Manfaat bekam (hijamah) dan hal-hal yang harus
diperhatikan dalam berbekam
Bekam atau hijamah adalah teknik pengobatan
dengan cara membuang darah kotor (racun yang berbahaya) dari dalam tubuh
melalui permukaan kulit. Tetapi umumnya menggunakan sarana gelas, tabung,
tanduk hewan yang prosesnya di awali dengan melakukan pengekopan (membuat
tekanan negatif) pada alat tersebut, sehingga menimbulkan bendungan lokal
dipermukaan kulit. Pengekopan tersebut bertujuan agar sirkulasi energi Qi dan
Xue meningkat meningkat, menimbulkan efek analgetik, mencegah pembengkakan,
mengusir patogen angin dingin maupun angin lembab, mengeluarkan racun, serta
oxidant dalam tubuh.[1]
Dengan dikeluarkannya darah yang tak
bermanfaat tersebut, tubuh akan bereaksi. Organ-organ pembentuk sel-sel darah
akan bekerja keras membentuk sel-sel darah baru yang berkualitas baik. Berbekam
secara rutin akan membuat tubuh menjadi sehat.[2]
Berbekam merupakan metode pengobatan klasik
yang telah digunakan dalam mengobati berbagai kelainan penyakit seperti
hemophilia, hipertensi, gout, reumatik arthritis, back pain (sakit punggung),
migraine, vertigo, anxietas (kecemasan).[3]
Di dalam buku Buku pintar sehat islami
dikatakan bahwa bekam memberi manfaat, terutama bagi pengobatan
penyakit-penyakit akibat bergejolaknya darah (ghlolabatid dam), yaitu obat bagi
penyakit pada darah, saluran darah, jantung, paru, hati, limpa, dan ginjal.
Jadi, memang tidak semua penyakit bisa di obati dengan bekam. Penyakit yang
bisa diobati dengan bekam antara lain lemah jantung, penyakit jantung koroner,
pengentalan darah, aterosklerosis, tekanan darah tinggi, alergi, anemia,
stroke, kerusakan pembuluh darah lain, gangguan pada otak dan pensarafan,
gangguan fungsi ginjal, hepatitis kronis B ataupun C, Vertigo, pembesaran limpa,
penyakit paru, kencing manis, lupus eritematosus, multiple sclerosis,
tumor, dan kanker. [4]
Agar memberikan hasil maksimal, perhatikanlah
tiga aspek dalam prosesnya, yaitu kondisi pasien, kemampuan ahli bekam dan
jenis penyakit. Berdasarkan penelitian,pijat refelksi atau akunpunktur yang
dilakukan sebelum pembekaman sangat bagus untuk melancarkan aliran darah atau chi
pada daerah yang akan dibekam. Oleh karena itu, praktisi bekam juga harus
mempelajari patofisiologi dan selalu mengikuti perkembangan kesehatan pasien.
Agar bekam dapat dipertanggungjawabkan, ada
beberapa syarat- syarat secara medis yang harus ditaati:
1. Pelaku hijamah(bekam) harus mengetahui seluk-beluk hijamah dan harus terus
belajar karena metode pengobatan ini selalu berkembang. Rasulullah Saw melarang
orang yang tidak menguasai cara pengobatan untuk mengobati pasien.
2. Sebagaimana disyaratkan oleh Rasulullah Saw, pelaku hijamah harus menjaga
diri dari segala perbuatan tercela dan senatiasa meminta pertolongan Allah Swt
karena Dialah yang menyembuhkan, sedangkan mereka hanyalah perantara.
3. Alat yang digunakan harus steril dan dijaga kestrelilannya.
4. Sebelum pembekaman, bersihkan kulit desinfektan terlebih dulu.
5. Menjaga aurat pasien dan aurat diri sendiri. Pasien laki-laki dibekam oleh
petugas laki-laki, demikian pula dengan pasein perempuan. Kecuali dalam keadaan
terpaksa, pasein harus didampingi muhrimnya.
