapkan. Perhatikan
lingkungan sekitar, baik itu lingkungan rumah, lingkungan kantor, lingkungan
organisasi yang diikuti, atau bisa juga lewat media sosial yang anda gemari.
Cari ‘target’ yang anda nilai masuk kriteria yang anda sepakati dengan orang
tua, yang tentunya faktor agama jadi prioritas nomer satu.
Lakukan
observasi ini secara tertutup, tidak perlu si target tahu. Bisa anda sendiri
yang melakukan, lewat pendamping anda, ataupun dari rekan terdekat si target.
Apakah si target sudah siap menikah? Apakah si target sudah boleh menikah?
Apakah si target tidak dalam proses lamaran? dan informasi lainnya. Kalau
kondisinya 'available', tinggal pastikan lewat penelusuran informan bahwa
kriteria yang si target harapkan juga ada di diri anda agar saat 'pengajuan
ta'aruf' nanti berpeluang besar untuk diterima.
Sudah mantapkah persiapannya? Banyak-banyak
berdoa ke Allah SWT agar dimudahkan ikhtiarnya, mantapkan hati, dan
bismillaahirrahmaanirrahiim, saatnya eksekusi!
Tahap Pelaksanaan Ta'aruf
1.
Proses Tukar Menukar Biodata
Awali proses dengan mengajukan biodata anda ke pendamping/perantara
ta'aruf agar yang bersangkutan menyampaikannya ke si target yang sudah anda
tetapkan , dan mintakan juga biodatanya untuk sama-sama istikhoroh-kan. Teknis
proses tukar menukar biodata secara lengkap bisa dilihat di tautan ini.
Agar diingat juga anjuran di hadits ini :
Rasulullah saw bersabda : "Rahasiakan pinangan, umumkanlah pernikahan (Hadits Riwayat Ath Thabrani) .
Rasulullah saw bersabda : "Rahasiakan pinangan, umumkanlah pernikahan (Hadits Riwayat Ath Thabrani) .
Pinangan/lamaran pernikahan diperintahkan
untuk dirahasiakan, tentunya proses ta'aruf yang mendahului pinangan tersebut
juga perlu dirahasiakan. Tetap jaga
kerahasiaan proses ta’aruf yang anda jalani hingga pengumuman pernikahan anda
nanti.
2.
Proses Mediasi Ta'aruf Online
Adanya
kemajuan teknologi internet bisa dimanfaatkan dalam tahapan proses ta’aruf ini.
Untuk lebih memantapkan hati, pendamping ta'aruf bisa memfasilitasi diskusi dan
tanya jawab lewat perantaraan email pendamping di pekan kedua. Teknisnya bisa
seperti ini : Akhwat menyampaikan pertanyaan yang ingin didiskusikan lewat
email ke email si pendamping -> Pendamping meneruskan pertanyaannya ke email
Ikhwan -> Ikhwan menjawab pertanyaan Akhwat sekaligus menyampaikan pertanyaan
ke Akhwat lewat email pendamping -> Akhwat menjawab pertanyaan Ikhwan
sekaligus menyampaikan pertanyaan tambahan ke Ikhwan -> dan seterusnya
hingga kedua pihak merasa mantap hatinya untuk melanjutkan proses.
3.
Proses Ta'aruf Langsung/Mediasi Ta’aruf
Offline
Dari Al-Mughiroh bin Syu'bah radhiyallahu'anhu
bahwasannya beliau melamar seorang wanita maka Nabi Muhammad
shallallahu'alaihiwasallam pun berkata kepadanya "Lihatlah ia (wanita yang
kau lamar tersebut) karena hal itu akan lebih menimbulkan kasih sayang dan
kedekatan diantara kalian berdua."
Pekan ketiga dapat dimanfaatkan untuk proses
ta'aruf secara langsung/ta'aruf offline perdana, tentunya setelah kedua belah
pihak merasa mantap untuk lanjut proses setelah proses tukar menukar biodata
dan bertanya jawab lewat email. Sosok
si target mungkin saja selama ini hanya dikenal lewat media sosial saja,
sehingga perlu anda ketahui bahwa sosoknya memang nyata. Atau mungkin sudah
kenal, tapi hanya kenal selintas saja dan belum terlalu jauh. Dengan adanya
ta’aruf offline maka kondisi nyata pihak yang berta’aruf dapat diketahui lebih
jauh dibandingkan dengan hanya melihat beberapa halaman biodata saja.
Teknis
proses ta'aruf secara langsung dan panduan bagi mediator ta’aruf offline dapat
dilihat di tautan ini.
4.
Proses Istikharah
Pekan
keempat dapat anda gunakan untuk istikharah, menimbang-nimbang kembali proses
yang telah anda jalani, apakah mantap untuk melanjutkan proses atau tidak.
Pekan ini bisa anda manfaatkan juga untuk menggali informasi lebih jauh ke
rekan terdekat si target, bisa dari saudaranya, tetangganya, ataupun rekan
kerjanya. Apabila sama-sama menemukan kemantapan untuk melanjutkan proses, maka
dapat dilanjutkan ke proses ta'aruf ke keluarga di pekan berikutnya.
5.
Proses Ta'aruf Ikhwan ke keluarga Akhwat
Pekan kelima bisa mulai dimanfaatkan untuk
bersilaturahim ke keluarga masing-masing, karena sejatinya proses ta’aruf tidak
hanya melibatkan si ikhwan dan si akhwat saja, tetapi juga keluarga kedua belah
pihak. Untuk awalan proses ta'aruf keluarga, si ikhwan bisa bersilaturahim ke
pihak akhwat terlebih dulu dengan didampingi rekan terdekat, belum perlu
membawa serta pihak keluarga ikhwan agar keluarga akhwat tidak ‘kaget’ karena
kedatangan keluarga besar ikhwan yang baru sekali itu bertemu. Kesempatan
pertama diberikan ke si ikhwan dengan pertimbangan keluarga akhwat yang
cenderung lebih banyak pertimbangan dibandingkan pihak keluarga ikhwan yang
cenderung menyerahkan urusan jodoh ke si ikhwannya sendiri.
Di agenda silaturahim ini, pihak keluarga
akhwat berkesempatan untuk lebih mengenal si ikhwan, gali sebanyak-banyaknya
informasi mengenai si ikhwan sehingga pihak keluarga akhwat bisa mengetahui
seperti apa profil si ikhwan ini. Bagi ikhwan yang ‘kreatif’ bisa saja dibuat
semacam ‘video testimonial’ dari saudara, tetangga kanan kiri, pengurus masjid,
ataupun rekan kerjanya, dan diputarkan saat silaturahim untuk menggambarkan
sosok si ikhwan menurut pandangan keluarga, tetangga, pengurus masjid, dan
lingkungan kerja. Bagaimana kebiasaannya di rumah, bagaimana interaksinya
dengan tetangga, bagaimana aktifnya dia di masjid, dan bagaimana pula
aktivitasnya dalam dunia kerja bisa diketahui dari beberapa orang tersebut.
Apabila
dalam satu kali silaturahim belum bisa meyakinkan pihak keluarga akhwat, bisa
diagendakan beberapa kali silaturahim di pekan ini, tentunya tetap dengan
adanya pendamping. Bisa juga pihak keluarga akhwat dipersilakan untuk
menelusuri secara langsung ke orang-orang tersebut, ataupun lewat ‘utusan’
keluarga yang tepercaya agar informasi yang didapat lebih valid.
6.
Proses Ta'aruf Akhwat ke Keluarga Ikhwan
Apabila
tanggapan keluarga akhwat positif, maka gantian pihak akhwat yang didampingi
untuk bersilaturahim ke keluarga si ikhwan di pekan keenam. Agendanya serupa,
yaitu agar keluarga pihak ikhwan bisa mengetahui seperti apa profil si akhwat
itu. Sama seperti proses silaturahim sebelumnya, beri kesempatan pihak keluarga
ikhwan untuk lebih mengenal si akhwat, gali sebanyak-banyaknya informasi
mengenai si akhwat sehingga pihak keluarga bisa mengetahui seperti apa profil
si akhwat ini.
7.
Proses Ta'aruf Antar Kedua Keluarga
Apabila
tanggapan keluarga ikhwan juga positif ke si akhwat, maka di pekan keenam bisa
diagendakan silaturahim antar kedua keluarga. Pihak ikhwan bersilaturahim ke
keluarga pihak akhwat dengan didampingi keluarganya, untuk awalan tentunya
belum perlu membahas masalah khitbah dan pernikahan agar keluarga pihak akhwat
tidak 'kaget'. Manfaatkan agenda ini untuk ta'aruf antar kedua keluarga,
berikan kesempatan kedua keluarga untuk mengenal lebih jauh kondisi keluarga
yang lain.
8.
Proses Khitbah/Lamaran
Apabila
tanggapan kedua keluarga positif, si ikhwan tidak perlu ragu lagi untuk
menyatakan keseriusan dalam bentuk khitbah/lamaran di pekan kedelapan. Pihak
keluarga besar ikhwan (dengan jumlah keluarga yang lebih banyak dari
silaturahim sebelumnya) bersilaturahim ke pihak akhwat untuk mendampingi pihak
ikhwan dalam menyatakan lamarannya. Karena sebelumnya sudah dikondisikan dan
sama-sama positif tanggapannya, insya Allah proses lamaran akan berjalan lancar
& lamaran akan diterima. Jangan lupa sepakati tanggal menikah juga di acara
lamaran ini, tentunya diikhtiarkan sesuai target awal yaitu sebulan lagi.
Kalaupun kedua keluarga menginginkan acara yang cukup besar yang membutuhkan
banyak persiapan, bisa dikondisikan agar bulan depan setidaknya bisa
diselenggarakan akad nikah dulu dan walimahnya bisa menyusul setelahnya.
9.
Proses Persiapan Pernikahan
Proses
persiapan pernikahan cukup dalam rentang waktu ini. Insya Allah dengan koneksi
anda yang luas akan ada banyak rekan yang siap membantu. Berkoordinasilah
dengan calon pasangan dalam hal-hal yang diperlukan seperti halnya dalam
menyiapkan undangan dan penyebarannya, berapa anak yatim dan dari panti asuhan
mana yang akan diundang untuk diberi santunan, menyiapkan jamuan, dekorasi, dan
hal-hal lain yang penting dikoordinasikan.
Tidak
perlu menanyakan “Apakah akhi sudah shalat subuh di masjid?” atau “Apakah
ukhti sudah selesai tilawah 1 juz hari ini?” yang membuat desiran hati yang
belum ‘halal’ selama masa penantian, karena insya Allah calon pasangan yang
anda pilih karena agamanya tidak akan melupakan hal itu. Tetaplah jaga hati dan
interaksi hingga hari pernikahan tiba, karena sebelum ijab kabul terucap
syariat tetaplah membatasi. Bila khawatir tidak dapat menjaga hati,
koordinasikanlah persiapan pernikahan dengan perwakilan pihak keluarga calon
pasangan, tidak langsung dengan si calon pasangan.
10.
Pekan Hari Pernikahan
Apabila
semua tahapan proses berjalan lancar, insya Allah ijab kabul dapat terucap di
pekan keduabelas. “Baarakallahu laka wa baaraka ‘alaika wa jama’a
bainakuma fii khair (Semoga Allah memberi berkah padamu, dan semoga Allah
memberi berkah atasmu, dan semoga Ia mengumpulkan kalian berdua dalam
kebaikan)”
Apakah
pemaparan di atas sekedar teori saja, praktiknya yang susah? Tidak juga.
Berikut ini beberapa pengalaman kami (saya & istri) dalam mendampingi
proses ta'aruf offline, setelah sebelumnya tukar menukar biodata dan mediasi
online :
1.
Pasangan
pertama : Kami dampingi pertemuan offline perdananya di salah satu gerai bakso
daerah Cempaka Putih tanggal 28 Oktober 2010, alhamdulillah menikah tanggal 13
Februari 2011. (Proses lebih dari 12 pekan, salah satunya karena faktor jarak
kedua belah pihak yang terpisah lumayan jauh, Jakarta - Jogja)
2.
Pasangan
kedua : Kami dampingi pertemuan offline perdananya di salah satu masjid daerah
Menteng tanggal 27 April 2011, alhamdulillah menikah tanggal 9 Juli 2011.
(Proses kurang dari 12 pekan)
3.
Pasangan
ketiga : Kami damping pertemuan offline perdananya di salah satu masjid daerah
Bekasi tanggal 2 Februari 2013, Alhamdulillah menikah tanggal 12 Maret
2013. (Proses kurang dari 12 pekan)
Insya Allah, ikhtiar 12 Pekan Meraih Sakinah
bisa tercapai apabila dipersiapkan dengan mantap, diikhtiarkan dengan sigap,
diiringi doa yang terus terucap, dan jika Allah berkehendak bisa dijalani
dalam sekejap.
Semoga
bermanfaat, wallahua'lam bishawab.
Salam,
maswahyu, ST.
(Spesialis Ta'aruf)
LUPAKAN ?
Kalau cuma ngajak kenalan, pengin dekat buat penjajakan tapi nggak
lamar-lamar buat apa? :p
1.
Kalau
sering sms dan perhatian menanyakan kabar tapi ga berani menghadap orang tua,
buat apa coba? Lupakan!
2.
Kalau
sering bbm dan sms mengingatkan sudah makan atau belum tapi gak pernah bahas
kapan nikah, buat apa? Lupakan!
3.
Si
dia sering mengingatkan utk sholat malam, bertanya sdh baca Al Quran belum,
shaum sunnah ga, tp ga maju ke ortu? Lupakan!
4.
Si
dia terlihat sayang, ga pernah lupa hadiah pas kamu ultah tapi ga pernah membahas
tanggal nikah? Lupakan!
5.
Si
dia ga sayangan soal uang. Tapi ga terlintas cetak undangan dan membawamu ke
pelaminan? Lupakan!
6.
Si
dia suka dekat-dekat. Berani menyentuh tanpa lebih dulu terikat akad? Lupakan!
7.
Si
dia hanya meminta didampingi jalan-jalan ke sana kemari tanpa pernah memintamu
menjadi pendamping hidup? Lupakan!
8.
Si
dia berani berbicara intim via bbm atau chat tapi ga berani memperistri?
Lupakan!
9.
Si dia
ngajak taaruf tapi sampai tahunan masih aja taaruf dan ga ada ajakan nikah?
Lupakan!
10.
Jika
si dia yang hanya memberi harapan tanpa pernah berpikir membawamu ke pelaminan,
lupakan!
11.
Si
dia berulang-ulang bilang cinta, tapi tak kunjung meminta resmi pada orang tua?
Lupakan!
12.
Kalau
kamu sudah mengajak nikah tapi si dia ragu dan terus menunda? Lupakan!
13.
Si
dia selalu bilang belum punya biaya untuk menikah tapi selalu punya uang utk
beli rokok? Lupakan!
14.
Beraninya
ngajak backstreet, boro-boro nikah, datang ke rumah ngadep papa mama aja ga
punya nyali--> Lupakan!
15.
Semangatnya
cuma pacaran dan bukan pernikahan--> lupakan!
16.
Cinta
bukan hanya kata-kata, buktikan dengan menghadap orang tua:) Jika tidak?
Lupakan!
17.
Si dia cuma bisa mengajakmu menambah dosa
tanpa pernah berpikir bersama hingga ke surga--> lupakan!
18.
Si dia hanya ngegantungin tanpa mengambil
sikap yang jelas, bagusnya kita... ?
19.
Jangan
menginvestasikan waktu untuk seseorang yang tidak menghargai diriimu, dan tak
berpikir untuk segera sakinah bersamamu.
Ø Sumber :Twitter
@asmanadia / Asma Nadia - 06/02/2014
ssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Tiga Besar Alasan Ikhwan Menolak Akhwat
Ikhtiar pencarian jodoh
melalui ta’aruf (pranikah) tak selalu berjalan mulus. Ada rekan yang lancar
dengan cukup sekali proses ta’aruf, namun tak sedikit pula yang berjalan tersendat
sehingga baru menemukan jodohnya setelah beberapa kali mengalami penolakan
ta’aruf. Dalam menolak pengajuan ta’aruf, banyak rekan yang lebih nyaman
menggunakan alasan umum semacam “belum menemukan kemantapan”, “belum
cocok”, atau “kurang sreg”, namun ada juga sedikit dari
mereka yang menyebutkan alasan spesifiknya.
Berikut ini tiga alasan
spesifik yang paling sering disampaikan saat penolakan ta’aruf, berdasarkan
pengalaman dan pengamatan kami (saya & istri) memoderatori 250an
proses Ta’aruf Online dan 35 proses Ta’aruf Offline hingga bulan April 2014 lalu.
Ø
Tiga Besar Alasan Ikhwan Menolak Akhwat
1.
Agama/Akhlak
Anjuran Nabi Muhammad untuk menjadikan faktor agama sebagai dasar memilih
calon pasangan memang menjadi pertimbangan utama pihak ikhwan dalam menetapkan
kriteria calon pasangan mereka. Bagaimana ibadah wajibnya, ibadah sunahnya, dan
juga akhlak yang tercermin dalam kebiasaan sehari-harinya. Yang sering
disoroti dari kebiasaan sehari-hari seorang akhwat adalah dalam hal penggunaan
jilbab. Memang benar akhwat yang berjilbab itu belum tentu shalihah, tetapi
akhwat yang shalihah sudah pasti berjilbab. Sedikit sekali ikhwan yang bisa
menerima kondisi akhwat yang belum berjilbab (dengan harapan kelak setelah
menikah bisa membimbingnya untuk berjilbab), mayoritas memilih akhwat yang
memang sudah berjilbab.
2. Fisik
Penolakan karena faktor fisik memang terkesan alasan ‘duniawi’, namun tidak
bisa kita salahkan karena Nabi Muhammad pun menganjurkan salah seorang sahabat
yang ingin melamar seorang wanita untuk melihat si wanita terlebih dulu agar
menemukan hal-hal yang membuatnya cenderung dan mantap untuk melamar wanita
tersebut. Selain
pertimbangan utama sisi agama si akhwat, kecenderungan dalam faktor fisik
ternyata cukup besar pengaruhnya bagi seorang ikhwan dalam mempertimbangkan lanjut
tidaknya proses ta’aruf.
3.
Usia
Nabi Muhammad dikisahkan menikah dengan Khadijah dalam perbedaan usia yang
cukup jauh, usia Khadijah lebih tua sekitar 15 tahun. Meskipun
demikian, hanya sedikit ikhwan yang terinspirasi kisah Nabi Muhammad tersebut.
Banyak ikhwan yang keberatan bila pihak akhwat berusia lebih tua darinya
meskipun dari faktor agama dan faktor fisik masuk, dan cenderung memilih akhwat
yang seumuran ataupun lebih muda darinya.
Ø
Tiga Besar Alasan Akhwat Menolak Ikhwan
1.
Agama/Akhlak
Sama seperti
alasan utama ikhwan menolak akhwat, faktor agama juga menjadi pertimbangan
utama pihak akhwat dalam menetapkan kriteria calon pasangan mereka. Bagaimana
ibadah wajibnya, ibadah sunahnya, dan juga akhlak yang tercermin dalam
kebiasaan sehari-harinya. Yang sering disoroti dari kebiasaan sehari-hari
seorang ikhwan adalah dalam hal kebiasaan merokok. Sedikit sekali akhwat yang
bisa menerima kondisi ikhwan yang punya kebiasaan merokok (dengan harapan kelak
setelah menikah bisa berhenti), mayoritas memilih ikhwan yang bukan seorang
perokok.
2.
Pekerjaan
Salah satu kewajiban seorang suami kepada istrinya adalah dalam hal
menafkahi, mengikhtiarkan penghasilan yang halal untuk menghidupi keluarga. Banyak akhwat
yang menetapkan kriteria “mapan” dalam salah satu kriteria calon pasangannya,
mapan dalam arti tetap berpenghasilan dan ada keterjaminan nafkah saat hidup
berumah tangga nanti. Agak berat bagi akhwat dan orang tuanya untuk menerima
ikhwan yang dinilai belum mapan dalam hal ekonomi.
3.
Pendidikan
Meskipun faktor
pendidikan bukan jaminan langgengnya pernikahan, namun faktor pendidikan ini
sering disampaikan akhwat saat menolak ikhwan. Pihak akhwat cenderung
menginginkan ikhwan yang berpendidikan setara atau lebih tinggi tingkat
pendidikannya. Kalaupun belum setara, pihak akhwat menginginkan agar kelak pihak
ikhwan bisa meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi hingga setara
tingkat pendidikannya.
Tiga alasan
penolakan itulah yang paling sering kami temui dalam memoderatori proses
ta’aruf. Alasan spesifik lain selain yang tersebut di atas di antaranya adalah
domisili yang berjauhan, perbedaan suku, perbedaan afiliasi pergerakan/harakah,
perbedaan status pernikahan (janda/duda), dan belum adanya izin/restu dari
orang tua/wali.
Ø
Tips Menyikapi Penolakan Ta’aruf
Bagi rekan-rekan yang baru mengalami penolakan ta’aruf, ataupun berpotensi
mengalami penolakan ta’aruf, berikut ini tips untuk menyikapinya :
1.
Ikhlaskan
Yang pertama kali dilakukan adalah mengikhlaskan penolakan yang
disampaikan, karena apapun hasilnya insya Allah itulah yang terbaik menurut
Allah SWT. Apa
yang menurut anda baik, belum tentu baik menurut Allah. Mungkin Allah sudah
menyiapkan skenario yang lebih baik dengan penolakan yang anda terima.
Insya Allah kelak anda akan dipertemukan dengan sosok yang lebih tepat untuk
anda, dan dipertemukan di waktu yang tepat menurut-Nya.
2.
Jaga Silaturahim
Tak jarang hubungan silaturahim menjadi renggang setelah penolakan
disampaikan sebagai efek dari kekecewaan, bahkan sampai dibumbui dengan
‘cemooh’ negatif yang disematkan pihak tertolak ke pihak penolak atas
alasan-alasan ‘duniawi’ yang disampaikan dalam penolakan. Hal ini bisa
dihindari apabila anda paham hakikat jodoh, “Jodohku adalah siapapun
yang kelak menikah denganku”, sehingga :
-
Pengajuan ta’aruf diterima – bisa lanjut berproses ta’aruf hingga menikah –
berarti anda berjodoh; dan sebaliknya,
-
Pengajuan ta’aruf ditolak – tidak bisa lanjut berproses ta’aruf hingga
menikah – berarti anda bukan jodohnya.
Mungkin Allah tunjukkan bahwa dia bukan jodoh anda dengan penolakan karena
alasan agama, mungkin juga alasan fisik, adanya perbedaan suku, perbedaan
harakah, bisa juga karena orang tua si target menginginkan calon menantu yang
lebih mapan dan berpendidikan lebih tinggi. Jadi, tak perlu ‘protes’ dengan skenario
penolakan ta’aruf yang telah Allah rencanakan pada ikhtiar pencarian jodoh
anda. Ucapkan kalimat ini setelah anda ditolak : “Mungkin memang bukan
jodoh saya”; beres. Tetap jaga silaturahim, doakan yang baik-baik untuk si
penolak, semoga kelak dipertemukan dengan jodoh masing-masing yang terbaik
menurut Allah SWT.
3.
Ikhtiar
Dengan Yang Lain
Banyak pilihan
si shalih/shalihah lain di luar sana, sehingga tak perlu khawatir atas
penolakan yang diterima karena anda bisa berikhtiar dengan sosok yang lain. Tak
ada keharusan bagi anda untuk menjadikan dia pilihan satu-satunya, dan dia pun
tak ada keharusan untuk menerima anda seakan-akan anda adalah satu-satunya si
shalih/shalihah di muka bumi ini. Cukuplah berpegang pada kriteria utama
shalih/shalihah, dan yang shalih/shalihah itu ada banyak pilihannya, bukan
hanya dia seorang.
Mungkin akan
susah apabila sudah melibatkan kecenderungan hati secara berlebihan ke si
target, sehingga keinginan untuk lanjut proses sedemikian besarnya dan sulit
berpaling ke sosok yang lain. Karena itu, luruskan niat, jagalah hati di proses
berikutnya dari pengharapan yang berlebih. Insya Allah anda bisa menjalaninya
dengan lebih ikhlas, tanpa ada keharusan pengajuan ta’aruf anda diterima.
Ø
Tips Meminimalkan Peluang Penolakan Ta’aruf
Di tulisan saya sebelumnya, Panduan Ikhtiar Ta’aruf :
“12 Pekan Meraih Sakinah”, ada tahapan “observasi”
yang perlu dijalani sebelum memulai proses ta’aruf. Tahap inilah
yang perlu diberi perhatian khusus dan dioptimalkan untuk meminimalkan peluang
ta’aruf ditolak saat pengajuannya. Agar proses observasi lebih terjaga, anda
perlu meminta bantuan rekan terdekat si target untuk menjadi “informan”, baik
itu rekan kerja, saudara, atau sahabat karibnya dalam tahap observasi ini. Gali
sebanyak-banyaknya informasi seputar si target tanpa sepengetahuan si target.
Berikut ini
beberapa informasi penting dan tips yang perlu diketahui :
1.
Siap Menikah dan Boleh Menikah
Apakah si
target sudah siap menikah? Mungkin dia masih ada tanggungan kuliah, jadi baru
tahun depan menargetkan untuk menikah. Mungkin juga dia masih punya tanggungan
ekonomi keluarga, sehingga belum siap bila harus menyegerakan.
Apakah si
target sudah boleh menikah? Karena kondisi siap nikah saja belum cukup, ada
wali bagi wanita yang perlu dimintakan izin untuk menikahkan si wanita. Bagi
seorang pria, restu orang tua pun perlu diikhtiarkan meskipun tidak ada istilah
wali bagi seorang pria.
Jangan sampai anda tiba-tiba datang ke orang tua si akhwat, dan ternyata
baru mengetahui kalau orang tuanya belum membolehkan menikah karena masih fokus
memikirkan pernikahan kakaknya. Jangan salahkan orang tua si akhwat dengan
mendebat ketidaksyar’ian alasan yang disampaikan, dalam hal ini “tidak
boleh melangkahi” si kakak. Memang benar, alasan seperti itu tidak
syar’i, tapi sadarilah bahwa wali bagi wanita itu mutlak, dan jauh lebih tidak
syar’i lagi bila anda nekat menikahi si target tanpa adanya izin dari walinya.
Salahkan saja
diri anda, mengapa mengajukan diri ke seseorang yang belum boleh menikah oleh
walinya? Apa saja aktivitas ta’aruf yang anda jalani, sehingga informasi
sepenting ini anda lewatkan, dalam hal ini izin menikah dari walinya? Ajukan
diri saja ke sosok lain yang sudah diizinkan menikah oleh walinya, atau bila
anda sudah mantap dengannya tunggu saja sampai si dia sudah diizinkan menikah
oleh walinya.
Untuk menghindari penolakan seperti itu, pastikan si target sudah dalam
kondisi yang siap menikah dan sudah boleh menikah di tahap observasi awal ini,
sehingga bisa berlanjut ke penggalian informasi di langkah kedua.
2.
Kriteria Sesuai
Di langkah
kedua ini, informan menekankan pada penggalian informasi terkait kriteria yang
ditetapkan si target. Apakah kriteria si target sesuai dengan profil anda?
Adakah kriteria fisik tertentu, atau kriteria nonfisik tertentu? Apakah ada
minimal jumlah hafalan, apakah bermasalah dengan perbedaan usia, apakah
berkeberatan dengan suku tertentu, dan kriteria-kriteria lainnya. Termasuk juga
kriteria tambahan dari orang tua si target, apakah ada lagi kriteria dari orang
tua selain dari kriteria yang ditetapkan si target? Mungkin dari segi
pekerjaan, atau pendidikan? Kemudian, dari semua kriteria tersebut, manakah
kriteria yang “mutlak”, manakah yang bisa “nego”?
Kalau ternyata
sebagian besar kriteria yang “mutlak” tidak masuk di diri anda, sebaiknya
berpikir ulang untuk mengajukan proses ta’aruf. Memang belum pasti akan
ditolak, tapi bisa jadi kemungkinan ditolaknya lebih besar karena sebagian
besar kriteria “mutlak” yang ditetapkannya tidak masuk. Selanjutnya tinggal
pilihan anda, apakah tetap berniat mengajukan ta’aruf dengan si target, atau
memilih target lain yang sekiranya kriterianya lebih sesuai.
Apabila anda tetap berkeyakinan untuk mengajukan ta’aruf dengannya, bisa
lanjut di langkah ketiga untuk lebih meyakinkan hati sebelum memulai
perjuangan.
3.
Mau Sama Mau
Tips paling
jitu untuk meminimalkan penolakan ta’aruf sebenarnya sederhana : Sampaikan
pengajuan ta’aruf ke yang MAU berta’aruf dengan anda! Ada dua kemungkinan
kondisi di sini, yang pertama anda mau berproses ta’aruf dengannya, dan dia pun
mau berproses ta’aruf dengan anda. Yang kedua, dia mau berproses ta’aruf dengan
anda, dan anda pun mau berproses ta’aruf dengannya. Berikut ini perbedaan
metode observasi kedua kondisi tersebut :
Metode pertama,
kondisi di mana anda sudah memiliki target. Informan bisa memperdalam lagi
observasinya, tidak sekedar menanyakan mengenai kriteria si target, namun
sekaligus menyebut profil dan nama anda. Untuk meminimalkan rasa malu,
kondisikan bahwa informanlah yang berinisiatif menawarkan nama anda ke si
target, bukan anda yang berpesan ke informan untuk mengajukan nama anda ke si
target. Informan bisa memulai penjajakan dengan menceritakan profil anda, tanpa
menyebut nama. Apabila dari profil yang diceritakan informan si target merasa
cocok, baru disebutkan nama si pemilik profil yang dia ceritakan, yaitu nama
anda. Bila si target berkenan lanjut dengan nama yang disodorkan informan, maka
proses ta’aruf bisa mulai dijalani. Kondisi di metode pertama ini, anda
mau berproses ta’aruf dengannya, dan dia pun mau berproses ta’aruf dengan anda
Metode kedua,
kondisi di mana anda belum memiliki target. Anda bisa mempersilakan perantara
untuk mengajukan profil anda ke siapa saja sosok yang sekiranya masuk kriteria
anda, tanpa sepengetahuan anda. Bisa dengan cara pengajuan profil secara
langsung, ataupun pengajuan profil melalui biodata/CV ta’aruf
(Biodata.myQuran.net). Anda tidak perlu mengetahui siapa saja yang menolak
penawaran dari perantara, cukup minta perantara menginformasikan saat ada yang
berkenan dengan profil anda, tinggal anda yang gantian mempertimbangkan
profilnya. Dengan demikian anda tidak merasakan penolakan, justru malah anda
yang bisa menjadi pihak penolak. Bila anda berkenan dengan profil yang
diinformasikan perantara, maka proses ta’aruf bisa mulai dijalani. Kondisi di
metode kedua ini, dia mau berproses ta’aruf dengan anda, dan anda pun mau
berproses ta’aruf dengannya.
Akhir kata,
semoga tulisan ini memberikan pencerahan dan bermanfaat untuk meminimalkan
peluang penolakan dalam aktivitas perta’arufan pranikah. Yang perlu diingat,
banyaknya kesesuaian kriteria bukan jaminan adanya jodoh, karena Allah bisa
saja menjauhkan jodoh seiring berjalannya proses. Demikian pula sebaliknya,
sedikitnya kesesuaian kriteria pun bukan berarti tidak adanya jodoh, karena
Allah bisa saja mendekatkan jodoh seiring berjalannya proses. Yang perlu anda
lakukan adalah berikhtiar, menjalani proses sebaik-baiknya sesuai koridor yang
diridhai-Nya, dan selanjutnya bertawakal, saat Allah menunjukkan anda berjodoh
dengannya atau tidak.
Wallahua’lam bisshawab.
Wallahua’lam bisshawab.
SUMBER
Twitter
@ajobendri / Ustadz Bendri Jaisyurrahman - 02/06/2012