6. Sisa pembekaman dibakar, lalu ditanam. Jangan dibuang sembarangan di tempat
sampah.[5]
Selain itu juga, menurut dr. Abu Hana
el-Firdan, ada beberapa kondisi pasien tertentu yang tidak diperkenankan untuk
dibekam/ dihijamah:
1. Hindari membekam pasien yang fisiknya sangat lemah, sedang mengalami
kelelahan berat, sedang mengalami kelelahan berat dan yang memiliki tekanan
darah 80 mmHg. Hal ini bisa menyebabkan pasien syok/pingsan. Demikian juga
dengan pasien yang sudah jompo dan lemah fisiknya serta anak-anak yang tubuhnya
lemah/ dibawah 3 tahun.
2. Hindari menghijamah wanita hamil pada usia kehamilan 3 bulan pertama.
Jangan menghijamah wanita yang sedang haidh dan nifas, karena pada kondisi
tersebut wanita sdang banyak mengeluarkan darah alami sehingga dikhawatirkan
terjadi pendarahan. Jangan melakukan bekam tepat di atas perut wanita hamil.
3. Tidak dianjurkan membekam pasien yang dalam kondisi perut kekenyangan,
kehausan, kelaparan, kelelahan, setelah beraktivitas berat, tubuh lemah dan
tubuh deman (kedinginan).
4. Jangan melakukan bekam langsung setelah makan (bekam dapat dilakukan
minimal dua jam setelah makan). Setelah bekam juga jangan langsung makan
melainkan hanya minum yang manis-manis semisal madu atau selainnya.
5. Jangan melakukan bekam langsung setelah mandi, terutama setelah mandi
dengan air dingin. Tidak dianjurkan langsung mandi setelah bekam, melainkan
setelah dua jam, kalaupun mandi diajurkan mandi dengan air hangat.
6. Hindari melakukan bekam pada pasien leukimia (kanker darah), hepatitis yang
parah, TBC aktif, hemofilia, malignant anemia, trombositopenia, penderita
kelainan klep jantung atau menggunakan alat pacu jantung serta penyakit parar
lainnya, kecuali oleh bekam yang berpengalaman dan dibawah pengawasan dokter.
7. Tidak dianjurkan melakukan bekam pada penderita diabetes dengan kadar gula
darah di atas 250mg/dl. Kecuali oleh pembekam yang ahli dan berpengalaman.
8. Jangan membekam pasien yang baru memberikan donor darah atau orang yang
baru kecelakaan sehingga darahnya berkurang.
9. Hindari membekam pasien yang menderita penyakit kulit merata atau menderita
alergi kulit yang parah seperti ulserasi (luka koreng basah/bernanah) dan
edema.
10. Hindari membekam pasein yang sedang mengkonsumsi obat pengencer darah
(seperti heparin). Bekam bisa dilakukan setelah 48 sebelumnya, setelah pasien
menghentikan terlebih dahulu obat-obat tersebut.
11. Jangan membekam langsung pada daerah yang luka, urat sendi yang robek,
patah tulang, tumor serta verises, bekam pada kasus varises dilakukan beberapa
cm disekitar pembuluh darah yang rusak.
12. Jangan membekam daerah perut terlau keras. Bagian perut sangat lemah karena
lapisan ototnya sangat tipis.
13. Hindari melakukakan bekam pada bagian luban alamiah tubuh (mata, hidung,
telinga, mulut, kemaluan, anus dan puting susu) daerah sistem nodus limfa/
kelenjar getah bening (bawah ketiak, selangkang, leher bagian samping, dan
lain-lain), tepat di atas pembuluh darah yang besar.[6]
Ø Buku rujukan:
ü Mohammad Ali Toha Assegaf. 365 tips sehat ala rasulullah. PT Mizan
Publika: Jakarta Selatan. 2013.
ü Mohammad Ali Toha Assegaf. Buku pintar sehat islami. Mizania:
Bandung, 2011.
ü Ibnu Qayyim. Rahasia pengobatan nabi Saw mudah amalannya, dasyat
khasiatnya. Mitrapress: ...2013
[1]
Ibnu Qayyim, Rahasia pengobatan nabi Saw mudah
amalannya, dasyat khasiatnya, (Mitrapress: ...2013). hal.46
[2]
Mohammad Ali Toha Assegaf, 365
tips sehat ala rasulullah, (PT Mizan Publika: Jakarta Selatan, 2013) cet.1 Hal.162
[3]
Ibnu Qayyim, Rahasia pengobatan nabi...op.cit, hal.47
[4]
Mohammad Ali Toha Assegaf, Buku pintar sehat islami, (Mizania:
Bandung, 2011) cet.1 hal.10-11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar